Liputan6.com, Jakarta - Situasi geopolitik di dunia dan kawasan ini semakin memanas. Banyak negara saat ini memiliki konflik tertentu dengan negara lainnya, sehingga juga memiliki dampak terhadap dunia. Salah satunya adalah perang Rusia vs Ukraina.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun menyebut bahwa perang Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab utamanya.
Advertisement
Ia juga mengatakan bahwa defisit kepercayaan yang semakin dalam antar negara, penghormatan terhadap hukum internasional semakin terkikis, serta arsitektur keamanan di sejumlah kawasan semakin usang. Hal tersebut pun disebutnya tidak mampu menciptakan rasa aman bagi semua.
Menlu Retno juga mengatakan secara spesifik bahwa di kawasan Indo-Pasifik, di mana Asia Tenggara berada, lingkungan keamanannya dinamis dan kompleks.
Retno menambahkan bahwa banyak potensi konflik yang bisa terjadi seperti isu Laut China Selatan, Selat Taiwan dan Semenanjung Korea.
Ia pun kemudian menyampaikan tiga upaya Indonesia dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan.
"Pertama, menyalakan spirit perdamaian dan kolaborasi. Spirit kerja sama dan penyesaian konflik secara damai penting untuk terus dikedepankan," ucapnya, dalam pidato di Seminar Akhir Pendidikan Pasis SESKOAU Angkatan Ke-59, Selasa, 18 Oktober 2022.
Lebih lanjut, Menlu Retno menegaskan bahwa kepentingan nasional dan global tidak harus saling menihilkan, tapi memperkuat satu sama lain.
"Kedua, memperkokoh rules of the game hubungan antar negara. Pelanggaran hukum internasional adalah salah satu sumber utama masalah dunia sekarang," katanya.
Penghormatan Kedaulatan
Menlu Retno pun menyampaikan bahwa penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah tidak bisa ditawar dan harus diterapkan secara konsisten. Ia menegaskan, jangan sampai ada standar ganda.
Prisip-prinsip tersebut disebut oleh Menlu Retno telah tercantum dalam kesepakatan di kawasan, seperti Piagam ASEAN, TAC, ZOPFAN hingga Bali Principles.
Ia pun meyakini bahwa jika prinsip tersebut diterapkan, perdamaian dan stabilitas kawasan akan terpelihara.
"Ketiga, wujudkan arsitektur kawasan yang inklusif. Arsitektur kawasan yang dibangun pasca Perang Dunia II sangat kental dengan upaya pembendungan dan alienasi," ujarnya lagi.
Advertisement
Inklusif
Menlu Retno kembali mengatakan bahwa arsitektur kawasan harus inklusif dan memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga negara-negara bisa fokus bekerja sama.
"Ini yang kita dorong lewat berbagai ASEAN-led mechanisms dalam lima dekade terakhir. Mulai dari ASEAN-Plus, ARF, EAS hingga konsepsi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific," ucapnya.
Tahun depan, keketuaan ASEAN akan dipegang oleh Indonesia.
"Indonesia ingin ASEAN tetap kokoh, dapat mempertahankan sentralitasnya, memelihara stabilitas dan tidak kalah pentingnya, jadikan Asia Tenggara sebagai Epicentrum of Growth," kata Menlu Retno lagi.
KTT G20 Digelar di Tengah Panasnya Konflik Dunia, Menlu Retno Terus Tekankan Kerja Sama
KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia pada November mendatang, diakui oleh Menlu Retno bertepatan dengan banyaknya momen krisis dunia.
Menlu Retno mengatakan bahwa presidensi Indonesia di G20 tahun ini merupakan presidensi yang paling sulit di mana dunia sedang menghadapi multiple crisis. Hal ini disebabkan oleh sejumlah masalah seperti pandemi yang belum tuntas, perang di Ukraina, tensi geopolitik menajam, dan juga terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan.
Advertisement