Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda pernah berada pada situasi di mana Anda sedang berada dalam ruang rapat lalu salah satu dari anggota rapat mulai menguap karena kantuk yang tidak tertahan.
Lalu tanpa disadari Anda juga mulai menguap dan orang-orang yang berada dalam ruangan juga merasakan hal yang sama.
Advertisement
Kita semua bisa merasakannya, apakah ini memang efek dari suasana ataukah menguap benar-benar dapat menular?
Melansir dari laman Health Line, Rabu (05/02/2020) teori yang paling didukung secara ilmiah tentang mengapa kita menguap adalah pengaturan suhu otak. Karena aktivitas menghirup udara nyatanya dapat membantu mendinginkan suhu otak. Bahkan berpikir tentang menguap pun dapat menyebabkan Anda melakukannya.
Ini adalah sesuatu yang dilakukan semua orang, termasuk hewan, dan Anda tidak perlu mencoba menahannya karena ketika Anda menguap, itu karena tubuh melakukannya secara tidak sadar.
Kejadian ini terjadi karena salah satu tindakan tubuh yang paling menular dan tidak terkendali.
Ada banyak teori mengapa orang-orang menguap secara bersamaan. Salah satu teori yang populer adalah bahwa menguap membantu tubuh membawa lebih banyak oksigen, tetapi teori ini sebagian besar telah dibantah.
Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Physiology & Behavior mengamati kebiasaan menguap 120 orang dan menemukan bahwa menguap terjadi lebih sedikit selama musim dingin.
Alasan lain Anda mungkin menguap adalah karena tubuh ingin membangunkan dirinya sendiri.
Gerakan ketika menguap dapat membantu meregangkan paru-paru dan jaringan, dan memungkinkan tubuh untuk melenturkan otot-otot dan persendian.
Apakah Menguap itu Menular?
Menguap pasti menular. Bahkan video orang yang melakukannya dapat memicu sesi menguap.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mencoba menonton video orang yang sedang menguap lihat apakah Anda akhirnya menguap.
Jika Anda menguap, maka menurut sebuah studi dari Baylor University, itu adalah hal yang baik karena tubuh akan menunjukkan suatu respons di dalamnya.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences, mengamati 135 mahasiswa dengan melihat kepribadian mereka, dan bagaimana mereka bereaksi terhadap gerakan wajah yang berbeda.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sedikit empati yang dimiliki seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka akan menguap setelah melihat orang lain menguap.
Penting untuk dicatat bahwa hasil ini tidak dapat digeneralisasikan. Tidak menguap bukanlah bukti kecenderungan psikopat atau sosiopat.
Menguap atau tidak adalah respons alami tubuh yang ditunjukkan dengan cara yang berbeda antara satu orang dengan lainnya.
Advertisement
Mitos Menguap untuk Bersaing Menghirup Lebih Banyak Oksigen
Ketika berada dalam suatu ruangan sempit dan Anda melihat orang-orang menguap dan merasa persediaan oksigen dalam ruangan tersebut menjadi lebih sedikit. Hal tersebut merupakan sesuatu yang salah.
Faktanya, para ilmuwan telah menemukan bahwa menguap tidak menghirup lebih banyak oksigen dari biasanya.
Ini menunjukkan bahwa ada hal lain yang membuat seseorang ikut menguap ketika melihat orang lain bukan karena kekurangan oksigen.
Hal tersebut dapat terjadi sesuatu di otak kita sebenarnya terpicu ketika kita melihat orang lain menguap.
Sementara jawaban mengapa kita menguap belum ditemukan, para ilmuwan dan psikolog telah menemukan berbagai teori untuk menjelaskan menguap yang menular di antara manusia. Ini menjelaskan mengapa kita tidak bisa mengendalikannya.
Cara untuk Menghentikan Menguap
1. Cobalah bernapas dalam-dalam
Jika Anda merasa diri Anda menguap secara berlebihan, cobalah latihan pernapasan dalam melalui hidung Anda. Tubuh Anda mungkin membutuhkan lebih banyak oksigen.
Sebuah studi pada tahun 2007 juga menemukan bahwa pernapasan melalui hidung mengurangi menguap yang menular sepenuhnya dalam penelitian mereka.
2. Bergerak
Memecah rutinitas juga dapat membantu menstimulasi otak Anda. Perasaan lelah, bosan, dan stres cenderung membuat orang lebih banyak menguap.
Menguap berlebihan juga dapat berasal dari terlalu banyak mengonsumsi kafein.
3. Dinginkan diri Anda
Anda juga bisa mencoba berjalan-jalan di luar atau mencari tempat dengan suhu yang lebih sejuk. Jika Anda tidak punya waktu untuk melakukan ini, minumlah air dingin atau makan camilan dingin, seperti buah atau wortel.
Advertisement