Liputan6.com, Jakarta - UMKM di Tanah Air terus menunjukkan inovasi yang unik pada produk-produk mereka, salah satunya pengrajin Limbah Kayu di Subang, Jawa Barat.
Pemilik kerajinan ukir kayu Lame, yakni Muhammad Komarudin Nur, menceritakan bahwa dia pertama kali mendapatkan ide untuk membuat kerajinan dari limbah kayu saat krisis moneter menghantam bisnis para pengrajin.
Advertisement
Masalah itu membuat bisnis para pengrajin kayu tumbang, sehingga pemasukan mereka menurun.
Aiptu Muhammad Komarudin Nur, yang bertugas sebagai bhabinkamtibmas desa Karangsari di Polsek Binong, Polres Subang, mengatakan bahwa dirinya terus berupaya membagi antara tugas dengan bisnis kerajinan sebisa mungkin demi mendukung para pengrajin.
"Dalam hal bertugas dengan kegiatan saya mengkondisikan, karena memang pengrajin ini kan juga ada kebutuhan ekonomi yang harus kita kita penuhi. Pengrajin tidak bisa kita tinggal, tidak bisa juga dihentikan seminggu, dua minggu, karena mereka juga memiliki kebutuhan yang mendesak," katanya, dalam segmen Berani Berubah, dikutip Rabu (19/10/2022).
"Saya membagi tugas antara komunitas dengan tugas kewajiban Saya sebagai anggota Polri, saat lepas-lepas piket saya mengumpulkan ataupun memang ada disini workshop nya," lanjut dia.
Dengan omset 20 juta per-bulan, kerajinan ukir kayu ini sebagian besar membuat wayang golek.
"Karena wayang golek itu tidak booming lagi jadi saya alihkan, saya ajak para pengrajin untuk berkolaborsi, membuat sesuatu yang baru," cerita Muhammad.
Saat ini, ada sekitar 10-12 orang untuk pengrajin yang dia komunitaskan untuk membuat kerajinan ukir kayu.
Pantang Menyerah
Salah satu pengrajin, yakni Sa'Dudin Maulidi mengungkapkan bahwa dirinya memang membutuhkan wadah untuk bisa menyalurkan hasil karyanya. Dia pun berharap para seniman lain bisa mendapatkan kesempatan yang sama.
"Saya butuh wadah untuk mewadahi para seniman atau orang-orang yang mungkin seperti saya di bidang seni, agar bisa menyalurkan hasil karyanya," ungkap Sa'Dudin.
Muhammad membeberkan, salah satu hambatan yang dihadapinya sebagai pengusaha pengrajin kayu ada di pendanaan dan permodalan. Namun, dia tidak menjadikan masalah tersebut sebagai alasan untuk menyerah.
"Dengan ketidakbiasaan kita ini kita harus mempunyai satu perubahan, ciptakan desain-desain yang baru sehingga desain yang kita ciptakan ini laku di pasaran dan sedapat-dapatnya minimal bisa bersaing," katanya.
Advertisement