TK hingga Kampus di Krimea Ukraina Jadi Sasaran Hoaks Ancaman Bom, Siswa Dievakuasi

Sejumlah hoaks bom muncul di Krimea, wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Okt 2022, 19:10 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Liputan6.com, Kerch - Penyebaran hoaks di Krimea membuat institusi pendidikan ramai-ramai melaksanakan evakuasi. Semua sekolah, taman kanak-kanak, hingga kampus mengevakuasi siswanya. Pengadilan juga ikut evakuasi.

Dilaporkan media pemerintah Rusia, TASS, Senin (17/10/2022), hoaks itu tersebar di kota Kerch yang berlokasi di Krimea. Ini merupakan ke sekian kalinya muncul ancaman bom di Krimea.

"Semua pengadilan, sekolah, taman kanak-kanak, dan kampus mendapatkan ancaman bom. Evakuasi dilaksanakan," ujar wali kota Svyatoslav Brusakov.

Ternyata, ancaman bom tersebut adalah hoaks semua.

Krimea adalah wilayah Ukraina yang telah dianeksasi Rusia. Saat ini, Rusia mengendalikan daerah tersebut.

Sejak invasi Rusia dimulai, hoaks ancaman-ancaman bom sering terjadi di Krimea, termasuk Sevastopol yang merupakan kota terbesar di Krimea. Para aparat menyebut ancaman-ancaman tersebut berasal dari Ukraina.

IMF Meminta Stop Perang

Negara-negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (14/10) mengeluarkan seruan yang hampir dicapai secara aklmasi agar Rusia mengakhiri perang di Ukraina, kata ketua komite pengarah IMF. Disebutkan bahwa konflik itu merupakan faktor tunggal terbesar yang memicu inflasi dan memperlambat ekonomi global.

Namun Nadia Calvino, Menteri Ekonomi Spanyol, mengatakan pada konferensi pers bahwa Rusia kembali memblokir konsensus untuk mengeluarkan komunike bersama selama pertemuan Komite Moneter dan Keuangan Internasional.

Calvino mengatakan seruan untuk mengakhiri perang lebih kuat daripada pertemuan IMF dan Bank Dunia pada April sementara konflik itu menyebabkan kerawanan pangan dan energi, kenaikan harga dan risiko stabilitas keuangan.

"Sangat jelas hanya pada tingkat manusia, tingkat praktis, tingkat objektif – Hentikan perang. Hentikan perang," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (16/10).

 


600 Permukiman yang Sempat Diduduki Rusia Telah Dibebaskan oleh Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Otoritas Ukraina mengklaim telah membebaskan lebih dari 600 permukiman dari pendudukan Rusia dalam sebulan terakhir, termasuk 75 di antaranya di wilayah Kherson yang sangat strategis.

Kementerian Reintegrasi Wilayah Pendudukan Sementara Ukraina mengatakan sekitar 502 permukiman telah dibebaskan di wilayah timur laut Kharkiv di mana pasukan Ukraina bulan lalu maju jauh ke dalam garis Rusia. 

Selain itu, 43 permukiman di Donetsk dan tujuh permukiman di Luhansk juga dibebaskan.

"Wilayah-wilayah Ukraina yang dibebaskan telah meningkat secara signifikan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di situs resminya, Kamis malam (13/10), seperti dikutip dari Antara (15/10).

Kherson, Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhzhia dicaplok oleh Rusia bulan lalu sebagai serangan balasan oleh pasukan Ukraina yang dengan cepat maju di timur laut, timur, dan selatan.

Pencaplokan itu dikecam oleh Ukraina dan Barat karena dianggap ilegal.

Pada Kamis, gubernur wilayah Kherson di Ukraina yang diangkat oleh Rusia mengimbau penduduk untuk mengungsi di tengah pertempuran antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.

Pada akhir Agustus 2022, Ukraina melancarkan serangan balasan terhadap pasukan Rusia yang menduduki negara itu sejak awal invasi mereka pada Februari.

Rusia menyebutkan tindakan di Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk demiliterisasi negara tetangganya.


Invasi Rusia ke Ukraina Picu 15 Negara NATO Setujui Pengadaan Perisai Langit Eropa

Ilustrasi bendera NATO (Wikipedia/Public Domain)

Sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina, 15 negara NATO akhirnya bersepakat untuk membentuk Inisiatif Perisai Langit Eropa. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kemampuan pertahanan yang lebih baik.

Mengutip DW Indonesia, Jumat (14/10), Jerman dan 14 negara NATO lainnya mengadakan acara penandatanganan deklarasi untuk pengadaan bersama sistem pertahanan udara di markas aliansi di Brussels, Belgia, Kamis 13 Oktober.

Negara-negara anggota NATO itu, menyetujui inisiatif yang diajukan Jerman demi melindungi wilayah udara Eropa.

Sistem pertahanan udara seperti Arrow 3 dan Patriot termasuk dalam deklarasi yang disebut European Sky Shield Initiative (ESSI) atau Inisiatif Perisai Langit Eropa.

"Sebanyak 15 negara telah berkumpul untuk mengatur pengadaan bersama di bawah koordinasi Jerman, berkaitan dengan kesepakatan pertahanan udara Eropa. Ini adalah sesuatu di mana kita memiliki celah,” kata Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht.


Apa Inisiatif Perisai Langit Eropa?

Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan inisiatif tersebut pada bulan Agustus lalu, menyebutnya sebagai "keamanan untuk seluruh Eropa."

Pada saat itu, Scholz berpendapat bahwa pertahanan udara gabungan akan terbukti lebih hemat biaya daripada setiap negara berlomba untuk mempertahankan langitnya sendiri atau membangun sistem pertahanan udaranya sendiri.

Scholz mengatakan, Berlin perlu berinvestasi besar-besaran dalam pertahanan udara di tahun-tahun mendatang dan akan memulai lebih awal jika negara-negara sekutu lainnya dapat berpartisipasi di tingkat dasar sejak awal.

Saat Rusia meluncurkan rudal ke kota-kota Ukraina Senin 10 Oktober, Eropa kembali waspada karena Moskow tampaknya menargetkan warga sipil.

Rancangan keamanan yang diatur ulang secara mendasar di Eropa, merupakan langkah baru yang diperlukan untuk mencegah ancaman yang meningkat di benua itu, karena perang Rusia-Ukraina, yang sekarang memasuki bulan kedelapan, di tambah lagi dengan musim dingin sudah di depan mata.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya