Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa efek yang berbeda di kalangan dunia usaha. Bagi pengusaha eksportir hal ini merupakan suatu berkah, namun bagi pengusaha importir hal ini adalah sebaliknya.
“Kondisi ini memang kerap kali dirasakan para pengusaha ketika rupiah berfluktuasi dan hal ini merupakan suatu kondisi yang biasa bagi dunia usaha,” kata Diana kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).
Advertisement
Sebagai pelaku usaha, Diana berharap pemerintah dapat melakukan beberapa langkah strategis agar rupiah tidak semakin dalam tertekan. Selain itu, kinerja dari sektor manufaktur harus tetap dijaga, dalam rangka menjaga neraca perdagangan Indonesia.
"Saya pikir BI dapat melakukan beberapa langkah dalam mengintervensi pasar mengingat cadangan devisa kita sangat cukup untuk BI melakukan hal tersebut,” ujarnya.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, memprediksi nilai tukar rupiah masih berpotensi terus tertekan di tengah ketidakpastian global.
“Proyeksi ke depan saya kira masih bearish untuk rupiah. Hemat saya, rupiah masih berpotensi tertekan lebih jauh mengingat situasi ekonomi global makin tak pasti,” kata Ronny kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).
Dia menjelaskan, ancaman capital outflow masih tinggi karena para investor cenderung memindahkan asetnya ke instrumen investasi safe haven dan hard currency seperti dolar AS. Akibatnya, tekanan jual jual rupiah semakin tinggi seiring dengan dorong beli dollar yang juga tinggi.
“Jika pemerintah dan BI tak hati-hati, nilai tukar rupiah bisa level 15.750. Kalau tembus, rupiah akan mengejar level 15.900 per dolar AS. Semakin nilai tukar kita melemah, semakin rentan ekonomi Indonesia, baik secara moneter maupun fiskal,” ujarnya.
Data Manufaktur AS Jeblok, Rupiah Menguat Lawan Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi menguat seiring data Indeks Manufaktur Amerika Serikat (AS) yang lebih buruk dari perkiraan.
Rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,13 persen ke posisi 15.468 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.488 per dolar AS.
"Dolar AS melemah karena pesimisnya data Empire State Manufacturing Index AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya dikutup dari Antara, Selasa (18/10/2022).
Data Empire State Manufacturing Index AS yang dirilis kemarin hasilnya lebih buruk dari estimasi yaitu mencapai minus 9,1 dibanding estimasi pasar minus 4,3.
Banyak pendapatan perusahaan yang kuat di Wall Street mendorong selera risiko dan mendorong para pedagang untuk menjauh dari dolar AS.
Kendati demikian, aset berisiko tinggi seperti saham dan valuta asing adalah pihak yang diuntungkan lebih besar dari tren tersebut.
Laporan pendapatan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan besar Wall Street juga mendorong pembelian dengan harga murah, setelah pasar saham anjlok minggu lalu.
Advertisement
Prospek Suku Bunga AS
Di sisi lain, prospek kenaikan suku bunga AS, terutama dengan inflasi yang tetap dekat dengan level tertinggi 40 tahun.
Federal Reserve (Fed) juga telah mengisyaratkan bahwa suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008, di tengah memburuknya prospek ekonomi.
Pelaku pasar juga menyambut baik pernyataan dari menteri keuangan Inggris yang baru Jeremy Hunt yang akan menghapus sebagian besar anggaran mini multi miliaran pound pemerintah.
Pada Senin (17/10) lalu, rupiah ditutup melemah 61 poin atau 0,39 persen ke posisi 15.488 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.427 per dolar AS.