Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Bill dan Melinda Gates berjanji untuk menyumbangkan dana sebesar US$ 1,2 miliar dolar atau setara Rp 18,5 triliun untuk mendukung usaha mengakhiri polio di seluruh dunia.
Dana itu akan digunakan untuk membantu menerapkan strategi Inisiatif Pemberantasan Polio Global hingga 2026. Inisiatif tersebut berusaha mengakhiri penyebaran virus polio di Pakistan dan Afghanistan, dua negara dengan status endemik polio, kata yayasan itu dalam pernyataan pada Minggu (16/10).
Advertisement
Uang tersebut juga akan digunakan untuk menyetop wabah varian baru dari virus itu. Pengumuman itu disampaikan dalam KTT Kesehatan Dunia di Berlin pada Minggu (16/10).
Yayasan itu mengatakan dalam pernyataan di situsnya bahwa mereka telah menyumbangkan hampir US$5 miliar untuk inisiatif pemberantasan polio. Inisiatif tersebut berusaha mengintegrasikan kampanye polio ke layanan kesehatan yang lebih luas, sambil menggiatkan penggunaan vaksin polio oral tipe 2 yang baru.
Yayasan tersebut juga berupaya membuat sistem kesehatan nasional lebih kuat, agar negara-negara lebih siap menghadapi ancaman kesehatan di masa depan, tambah pernyataan itu, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (18/10/2022).
"Langkah terakhir untuk memberantas polio adalah yang tersulit. Tapi yayasan kami tetap berdedikasi demi masa depan yang bebas polio, dan kami optimistis hal itu akan segera terwujud," kata CEO yayasan itu Mark Suzman.
Inisiatif pemberantasan itu adalah kemitraan publik-swasta yang dipimpin oleh sekelompok pemerintahan nasional yang termasuk Yayasan Gates, Rotary International, WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Sempat Hibahkan Harta Rp 300,5 Triliun
Bill Gates mengungkapkan akan menyumbangkan uang senilai USD 20 miliar atau setara Rp. 300,5 triliun dari kekayaannya ke Yayasan Bill and Melinda Gates.
Sumbangan ini akan meningkatkan pengeluaran sang miliarder dalam menghadapi tantangan global termasuk pandemi dan dampak perang Rusia-Ukraina.
"Beberapa kemunduran global yang besar selama beberapa tahun terakhir telah membuat banyak orang putus asa dan bertanya-tanya apakah dunia ditakdirkan untuk menjadi lebih buruk," tutur Gates dalam sebuah postingan di Twitter, dikutip dari CNBC International, Kamis (14/7/2022).
"Saya berharap dengan memberi lebih banyak, kita dapat mengurangi beberapa penderitaan yang dihadapi orang-orang saat ini dan membantu memenuhi visi yayasan untuk memberi kesempatan hidup sehat dan produktif," ucapnya, dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan sumbangan tersebut.
Yayasan Bill and Melinda Gates, salah satu filantropi terbesar di dunia, berencana untuk meningkatkan pembayaran hingga 50 persen di atas tingkat pra-pandemi, dari hampir USD 6 miliar menjadi USD 9 miliar atau setara Rp. 135,1 triliun setiap tahun pada tahun 2026.
Bill dan Melinda French Gates, tak lama setelah mengumumkan perpisahan mereka, juga mengumumkan sumbangan sebesar USD 15 miliar (Rp 225,4 triliun) kepada yayasan itu pada Juli 2022.
Melansir CNN Business, yayasan Bill and Melinda Gates berfokus pada pemberian amal yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan global, kesetaraan gender dan pendidikan, di antara isu-isu lainnya.
Sebelum sumbangan terbaru, Bill Gates dan mantan istrinya, Melinda French Gates, telah berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka ke yayasan yang mereka dirikan bersama 20 tahun lalu, serta untuk upaya filantropi lainnya.
Dengan perkiraan kekayaan bersih sekitar USD 114 miliar, atau Rp 1,7 kuadriliun, Bill Gates saat ini adalah orang terkaya keempat di dunia, menurut Indeks Miliarder Bloomberg, dengan sebagian besar kekayaannya terkait dengan saham Microsoft.
Advertisement
Komentar Miliarder soal Ramalan Resesi AS, Mulai Elon Musk hingga Bill Gates
Sejumlah miliarder membeberkan prediksi mereka tentang resesi yang diramal akan menimpa ekonomi Amerika Serikat sebelum akhir tahun.
Prediksi miliarder ini memperluas peringatan dari lembaga keuangan dan CEO ketika Federal Reserve bergerak untuk mengatasi inflasi tinggi dengan kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan.
Elon Musk menjadi salah satu miliarder ternama yang mengungkapkan kekhawatirannya akan risiko resesi di AS.
Dilansir dari Forbes, Rabu (22/6/2022) saat berbicara di Qatar Economic Forum, Musk mengatakan pendapatnya terkait dengan resesi ekonomi.
"Resesi tak terhindarkan di beberapa titik," ungkap dia.
Pernyataan itu pun senada dengan yang telah diucapkan Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press.
Sebelumnya, dalam email internal kepada para eksekutif Tesla, orang terkaya di dunia itu telah mengungkapkan dirinya memiliki
"Perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi AS, ketika mengisyaratkan akan adanya PHK di perusahaan kendaraan listrik tersebut.
Pada Mei 2022, pendiri Microsoft Bill Gates juga berbagi sentimen serupa dalam sebuah wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria.
Dalam wawancara itu, Gates menyebut dunia sedang menuju perlambatan ekonomi dalam 'waktu dekat' di tengah dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Adapun CEO JP Morgan Jamie Dimon yang memperingatkan 'badai' ekonomi yang dipicu oleh konflik di Ukraina dan inflasi yang tinggi dan mengatakan banknya sedang mempersiapkan hasil yang buruk dari kedua krisis tersebut awal bulan ini.
Kemudian pendiri dan CEO Citadel Ken Griffin, bulan lalu memperingatkan bahwa "jika tingkat inflasi tetap di sekitar 8,5 persen seperti saat ini, The Fed perlu mengerem dengan cukup keras agar tidak mendorong ekonomi ke dalam resesi".