Liputan6.com, Jakarta - Menlu Retno mendorong pariwisata dan ekonomi digital untuk menjadi alat pemulihan pasca pandemi COVID-19.
Terlebih, ia mendorong pariwisata dan ekonomi digital di tengah perlambatan ekonomi global, terutama ketika tahun 2023 diperkirakan akan terjadi resesi global.
Advertisement
"Pada saat yang sama, persaingan kekuatan besar semakin intensif. Meski tak terhindarkan, kita harus menghindarinya menjadi konflik terbuka," ujarnya dalam Kongres Indonesianis Sedunia ke-4 yang digelar virtual pada Rabu (19/10/2022).
Retno mengatakan bahwa kedua hal tersebut menjadi pilar penting untuk mempercepat pemulihan kita.
"Pada semester 1 2022, hampir setengah miliar turis melakukan perjalanan internasional atau 3 kali lebih banyak dari periode yang sama tahun lalu," kata Menlu Retno.
Menurut UNWTO, pariwisata global telah pulih hampir 60% dari tingkat sebelum pandemi .
Namun, situasi geopolitik dan ekonomi yang tidak pasti berisiko menunda kembalinya ke tingkat sebelum pandemi.
Sementara itu, manfaat penuh dari transformasi digital juga terhambat oleh kesenjangan digital yang semakin besar.
"Saat ini, lebih dari 3,7 miliar orang kekurangan akses internet dan kebanyakan di negara kurang berkembang," tambah Menlu Retno.
Bagi kelompok tersebut, ini juga berarti menghambat akses ke ekonomi digital, pendidikan, dan bahkan perawatan kesehatan.
"Kenyataannya adalah… pemain utama mencari keunggulan di sektor digital… daripada berkolaborasi untuk menjembatani kesenjangan digital .
Ciptakan Situasi Kondusif
Menlu Retno pun mengatakan bahwa dunia harus menciptakan situasi yang kondusif.
Cara pertama adalah transformasi paradigma global.
"Mari kita jujur bahwa situasi global saat ini tidak akan menguntungkan siapa pun. Kami prihatin bahwa situasi ini dimungkinkan oleh paradigma usang, penahanan dan keterasingan," katanya.
"Kita tidak bisa melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda," sambungnya.
Retno juga mengatakan bahwa pada Sidang Majelis Umum PBB ke-77, ia menyerukan kepada dunia untuk mengedepankan paradigma baru, kerjasama win-win, kolaborasi bukan kompetisi.
"Kita tidak boleh membiarkan persaingan dan perpecahan mengalihkan perhatian dari memastikan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat," sambungnya.
Advertisement
Dunia Inklusif
Menlu Retno juga mengatakan bahwa penting untuk membangun dunia yang inklusif.
"Pandemi mengajarkan kita bahwa tidak ada yang aman sampai semua orang. Oleh karena itu, inklusivitas adalah kunci untuk keluar dari kesulitan apa pun," jelasnya lagi.
Hal tersebut lah yang merupakan dasar dari Presidensi G20 yang dipegang Indonesia.
Indonesia terus melibatkan semua pihak demi memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Dan untuk pertama kalinya, G20 mengundang negara-negara dari Pasifik dan Karibia untuk menyuarakan keprihatinan mereka tentang isu-isu global," katanya.
Dengan semangat yang sama, G20 juga akan memastikan untuk membawa manfaat langsung bagi rakyat melalui kerjasama yang konkret.
Harapan Terhadap G20
Sejauh ini, lebih dari 300 proposal proyek dikurasi termasuk pariwisata, ekonomi kreatif dan digital.
"Dan selama Kepresidenan kami, G20 telah membentuk Jaringan Inovasi Digital untuk mendukung pengembangan perusahaan rintisan potensial," katanya.
Indonesia pun mendesak semua pihak untuk terus berkolaborasi di tengah situasi sulit ini.
Menlu Retno mengharapkan bahwa KTT G20 bisa menjadi katalis dalam proses pemulihan global.
Advertisement