Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) berencana akan menambah modal melalui penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Bank Victoria International akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham saham dengan nilai nominal Rp100. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Selasa (18/10/2022), Bank Victoria International juga akan menerbitkan waran yang melekat pada saham hasil pelaksanaan HMETD, dengan ketentuan bahwa waran yang diterbitkan adalah sebanyak-banyaknya 4,56 miliar waran seri VII dengan nilai nominal Rp100.
Advertisement
“Setiap satu waran seri VII memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan pada harga tertentu setelah 6 bulan sejak waran seri VII tersebut diterbitkan, dengan saham baru yang akan dikeluarkan oleh perseroan untuk pelaksanaan waran seri VII adalah saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham yang akan dikeluarkan dari portepel perseroan,” tulis Manajemen Perseroan, Senin (18/10/2022).
Manajemen perseroan menjelaskan, pemegang saham yang tidak melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya, maka persentase kepemilikan sahamnya terhadap saham-saham perseroan akan terkena dilusi hingga sebanyak-banyaknya sebesar 27,72 persen.
Selain itu, pemegang saham tidak melaksanakan HMETD dan waran seri VII yang akan diperoleh, persentase kepemilikan sahamnya terhadap saham-saham perseroan akan terkena dilusi hingga sebanyak-banyaknya sebesar 42,31 persen.
Manajemen juga menjelaskan jika pemegang saham tidak melaksanakan rights issue dan waran, persentase kepemilikan sahamnya terhadap saham BVIC akan terdilusi sebesar 27,72 persen.
Gelar RUPSLB 19 Oktober 2022
Sementara itu, Bank Victoria akan meminta persetujuan untuk melakukan rights issue melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Sebelumnya, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) akan melakukan penawaran umum terbatas untuk menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu VI (HMETD) atau rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (12/6/2022), PT Bank Victoria International Tbk akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 7,04 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham yang diterbitkan itu 40,17 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih perseroan setelah rights issue.
Perseroan menawarkan harga pelaksanaan Rp 140-Rp 170 per saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup dari rights issue maksimal Rp 985,91 miliar-Rp 1,19 triliun.
Setiap pemegang 137 saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perseroan pada penutupan perdagangan saham perseroan di BEI pada 3 Agustus 2022 berhak atas 92 HMETD.
Advertisement
Selanjutnya
Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru yang harus dibayar penuh.
PT Victoria Investama Tbk selaku pemegang saham utama dan pengendali perseroan dengan kepemilikan 39,37 persen akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya sebanyak 2,77 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 140-Rp 170 per saham. Jumlah dana yang akan dibayarkan sebesar Rp 388,16 miliar-Rp 471,34 miliar.
Adapun pemegang saham yang tidak mengambil bagian atas HMETD yang menjadi haknya akan terkena dilusi kepemilikan maksimal 40,17 persen.
Perseroan menyatakan tujuan pelaksanaan rights issue ini untuk memperkuat struktur permodalan sehingga memenuhi modal inti minimum paling sedikit Rp 3 triliun.
"Dana yang diperoleh dari hasil PHMETD setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang terkait dengan PMHMETD VI akan digunakan seluruhnya sebagai modal kerja melalui pengembangan usaha dalam bentuk ekspansi kredit,” tulis perseroan.
Penutupan IHSG Sesi I 18 Oktober 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham sesi pertama, Selasa (18/10/2022). Penguatan IHSG di tengah nilai tukar rupiah kembali melemah ke posisi 15.500 terhadap dolar AS dan mayoritas sektor saham menguat.
Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,05 persen ke posisi 6.834,55. IHSG sempat bergerak di zona hijau pada awal sesi perdagangan dan sentuh posisi tertinggi 6.891,98. Namun, IHSG berbalik arah ke zona merah dan sempat sentuh posisi terendah 6.809,98. Meski demikian, IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama Selasa pekan ini.
Pada sesi pertama perdagangan, IHSG naik tipis 0,01 persen ke posisi 972,80. Sebagian besar indeks acuan menghijau. Sebanyak 239 saham menguat dan 265 saham melemah. 171 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 728.745 kali dengan volume perdagangan 16 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.530.
Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin indeks sektor saham IDXnonsiklikal dan bertambah 0,71 persen. Kemudian diikuti indeks sektor saham IDXsiklikal menanjak 0,32 persen, indeks sektor saham IDXproperty bertambah 0,30 persen, indeks sektor saham IDXhealth dan IDXproperty naik 0,16 persen. Selain itu, indeks sektor saham IDXbasic menguat 0,07 persen, indeks sektor saham IDXindustry menanjak 0,01 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXtechno melemah 0,92 persen, dan pimpin koreksi. Diikuti indeks sektor saham IDXinfrastruktur tergelincir 0,59 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi susut 0,31 persen dan indeks sektor saham IDXenergy melemah 0,18 persen.
Mayoritas bursa saham Asia Pasifik menguat. Indeks Hang Seng naik 1,17 persen, indeks Korea Selatan Kospi menanjak 1,01 persen, indeks Jepang Nikkei bertambah 1,49 persen, indeks Thailand menguat 0,75 persen. Selain itu, indeks Singapura menanjak 0,28 persen, indeks Taiwan mendaki 0,99 persen, dan indeks Shanghai melemah 0,02 persen.
Advertisement