AS Kecam Kejahatan Perang Usai Rusia Kirim Drone Pembawa Bom ke Ukraina

AS mengecam kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia dengan mengirim pesawat tak berawak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Okt 2022, 14:10 WIB
Pesawat pembom jarak jauh Tu-22M-3 Rusia terbang saat parade militer Hari Kemenangan menandai 71 tahun setelah kemenangan dalam Perang Dunia II di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016. Mark Cancian, seorang ahli militer dengan Program Keamanan Internasional CSIS di Washington, mengatakan Rusia kemungkinan tidak akan menggunakan senjata nuklir di garis depan. (AP Photo, File)

Liputan6.com, Moskow - Amerika Serikat akan meminta pertanggungjawaban Rusia atas "kejahatan perang" yang telah dilakukan dan mengambil tindakan terhadap perusahaan dan negara yang bekerja dengan program pesawat tak berawak Iran, menyusul serangkaian serangan di kota-kota Ukraina.

Dilansir Al Jazeera, Selasa (18/10/2022), setidaknya empat orang - termasuk pasangan yang sedang mengandung bayi - tewas pada Senin pagi setelah sebuah pesawat tak berawak menghantam sebuah gedung apartemen di ibukota Ukraina, Kyiv. Serangan itu juga mematikan aliran listrik ke ratusan kota dan desa.

Berbicara dalam pidato malam regulernya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan udara terus berlanjut.

“Saat ini, ada serangan drone Rusia yang baru,” katanya. 

“Ada [drone] yang telah ditembak jatuh.”

Ukraina mengatakan, serangan itu dilakukan dengan drone kamikaze, Shahed-136 yang dilaporkan dibeli oleh Rusia dari Iran. Namun, para pejabat di Teheran membantah telah menjual senjata ke Moskow.

Usai diserang, tentara Ukraina melepaskan tembakan ke udara dalam upaya untuk menembak jatuh drone setelah ledakan mengguncang ibu kota pada Senin pagi. Sebuah roket anti-pesawat pun terlihat melesat ke langit, diikuti oleh ledakan dan nyala api oranye, saat penduduk berlomba-lomba mencari perlindungan.

 


AS Konsisten Dukung Ukraina

Mobil-mobil rusak saat pipa bawah tanah bocor di lokasi serangan rudal Rusia di Kiev, Ukraina, Senin (10/10/2022). Ledakan itu digambarkan jauh lebih sentral daripada serangan Rusia pada awal perang. (AP Photo/Adam Schreck)

Sekretaris pers Presiden AS Joe Biden, Karine Jean-Pierre, mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih “mengutuk keras serangan rudal Rusia hari ini” dan mengatakan serangan itu “terus menunjukkan kebrutalan [Presiden Rusia Vladimir] Putin”.

Mengacu pada paket bantuan militer baru senilai US$ 725 juta yang diumumkan untuk Ukraina pada Jumat lalu, Jean-Pierre mengatakan: “Kami akan terus mendukung rakyat Ukraina selama yang diperlukan.

“Kami akan terus membebankan ini semua kepada Rusia, meminta pertanggungjawaban mereka atas kejahatan perangnya.”

 


Ancaman Sanksi AS untuk Rusia

Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan serangan itu menunjukkan kebutuhan untuk memberikan segala bantuan unutuk Ukraina karena pasukannya melanjutkan serangan mereka terhadap penjajah Rusia.

Rusia "menyerang infrastruktur penting seperti pembangkit listrik, rumah sakit, hal-hal yang dibutuhkan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka yang bukan target militer," kata Blinken kepada wartawan di Stanford University di California.

“Ini adalah tanda meningkatnya keputusasaan oleh Rusia, tetapi itu juga merupakan tanda bahwa mereka akan tunduk dan yang telah kami lihat berulang kali dalam hal menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil,” kata Blinken.


Langgar Keamanan

Seorang pria yang terluka menerima perawatan medis di lokasi serangan rudal Rusia di Kiev, Ukraina, Senin (10/10/2022). Sebelum serangan udara di Kiev, jembatan yang menghubungkan Krimea ke Rusia terbakar pada Sabtu pagi dan menyebabkan lalu lintas terhenti. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat telah mengatakan bahwa Iran yang memasok drone, yang secara resmi dikenal sebagai kendaraan udara tanpa awak (UAV), ke Rusia akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendukung kesepakatan nuklir 2015 yang sekarang hampir mati antara Iran dan enam kekuatan.

Larangan resolusi atas ekspor senjata konvensional Iran berakhir pada Oktober 2020, tetapi pembatasan ekspor terkait rudal balistik yang dapat mengirimkan senjata nuklir tetap berlaku hingga Oktober tahun depan.

Infografis Rencana Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia di Tengah Konflik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya