Liputan6.com, Surabaya - Suharto, mantan atlet balap sepeda peraih emas SEA Games 1979, selama puluhan tahun menjalankan profesi sebagai tukang becak merangkap pemulung di Gresik.
Namun kini nasib Suharto berubah. Dia bisa tersenyum bahagia lantaran telah diangkat oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebagai pegawai Bapenda di UPT Bapenda Gresik.
Advertisement
Khofifah menyatakan, cerita Suharto bermula saat dua hari sebelum lebaran Idul Fitri Mei 2022 lalu/ Saat itu Khofifah keliling daerah. Sampai di Gresik sudah saat buka puasa, dia pun berbagi makanan berbuka sembari bagi sembako untuk penarik becak.
“Saat itu diantara penarik becak ada yang angkat tangan bersuara lantang bahwa beliau pernah meraih medali emas pada SEA GAMES juga medali perak open turnamen sepeda balap di Thailand dan China. Namanya Suharto. Saat itu beliau penarik becak merangkap pemulung,” ujar Khofifah di Gresik, Selasa (18/10/2022).
Ketika ditanya nomor handphonenya agar bisa berkoordinasi untuk tindak lanjut pemberian intervensi, Suharto menjawab bahwa dia tidak memiliki ponsel. Maka Khofifah meminta alamat dimana Suharto tinggal, kesokan harinya dikirimkanlah ponsel untuk Suharto.
Khofifah pun tak lantas diam, dia segera meminta Kepala Bapenda Jatim untuk menindaklanjuti. Tak hanya diberikan ponsel, Suharto juga diberikan pekerjaan tetap yang lebih layak.
“Keesokan harinya beliau ditemui Kepala Bapenda dan diajak menjadi karyawan Bapenda di UPT Gresik. Alhamdulillah sampai saat ini beliau sehat,” tegas Khofifah.
Terhitung sejak Mei 2022, Suharto resmi diangkat untuk bekerja sebagai petugas keamanan di UPT Bapenda Gresik.
Berprestasi
Diketahui, Suharto ini sempat viral akibat kondisi hidupnya yang memprihatinkan. Pasalnya prestasi Suharto saat muda begitu gemilang. Ada sederet prestasi yang telah dia torehkan sebagai atlet balap sepeda.
Pada 1976, Suharto diketahui meraih juara 2 perorangan dan beregu 2000 km di Thailand. Kemudian di tahun 1977 Suharto berhasil memecahkan rekor PON Nasional untuk nomor nomor individual time trial (ITT) dan team pursuit.
Pada 1978 Suharto juga sempat mengikuti Olympiade di Montreal Jerman, namun kurang beruntung dan tidak dapat nomor juara karena kecelakaan saat mengayuh sepeda. Tidak hanya itu pada 1978 ia juga juara 3 Open Turnanen di China, serta juara 1 di SEA Games Kualalumpur 1979.
Namun dengan prestasi segudang, di masa tuanya, Suharto justru menghidupi keluarga dengan mengayuh becak juga memulung untuk mencari nafkah.
Suharto sempat menjadi tukang becak sejak selama 20 tahun lalu. Tentu hal ini menjadi hal yang begitu kontras. Kondisi Suharto itulah yang membuat Khofifah terenyuh sehingga diberikan perhatian.
Dalam kesempatan ini, Suharto turut menjadi penerima zakat produktif lantaran selain menjadi pegawai UPT Bapenda di Gresik, ia saat ini juga berjualan kopi di malam hari sebagai usaha menambah penghasilan.
“Kegigihan Pak Suharto layak untuk ditiru. Masa mudanya beliau sungguh gemilang prestasinya. Semoga kita semua dilimpahkan rizki yang lancar barokah oleh Allah SWT,” tutur Khofifah.
Suharto pun berterima kasih atas bantuan Khofifah. Saat ini hidup saya jauh lebih baik.
"Ini semua berkat perhatian ibu gubernur,” tutur Suharto, bapak tiga anak ini.
Ia menceritakan bahwa dia atlet balap sepeda yang berhasil mengibarkan merah putih di luar negeri. Namun ia menyatakan bahwa selama ini ia kurang mendapatkan perhatian.
“Maka saya pindah ke Gresik dan Alhamdulillah bertemu dengan Ibu Gubernur Khofifah, dan diberi pekerjaan di Bapenda. Terimakasih Bu Khofifah telah menyambung nyawa saya,” tegasnya.
“Sebelum kerja di Bapenda saya tukang becak, juga jadi pemulung cari rongsokan di jalan. Lalu ketemu ibu Gubernur saat membagi sembako, saya cerita prestasi pertasi saya. Saat ditanya nomor handphone saya nggak punya, besoknya langsung dikirim HP, dan berlanjut hingga diberi pekerjaan,” urainya.
Advertisement