Liputan6.com, Jakarta - Childfree merupakan sebuah komitmen yang disepakati oleh pasangan yang menikah untuk tidak mempunyai anak. Hal ini sedang jadi fenomena yang banyak dibicarakan di berbagai negara di dunia.
Seorang wanita dengan akun TikTok lorellapalmer mencuri perhatian publik bukan hanya karena memutuskan untuk tidak punya anak. Ia bahkan mengungkap daftar alasannya memutuskan untuk tidak punya anak.
Daftar itu kemudian diberikan pada orangtuanya agar mereka mau merestui keputusannya tersebut. Wanita itu bernama Lorella Palmer. Video yang ia unggah itu merupakan penjelasannya soal alasan dia tak ingin menjadi seorang ibu.
Baca Juga
Advertisement
Melansir laman Daily Mail, Selasa (18/10/2022), dalam videonya itu, ia menjelaskan kalau 10 tahun setelah memiliki anak, ada kemungkinan Lorella akan menyesalinya. Tentu dia tak ingin mempunyai perasaan yang juga bisa melukai si anak. "Aku hanya berpikir bagaimana jika aku nanti setelah 10 tahun memiliki anak, aku bangun dan berpikir kalau menjadi ibu bukanlah hal yang cocok untukku," terang Lorella yang tinggal di London, Inggris.
Dia juga mengatakan bahwa dirinya tak suka dengan peran mengasuh anak yang dibebankan pada salah satu orangtua saja, terutama ibu. "Seorang ibu dianggap biasa jika harus melakukan segalanya, sedangkan jika ayah melakukan tugas yang normal, malah diberi banyak pujian," ucapnya lagi.
"Aku sedang berbicara tentang ketika ada ibu dan ayah dalam hubungan, tapi tak memiliki keseimbangan dalam hal mengasuh anak. Hal itu benar-benar tak masuk akal," lanjutnya.
Waktu untuk Diri Sendiri
Lorella juga mengatakan kalau ia sangat membenci pagi dan tidak bisa diganggu ketika pagi hari. Karena itu, ia tak bisa membayangkan jika harus menyiapkan anak pergi sekolah dan membuat makan siang.
Dia mengaku tak ingin kehilangan kebebasan sampai berbagi perkara makanan dengan yang lain. Selain itu, Lorella pun tak mau menambah beban finansialnya, membeli rumah sendiri saja dia tak mampu.
Tapi, Lorella mengakui, alasan utama dirinya tidak mau punya anak adalah karena dirinya egois. Ia ingin banyak punya uang, kebebasan, dan waktu untuk dirinya sendiri.
Ia menambahkan, daftar alasan yang dibuatnya telah diterima oleh orangtuanya. Meski menerima, kedua orangtuanya mengatakan bahwa Lorella bisa saja berubah pikiran di masa mendatang. Namun, ia meyakini pilihannya tak akan pernah berubah.
"Aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku dan dia bilang ingin jadi kakek, tapi itu tidak akan mempengaruhi keputusanku," katanya. Lorella juga belum mengungkapkan apakah dia akan menikah dengan kekasihnya, Callum Page yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 4,5 tahun.
Advertisement
Pergeseran Nilai
Beda dengan di Amerika dan Eropa, fenomena childfree atau memilih tak punya anak, walau memiliki pasangan, masih dianggap tabu di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Namun, statistik akan kemunculannya telah menyeruak, setidaknya sejak satu dekade lalu.
Berdasarkan laporan The Guardian yang dilansir Jumat, 18 Desember 2020, profesor psikologi dan direktur laboratorium studi pernikahan dan keluarga, University of Binghamton dan State University of New York menjabarkan, berdasarkan sensus, persentase wanita Amerika usia 15-44 tahun tanpa anak meningkat hanya dalam dua generasi. Catatannya, yakni dari 35 persen di tahun 1976 jadi 47 persen pada 2010.
Menurut Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, berdasarkan literatur dan studi yang dilakukan, pergeseran nilai-nilai dalam membangun hubungan bisa mempengaruhi keputusan untuk tidak punya anak. "Dewasa ini, semakin banyak orang berhubungan tanpa menikah, atau justru memilih tetap sendiri. Fenomena ini dipengaruhi arus informasi. Perilaku demikian biasa saja di negara lain dan akhirnya mengilhami sebagian masyarakat untuk punya nilai-nilai baru," kata Devie melalui pesan suara pada Liputan6.com, Kamis, 17 Desember 2020.
Kesepakatan Kedua Belah Pihak
"Kemudian, pernikahan yang terlambat. Karena sibuk bergelut di kompetisi ekonomi, beberapa orang menikah lebih lama dari yang lain. Padahal, perempuan punya usia yang membuat mereka sulit, bahkan bahaya bila punya anak. Dari situ, sebagian memutuskan untuk tak punya anak," tutur Devie.
Terakhir, pengembangan diri yang luas. Pasangan, termasuk para perempuan, cenderung merasa punya kebebasan melakukan apa pun tanpa harus dibatasi dengan kepentingan maupun keperluan anak.
Psikolog Anak dan Keluarga, Astrid, menjelaskan bahwa childfree seharusnya jadi kesepakatan kedua belah pihak. Diskusi yang dilakukan bersama pasangan, dalam kasus ini, berujung pada kesepakatan mereka lebih baik tanpa anak.
"Karena suami dan istri saja sebenarnya sudah bisa disebut keluarga, tanpa kehadiran anak," katanya melalui sambungan telepon, Kamis, 17 Desember 2020. Soal menghadapi konsekuensi sosial atas keputusan tersebut, Astrid menyarankan untuk senantiasa menguasi teknik menenangkan diri dengan latihan napas. Bisa juga dengan menyampaikan keresahan pada pasangan.
Advertisement