Liputan6.com, Moskow - Amerika Serikat akan meminta pertanggungjawaban Rusia atas "kejahatan perang" yang telah dilakukan dan mengambil tindakan terhadap perusahaan dan negara yang bekerja dengan program pesawat tak berawak Iran, menyusul serangkaian serangan di kota-kota Ukraina.
Dilansir Al Jazeera, Selasa (18/10/2022), setidaknya empat orang - termasuk pasangan yang sedang mengandung bayi - tewas pada Senin pagi setelah sebuah pesawat tak berawak menghantam sebuah gedung apartemen di ibukota Ukraina, Kyiv. Serangan itu juga mematikan aliran listrik ke ratusan kota dan desa.
Advertisement
Berbicara dalam pidato malam regulernya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan udara terus berlanjut.
“Saat ini, ada serangan drone Rusia yang baru,” katanya.
“Ada [drone] yang telah ditembak jatuh.”
Ukraina mengatakan, serangan itu dilakukan dengan drone kamikaze, Shahed-136 yang dilaporkan dibeli oleh Rusia dari Iran. Namun, para pejabat di Teheran membantah telah menjual senjata ke Moskow.
Usai diserang, tentara Ukraina melepaskan tembakan ke udara dalam upaya untuk menembak jatuh drone setelah ledakan mengguncang ibu kota pada Senin pagi. Sebuah roket anti-pesawat pun terlihat melesat ke langit, diikuti oleh ledakan dan nyala api oranye, saat penduduk berlomba-lomba mencari perlindungan.
AS Konsisten Dukung Ukraina
Sekretaris pers Presiden AS Joe Biden, Karine Jean-Pierre, mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih “mengutuk keras serangan rudal Rusia hari ini” dan mengatakan serangan itu “terus menunjukkan kebrutalan [Presiden Rusia Vladimir] Putin”.
Mengacu pada paket bantuan militer baru senilai US$ 725 juta yang diumumkan untuk Ukraina pada Jumat lalu, Jean-Pierre mengatakan: “Kami akan terus mendukung rakyat Ukraina selama yang diperlukan.
“Kami akan terus membebankan ini semua kepada Rusia, meminta pertanggungjawaban mereka atas kejahatan perangnya.”
Advertisement
Ancaman Sanksi AS untuk Rusia
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan serangan itu menunjukkan kebutuhan untuk memberikan segala bantuan unutuk Ukraina karena pasukannya melanjutkan serangan mereka terhadap penjajah Rusia.
Rusia "menyerang infrastruktur penting seperti pembangkit listrik, rumah sakit, hal-hal yang dibutuhkan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka yang bukan target militer," kata Blinken kepada wartawan di Stanford University di California.
“Ini adalah tanda meningkatnya keputusasaan oleh Rusia, tetapi itu juga merupakan tanda bahwa mereka akan tunduk dan yang telah kami lihat berulang kali dalam hal menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil,” kata Blinken.
Langgar Keamanan
Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat telah mengatakan bahwa Iran yang memasok drone, yang secara resmi dikenal sebagai kendaraan udara tanpa awak (UAV), ke Rusia akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendukung kesepakatan nuklir 2015 yang sekarang hampir mati antara Iran dan enam kekuatan.
Larangan resolusi atas ekspor senjata konvensional Iran berakhir pada Oktober 2020, tetapi pembatasan ekspor terkait rudal balistik yang dapat mengirimkan senjata nuklir tetap berlaku hingga Oktober tahun depan.
Advertisement