Kemenkes: Sampai Saat Ini Gangguan Ginjal Akut Tak Terkait COVID-19

Kemenkes RI menyatakan bahwa gangguan ginjal akut yang terjadi pada anak belakangan ini tidak ada kaitannya dengan infeksi maupun vaksin COVID-19.

oleh Diviya Agatha diperbarui 19 Okt 2022, 10:35 WIB
Ilustrasi Ginjal Manusia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Gangguan ginjal akut yang muncul belakangan pada anak belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Beberapa pihak menduga gangguan ginjal akut misterius ini ada kaitannya dengan COVID-19.

Hal tersebut lantaran kebanyakan pasien yang terkena gangguan ginjal akut merupakan anak berusia 1-5 tahun, yang mana belum mendapatkan jatah vaksinasi COVID-19.

Berkaitan dengan hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun angkat bicara dan menyatakan bahwa penyakit gagal atau gangguan ginjal akut pada anak tidak ada kaitannya dengan vaksinasi maupun infeksi COVID-19.

"Sampai saat ini kejadian gagal ginjal akut tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19," ujar Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril dalam keterangan pers ditulis Rabu, (19/10/2022).

Syahril menjelaskan, pemeriksaan laboratorium dan penyebab pasti dari gangguan ginjal akut masih terus dilakukan. Kemenkes RI memastikan pihaknya juga menggandeng sejumlah ahli epidemiologi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, dan Puslabfor.

Penyelidikan epidemiologi dilakukan lewat adanya pengawasan dan pemeriksaan untuk mengetahui infeksi-infeksi yang menjadi penyebab gangguan ginjal akut pada anak. Pemeriksaannya mencakup swab tenggorokan, swab anus, pemeriksaan darah, dan kemungkinan intoksikasi.

“Saat ini Kemenkes bersama tim tengah melakukan penyelidikan epidemiologi kepada masyarakat, tim akan menanyakan berbagai jenis obat-obatan yang dikonsumsi maupun penyakit yang pernah diderita 10 hari sebelum masuk rumah sakit atau sakit. Harapannya hasilnya bisa segera kami dapatkan sebagai informasi untuk penanganan selanjutnya," ujar Syahril.


Fasilitas Kesehatan dan Orangtua Diminta Waspada

Sakit gangguan ginjal akut pada anak. (pexels.com/Victoria Akvarel)

Lebih lanjut Syahril menjelaskan bahwa selagi menunggu hasil investigasi lanjutan soal gangguan ginjal akut pada anak, fasilitas pelayanan kesehatan dan orangtua diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.

Para fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan secara aktif untuk melaporkan setiap kasus yang mengarah pada gangguan ginjal akut pada anak. Sedangkan orangtua diminta untuk aktif melakukan pemantauan umum dan gejala yang mengarah ke penyakit satu ini.

Terutama bagi orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun, maka sebaiknya rutin memantau penurunan volume urine yang dikeluarkan oleh anak masing-masing. Serta, memerhatikan gejala lain seperti demam selama 14 hari, ISPA, dan gejala yang berupa infeksi saluran cerna.

"Gagal ginjal akut pada anak ini memiliki gejala yang khas yakni penurunan volume urin secara tiba-tiba. Bila anak mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut," kata Syahril.

Hingga kini, berdasarkan data himpunan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus gangguan ginjal akut misterius di Tanah Air sudah mencapai 192.


Bijak Menggunakan Obat

Ilustrasi obat batuk anak dari India dan kaitannya dengan gangguan ginjal akut. Foto: unsplash.

Dalam kesempatan yang sama, Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk bijak menggunakan obat. Hal tersebut berkaca dan belajar dari kasus di Gambia, sehingga masyarakat diminta untuk menggunakan obat dengan baik dan benar sesuai dengan resep dokter atau informasi yang tertera pada kemasan obat saja.

Berikut beberapa langkah sederhana dari Kemenkes RI untuk memastikan konsumsi obat dengan benar dan aman bagi tubuh.

  1. Gunakan obat sesuai aturan pakai
  2. Jangan konsumsi obat melebihi dosis yang ditentukan
  3. Baca peringatan dalam kemasan obat
  4. Pastikan obat tidak kadaluwarsa
  5. Jangan konsumsi sisa obat sirup yang sudah terbuka dan disimpan lama
  6. Hindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu untuk mencegah terjadinya resistensi
  7. Laporkan efek samping obat yang anda rasakan kepada tenaga kesehatan terdekat atau melalui aplikasi layanan BPOM Mobile
  8. Dapatkan obat dari sarana pelayanan kefarmasian yang resmi atau berizin.

Gangguan Ginjal Akut Dulu dan Sekarang

Balita sakit gangguan ginjal. (pexels.com/Mart Production)

Gangguan ginjal akut sendiri bukanlah penyakit yang baru muncul. Namun, terdapat perbedaan dalam beberapa aspek terkait gangguan ginjal akut yang sebelumnya sudah ada dengan yang baru muncul belakangan ini.

Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa umumnya gangguan ginjal akut yang terjadi pada anak muncul karena faktor bawaan, bukan secara tiba-tiba seperti saat ini.

"Sebagian besar gagal ginjal atau gangguan ginjal pada anak itu kelainan bawaan harusnya. Misalkan ginjalnya yang enggak terbentuk dengan baik, ginjalnya yang aplastik, ada kelainan bawaan," ujar Piprim dalam siaran langsung bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Selasa, 18 Oktober 2022.

"Tapi yang kita hadapi sekarang ini pada anak yang ginjalnya enggak ada masalah. Ginjalnya oke-oke saja, jadi kalau dilakukan USG ginjal sebelumnya, itu oke-oke saja, ginjal yang normal. Kemudian mengalami Acute Kidney Injury Atypical Progressive."

Terlebih, Piprim menyebutkan, angka kejadian gangguan ginjal pada anak sebelumnya tidaklah banyak jika dihitung berdasarkan populasi, hanya sekitar 0,9 hingga 1 persen. Lantaran biasanya gangguan ginjal lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Gangguan ginjal akut pada anak yang terjadi belakangan pun berlangsung dengan waktu yang cepat. Hanya dalam hitungan hari kondisi anak bisa tiba-tiba menurun.

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya