Ekosistem Disokong Grup Djarum, Bagaimana Prospek IPO Blibli?

PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), pengelola Blibli menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham dalam rangka IPO.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 18 Okt 2022, 12:16 WIB
Pemanfaatan forklift pada warehouse Blibli (Dok. Blibli)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan tengah menjalani proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO), salah satunya PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), pengelola Blibli. Perusahaan menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 250 per saham. 

Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran saham perdana perseroan di kisaran Rp 410-Rp 460 per saham. Dengan demikian, perseroan membidik dana IPO Rp 8,17 triliun.

Analis menilai prospek dari penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) PT Global Digital Niaga atau Blibli.com (Blibli) masih dibayangi sejumlah tantangan. Salah satunya, suku bunga yang bisa menjadi sentimen negatif bagi perusahaan. Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, IPO Blibli ini momentum nya bisa dibilang kurang tepat. 

"Untuk prospek emiten Blibli masih memiliki berbagai tantangan mengingat saat ini adanya tren kenaikan suku bunga dapat menjadi sentimen negatif. Di sisi lain kinerja yang masih negatif pun dapat membuat valuasi sahamnya terbilang mahal,” kata Abdul kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (18/10/2022).

Meski begitu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli menilai IPO Blibli menarik untuk dicermati. Lantaran Blibli disokong oleh ekosistem yang besar yakni Grup Djarum

"Secara prospek, BELI memiliki dukungan dari kekuatan group yang besar sehingga berpotensi untuk memiliki prospek fundamental yang baik secara tren jangka panjang. BELI disupport oleh GDP Venture yang merupakan modal venture Grup Djarum,” kata Julian dalam keterangan resminya.

 

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Kinerja Perseroan

Ilustrasi Blibli PayLater. (Dok. Blibli)

Dalam catatannya, BELI berhasil mencatatkan pertumbuhan TPV keseluruhan dari total semua segmen, yaitu ritel 1p, ritel 3p, institusi maupun toko fisik. Secara Keseluruhan dari 2020 hingga 2021 TPV tumbuh sebesar 44,7 persen secara tahunan. Adapun hingga kuartal I 2022, pertumbuhan keseluruhan TPV mencapai 95 persen. 

Pertumbuhan TPV sejalan dengan pendapatan bruto menjadi sebesar Rp9,51 triliun, atau meningkat 97,7 persen secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,81 triliun. 

Adapun pengeluaran untuk diskon dan promosi mengalami penurunan secara tahunan, hasil dari strategi dan fokus BELI yang positif atas monetisasi platform dan optimasi diskon serta promosi langsung secara efektif di segmen ritel, institusi dan toko fisik. 

Hal tersebut membuat pendapatan neto BELI meningkat menjadi sebesar Rp8,85 triliun, melesat 106 persen secara tahunan dari Rp4,29 triliun.

BELI mencatatkan penurunan EBITDA yang semakin dalam, dari 2020 yang tercatat terkontraksi sebesar Rp 3,21 triliun menjadi Rp 3,37 triliun pada 2021, karena meningkatnya beban pokok pendapatan dan beban penjualan, seiring dengan bertambahnya skala operasional dan penambahan anak perusahaan yang baru diakuisisi BELI. 

 


Aset Perseroan

Penjual berdiri siap melayani pembeli pada pembukaan Blibli Store di Central Park, Jakarta, Selasa (2/8/2022). Blibli membuka 3 toko fisik, Blibli store secara serentak yang berlokasi di Central Park, Trans Studio Mall Cibubur dan Lippo Mall Puri. (Liputan6.com)

BELI juga mencatatkan kenaikan total aset menjadi sebesar Rp18,3 triliun, meningkat 104 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp8,9 triliun.

BELI masih mencatatkan kinerja yang negatif. Tercermin pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif yang masih membukukan rugi Rp3,35 triliun, cenderung meningkat dari tahun sebelumnya dengan rugi Rp2,41 triliun.

"Walaupun masih memiliki kinerja negatif dari sisi bottom line, BELI berhasil mencatatkan rasio solvabilitas yang membaik, sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan yang positif ke depan,” kata dia.

Ia menuturkan, hal itu tercermin pada penurunan Debt to Asset Ratio (DAR) dari sebelumnya 71,75 persen pada 2020 menjadi 45,16 persen pada 2021. Selain itu Debt to Equity Ratio (DER) juga mengalami penurunan dari sebelumnya 247,87 persen pada 2020 menjadi 82,34 persen pada 2021.


IPO, Blibli Tawarkan Harga Rp 410-Rp 460 per Saham

Warehouse Blibli dalam rangka persiapan menuju ulang tahun Ke-11 (Dok. Blibli)

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce blibli akan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, ditulis Senin (17/10/2022), PT Global Digital Niaga Tbk menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran saham perdana perseroan di kisaran Rp 410-Rp 460 per saham. Dengan demikian, perseroan membidik dana IPO Rp 8,17 triliun.

Selain itu, perseroan juga akan alokasikan sebanyak-banyaknya 55 juta saham atau sekitar 0,31 persen dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) sebesar 55 juta saham.

Perseroan juga akan alokasikan hak opsi kepada manajemen dan karyawan menjadi sebanyak-banyaknya 3,65 miliar saham atau sekitar 2,99 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, pelaksanaan ESA, MESOP. Pemberikan hak opsi dalam MESOP dapat dilaksanakan oleh perseroan hingga 20 Desember 2024.

Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembayaran utang ke perbankan. Sedangkan sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.

Adapun hingga Juni 2022, perseroan mencatat pendapatan bersih naik 123,7 persen menjadi Rp 6,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Perseroan mencatat rugi tahun periode berjalan Rp 2,50 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Perseroan mencatat ekuitas Rp 8,16 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun. 

Total liabilitas perseroan naik menjadi Rp 8,7 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 8,3 triliun.  Total aset pengelola e-commerce Blibli ini turun menjadi Rp 16,86 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 18,3 triliun. Perseroan kantongi kas Rp 1,9 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya