Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia September 2022 mengalami surplus USD 4,99 miliar, terutama berasal dari sektor nonmigas senilai USD 7,09 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD 2,10 miliar. Terdapat beberapa negara yang menjadi pengekspor dan pengimpor terbesar Indonesia.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–September 2022 mencapai USD 219,35 miliar. Angka ekspor ini naik 33,49 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai USD 207,19 miliar, naik 33,21 persen.
Advertisement
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–September 2022 naik 22,23 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 15,37 persen, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 91,98 persen.
Nilai ekspor Indonesia September 2022 mencapai USD 24,80 miliar atau turun 10,99 persen dibanding ekspor Agustus 2022. Dibanding September 2021, nilai ekspor September 2022 naik sebesar 20,28 persen.Ekspor nonmigas September 2022 mencapai USD 23,48 miliar, turun 10,31 persen dibanding Agustus 2022, tetapi naik 19,26 persen jika dibanding ekspor nonmigas September 2021.
Berdasarkan data BPS, Senin (17/10/2022), penurunan terbesar ekspor nonmigas September 2022 terhadap Agustus 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 1.425,4 juta (31,91 persen).
Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar USD 238,1 juta (29,07 persen).Adapun negara tujuan ekspor nonmigas September 2022 terbesar adalah ke Tiongkok, mencapai sebesar USD 6,16 miliar. Disusul Amerika Serikat sebesar USD 2,11 miliar dan Jepang sebesar USD 2,10 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,17 persen.
Sementara itu, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD 4,45 miliar dan USD 1,81 miliar.Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–September 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 29,37 miliar (13,39 persen). Kemudian diikuti Kalimantan Timur sebesar USD 26,76 miliar (12,20 persen) dan Jawa Timur sebesar USD 18,95 miliar (8,64 persen).
Negara Pengimpor
Nilai impor Indonesia September 2022 mencapai USD 19,81 miliar, turun 10,58 persen dibanding Agustus 2022 atau naik 22,01 persen dibanding September 2021. Impor migas September 2022 senilai USD 3,43 miliar, turun 7,44 persen dibanding Agustus 2022 atau naik 83,53 persen dibanding September 2021.
Impor nonmigas September 2022 senilai USD 16,38 miliar, turun 11,21 persen dibanding Agustus 2022 atau naik 14,02 persen dibanding September 2021. Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar September 2022 dibanding Agustus 2022 adalah besi dan baja senilai US$342,2 juta (25,57 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah logam mulia dan perhiasan/permata senilai US$182,5 juta (50,37 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2022 adalah Tiongkok senilai USD 50,29 miliar (33,88 persen), Jepang senilai USD 12,65 miliar (8,52 persen), dan Thailand senilai USD 8,52 miliar (5,74 persen).
Impor nonmigas dari ASEAN senilai USD 25,37 miliar (17,09 persen) dan Uni Eropa senilai USD 8,40 miliar (5,66 persen).
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–September 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi senilai USD 496,3 juta (3,52 persen), bahan baku/penolong senilai USD 33,340,7 juta (31,72 persen), dan barang modal senilai USD 6.433,1 juta (32,17 persen).
Advertisement