Liputan6.com, Kyiv - Ukraina pada Senin (17/10) mengumumkan bahwa pihaknya telah menukar lebih dari 100 tahanan dengan Rusia dalam sebuah upaya yang pihaknya gambarkan sebagai pertukaran pertama dengan Moskow untuk tahanan perempuan setelah hampir delapan bulan berperang.
"Pertukaran tawanan perang besar-besaran lainnya dilakukan hari ini... kami membebaskan 108 perempuan dari penahanan. Itu adalah pertukaran pertama yang semuanya perempuan," kata kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, di media sosial.
Advertisement
Dalam pidato hariannya pada Senin (17/10) malam, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, "Sembilan puluh enam (dari tahanan yang ditukar) adalah prajurit perempuan, termasuk 37 pengungsi dari Azovstal, dan 12 adalah warga sipil."
Zelensky berterima kasih kepada "semua yang terlibat atas keberhasilan ini... semakin banyak tahanan Rusia yang kita miliki, semakin cepat kita bisa membebaskan pahlawan kita."
Kepala wilayah Donetsk yang memisahkan diri di Ukraina timur, Denis Pushilin, membenarkan pertukaran itu. Ia mengatakan dari 110 orang yang setuju dalam pertukaran itu, dua orang telah memutuskan untuk tetap tinggal di Rusia, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (19/10/2022).
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa 72 orang yang kembali dari Ukraina itu adalah awak kapal sipil yang ditahan Ukraina sejak Februari.
Kementerian itu mengatakan semua yang kembali akan diterbangkan ke Moskow serta mendapat bantuan medis dan psikologis.
Rusia Kirim Bom Pakai Drone Kamikaze ke Ukraina
Rusia dilaporkan kembali menyerang wilayah Ukraina. Ibu kota Kyiv diserang bom yang diduga dibawa oleh drone kamikaze buatan Iran.
Serangan udara tersebut menghantam infrastruktur penting di tiga wilayah, seperti dikutip dari laman BBC, Senin (17/10/2022).
Akibat serangan ini, aliran listrik di ratusan desa Ukraina terputus, menurut Perdana Menteri Denys Shmygal.
Sedikitnya delapan orang tewas, empat di Sumy dan empat di Kyiv.
Gelombang seruan sanksi terhadap Iran semakin meningkat. Namun Iran menyangkal telah memasok drone ke Rusia.
Seminggu yang lalu, ibukota Ukraina dihantam oleh rudal Rusia. Serangan itu kemudian menewaskan 19 orang.
Shmygal mengatakan, serangan terbaru tersebut telah menghantam wilayah Kyiv, Dnipro dan Sumy.
"Rusia sedang memburu semua fasilitas yang berhubungan dengan energi," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Yevhen Yenin.
"Mereka ingin menimbulkan kekacauan di industri energi."
Sementara itu, Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan; "Ini menunjukkan keputusasaan mereka."
Advertisement
Serangan Putin Semakin Beringas
Keberingasan Vladimir Putin menjadi-jadi. Serangan Rusia di beberapa kota besar Ukraina menunjukkan bahwa Moskow masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata presisinya dalam skala besar.
Beberapa waktu lalu, juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ihnat mengatakan, Rusia meluncurkan 83 rudal pada 10 Oktober 2022.
Dikutip dari laman BBC, kemudian lebih dari 43 telah ditembak jatuh oleh pasukan udaranya. Rudal, senjata Kalibr, Iskander dan Kh-101 diluncurkan dari Laut Kaspia dan Hitam.
Tak hanya ibu kota Kiev, sejumlah serangan juga menghantam Lviv dan Odesa menggunakan senjata Tu-95 dari sejauh Laut Kaspia, lebih dari 900km (560 mil) jauhnya.
Sementara itu, sebelum serangan hari ini, tembakan rudal juga dilakukan Rusia akhir pekan ini di Zaporizhzhya, menurut militer Ukraina.
Keterangan Otoritas Setempat di Insiden 10 Oktober 2022
Walikota Kyiv Vitaliy Klitschko mengatakan, ledakan menghantam distrik Shevchenkivskyy di pusat kota.
Dua ledakan terdengar di pusat Kyiv sekitar pukul 08:00 waktu setempat. Ledakan tersebut direkam oleh jurnalis BBC yang kala itu tengah berada di balcon hotel.
"Kami menyaksikan salah satu serangan rudal. Sirene serangan udara terdengar sekitar 90 menit sebelumnya," kata jurnalis BBC.
Ini adalah pertama kalinya Kyiv dihantam serangan selama beberapa bulan, seperti dikutip dari BBC, Senin (10/10/2022).
Gambar dan video di media sosial menunjukkan asap membubung di atas gedung-gedung di beberapa bagian kota Kyiv.
Ledakan itu digambarkan jauh lebih sentral daripada serangan Rusia pada awal perang.
Advertisement