Liputan6.com, Jakarta - Ramai diperbincangkan di media sosial, lukisan “Bunga Matahari” karya Vincent Van Gogh yang dipamerkan di Galeri Nasional London, Inggris dilempari sup tomat oleh dua pengunjuk rasa.
Dua wanita berusia 20 dan 21 tahun telah diadili untuk menghadapi dakwaan kerusakan vandalisme yang dilakukan dengan melemparkan sup tomat ke salah satu lukisan bersejarah karya Van Gogh.
Advertisement
Dalam video yang beredar, terdapat dua orang yang memakai kaos “Just Stop Oil” membuka dan melemparkan isinya ke lukisan sebelum menempelkan tangan mereka ke tembok.
Dikutip dari Associated Press, Senin (17/10/2022), kedua orang itu sudah ditangkap dan diadili. Adapun hakim Distrik Tan Irkam memerintahkan pembebasan mereka dengan syarat bahwa mereka tidak memiliki zat cat atau perekat ketika berada di ruang publik.
Sementara itu, dilansir Merdeka, lukisan tidak mengalami kerusakan tetapi ada kerusakan kecil pada bingkai lukisan.
Kasus lain mengenai protes ekstrem juga terjadi di London karena menyiram cat pada sebuah tanda di markas New Scotland Yard di Kepolisian Metropolitan London.
Para pengunjuk rasa 'Animal Rebellion' juga memprotes dengan cara nyeleneh. Upaya dilakukan dengan menuangkan susu ke lantai di toko-toko swalayan Inggris.
Kasus terbaru mengenai protes di Inggris juga terjadi mengenai protes para aktivis iklim yang menyemprotkan cat berwarna oranye di atas showroom Aston Martin di pusat kota London pada hari minggu.
Anggota kelompok “Just Stop Oil' juga turut menggelar aksi duduk di Park Lane, tempat toko pembuat mobil sport tersebut berada di kawasan eksklusif di Ibukota Inggris.
Latar Belakang Protes yang Dilakukan
Melansir dari CTV News, protes yang dilakukan terhadap tulisan Van Gogh dipicu dengan pertanyaan 'Apakah penodaan sebuah lukisan lebih buruk daripada penghancuran planet yang disengaja?'
Pertanyaan ini menjadi dasar yang menurut para aktivis iklim dapat mereka harapkan untuk memicu pendukung dengan melemparkan sup ke salah satu lukisan paling terkenal di dunia, 'Bunga Matahari' karya Vincent Van Gogh.
Meskipun lukisan itu dilindungi oleh lapisan kaca, media sosial dibanjiri kemarahan atas aksi simbolis tersebut.
Namun di balik sup dan foto-foto tersebut, menurut para aktivis, ada kisah menyedihkan tentang meningkatnya ketidakstabilan iklim dan kelalaian pemerintah, yang mereka harapkan orang-orang juga akan sama marahnya.
Aksi ini menjadi upaya terhadap pengumuman bahwa pemerintah memberi lampu hijau pada lisensi baru untuk eksplorasi minyak, meskipun ada peringatan mengerikan dari para ahli bahwa untuk masuk ke dalam proyek minyak baru sama saja dengan melakukan serangan terhadap kemanusiaan.
Advertisement
Dibalik Sup Tomat
Melansir The Guardian, pemilihan sup tomat sebagai media yang digunakan oleh para pengunjuk rasa Just Stop Oil memiliki alasan dibaliknya.
Berdasarkan laporan The Guardian, krisis biaya hidup yang terjadi di Inggris adalah bagian dari biaya krisis minyak. Bahan bakar yang tidak terjangkau oleh masyarakat dan jutaan keluarga yang kedinginan dan kelaparan membuat protes ini memulai aksinya.
“Mereka bahkan tidak mampu memanaskan sekaleng sup”, ujar Alex De Koning, Juru Bicara Just Stop Oil.
Protes tersebut tentu memicu beragam reaksi dan kemarahan. Salah satu warga yang dilaporkan oleh The Guardian menyatakan bahwa ia awalnya mengutuk aksi tersebut.
Tetapi, kemudian berubah pikiran ketika ia mengetahui bahwa lukisan itu kemungkinan tidak akan rusak secara permanen.
Siapakah Just Stop Oil?
Just Stop Oil merupakan gerakan untuk menuntut Pemerintah Inggris setuju untuk mengakhiri ekstraksi sumber daya minyak dan gas baru di Inggris.
Gerakan ini menentang industri bahan bakar fosil melalui subsidi dan keringanan pajak untuk ekstraksi bahan bakar fosil baru.
Dilansir dari Just Stop Oil. Org, ketergantungan pada bahan bakar fosil perlu diakhiri dan mendorong terciptanya teknologi dan energi terbarukan. Menurut mereka, masyarakat perlu mengurangi permintaan energi dan memikirkan kembali cara bepergian termasuk menyediakan transportasi umum gratis di mana-mana dari pemerintah.
Adapun cara yang dapat dilakukan, yakni dimulai dengan mengalihkan subsidi pemerintah dari bahan bakar fosil yang kotor ke energi bersih, transportasi, dan isolasi.
“Kita dapat melakukannya sekarang, dengan tertib, menciptakan jutaan pekerjaan dengan keterampilan yang layak dan melindungi hak-hak pekerja di industri, atau kita menunggu keruntuhan yang tak terhindarkan.” Tulis Just Stop Oil pada lamannya.
Advertisement