Potensi EBT Indonesia Cukup Besar, Tetapi Kebutuhan Listrik Jauh Lebih Tinggi

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, keperluan listrik Indonesia pada 2060 di angka 7.000 MW.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Okt 2022, 21:16 WIB
Energi Panas Bumi. Dok: Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar tetapi belum dimanfaatkan. Tercatat, dalam data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) potensi EBT di Indonesia mencapai 3.600 hingga 3.700 GW.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, keperluan listrik Indonesia pada 2060 di angka 7.000 MW. sebab itu Indonesia memiliki potensi yang besar untuk ekspor ke Singapura.

"Kalau ditanya seberapa besar berapa ekspor, selisihnya kita punyanya 3.600 MW tapi butuhnya 7000 MW. Tetapi angkanya tidak bisa dikurangkan langsung karena yang kita butuhkan bukan megawatt tapi satuan listrik dalam kWh," ujar Dadan dalam webinar, Senin (17/10/2022).

Dadan pun menyebut ekspor listrik ke Singapura dapat melalui kabel laut dari titik daerah atau pulau terdekat ke Singapura. Walaupun memang pulau yang terdekat adalah Batam, namun tak menipis kemungkinan bisa melalui pulau Sumatera.

Kendati demikian, dia pun menerangkan ekspor EBT ke negara lain tidak dilakukan dalam waktu dekat ini.

"Saya rasa Singapura juga tidak berpikiran tahun depan seperti apa, prosesnya jangka panjang. Untuk memastikan bahwa mendapatkan listrik bersih dan handal. Dan Indonesia juga punya keinginan yang sama," kata dia.

Lebih lanjut, Dadan menerangkan secara regulasi ekspor diperbolehkan dalam regulasi UU Ketenagalistrikan. Namun hal tersebut juga memiliki syarat yakni di dalam negeri harus terpenuhi terlebih dahulu.

"Dalam regulasi UU Ketenagalistrikan ada syaratnya di dalam negeri terpenuhi dulu tenaga listrik setempat wilayah sekitarnya harus terpenuhi," jelas Dadan.

Selain itu, dipastikan juga tidak boleh ada subsidi untuk EBT yang akan diekspor ke luar negeri. Kemudian apabila mengekspor EBT dipastikan tidak mengganggu kebutuhan listrik hijau di dalam negeri.


Target EBT 25 Persen di 2025, Ekonom: Pemerintah Halusinasi

Energi Panas Bumi.

Pemerintah terus menggenjot penggunaan sumber energi ramah lingkungan alias Energi Baru Terbarukan (EBT). Sayangnya apa yang dilakukan pemerintah ini dinilai belum maksimal.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pesimis target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 25 persen tercapai pada 2025 mendatang. Hal ini merespon masih rendahnya realisasi bauran energi energi bersih di Indonesia.

"Untuk target bauran EBT 25 persen, pemerintah terlalu halusinasi ya," kata Bhima dalam acara Polemik Transisi Energi Terbarukan dalam Perpres 112/2022 di Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Bhima mencatat, saat ini, bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesiamasih didominasi oleh batubara. Yakni, mencapai 60,5 persen.

"Dan hanya 12,3 persen bersumber dari EBT," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga dinilai masih belum serius untuk mendorong pengembangan EBT di Indonesia. Melalui, Peraturan Presiden Nomor 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik pemerintah masih mengizinkan operasional PLTU batubara hingga 2050 mendatang.

Padahal, batubara bersama minyak bumi digolongkan sebagai kelompok energi kotor. Sehingga, harus dikurangi pemanfaatannya secara serius oleh pemerintah.

"Tapi, arah kebijakan masih sangat mempertimbangkan nilai ekonomis dari PLTU dibandingkan dampak lingkungan," pungkasnya.

 


Target Pemerintah

Sebelumnya, Direktur Bioenergi, Dirjen Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriyah Feby Misnah mengatakan, seperempat dari porsi EBT yang menjadi target pemerintah pada 2025 bersumber dari bahan bakar nabati (BBN). Saat ini BBN masih dominan berbasis minyak sawit atau biodiesel sawit.

"Indonesia menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang setara dengan 92,2 million tonnens of oil equivalent (MTOE), seperempatnya dicanangkan dari BBN," kata Andriyah di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (17/11).

Dia mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan sumber EBT yang melimpah seperti energi surya, air, angin, termasuk BBN. Berkaitan dengan upaya menggali potensi BBN, lanjut dia, perlu ada peta jalan pengembangan BBN dalam pemenuhan bauran energi, sekaligus penurunan emisi gas karbonsioksida di Indonesia.

Hal tersebut dinilai penting, mengingat dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan penggunaan BBN dunia meningkat 10 kali lipat. Sementara produksi biodiesel di Asia Pasifik besar yang didukung oleh produksi CPO Indonesia. Hal itu puncaknya pada 2006, Indonesia tercatat sebagai penghasil sawit terbesar di dunia.

Adapun program BBN ini akan berdampak pada tiga hal yakni ketahanan dan kedaulatan energi, pengentasan kemiskinan, termasuk menyangkut lingkungan hidup.

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya