Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan atau Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah telah membuka peluang untuk investasi hijau yang masuk ke Indonesia.
Dia menjelaskan berbagai macam insentif telah disiapkan untuk teknologi ramah lingkungan kepada para calon investor. "Kita semua buka, apa saja teknologi yang mereka mau bawa dan kita kasih insentif," ujar Luhut, Hotel Grand Hyatt Indonesia, Jakarta, ditulis (19/10/2022).
Advertisement
Salah satu insentifnya yakni insentif pajak kendaraan listrik yang sudah disiapkan sekitar Rp 7,5 juta sehingga mampu bersaing dengan mobil combustion dan juga sepeda motor berbahan bakar fosil.
Strategi insentif lainnya adalah adanya kemungkinan menaikan pajak untuk kendaraan yang berbahan bakar fosil. Strategi yang akan dilakukan tentu sesuai dengan kebijakan pemerintah yang akan tetap untuk mendukung pertumbuhan investasi hijau.
"Tapi kita akan pro, sehingga Jakarta ini udaranya lebih bersih, kan bagus tuh anak cucu kalian," jelasnya.
Sebagai informasi, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia, Hasan Fawzi menyebut saat ini kesadaran perusahaan untuk berinvestasi ke sektor ekonomi hijau mengalami peningkatan. Tidak sedikit manajer investasi perusahaan sudah mulai melirik sektor-sektor yang memiliki program keberlanjutan.
"Mereka menggunakan keberlanjutan sebagai kriteria utama dalam profilnya," kata Hasan dalam Webinar Investasi Berkelanjutan dan Perdagangan Karbon: Peluang dan Tantangan, Jakarta, Senin (20/6).
Hasan menilai, tren ini akan terus meningkat. Sebab para manajer investasi saat ini semakin berlomba membahas alternatif investasi hijau karena nilainya terus meningkat.
"Para manajer investasi semakin lama akan berlomba membahas alternatif investasi hijau jadi nilai asetnya akan meningkat," kata dia.
Impor BBM Pasti Turun Jika Pakai Mobil Listrik
Wakil Menteri BUMN II Pahala Nugraha Mansury menjelaskan, penggunaan kendaraan listrik bisa memberikan penghematan. Utamanya soal besaran impor BBM dan subsidi pemerintah untuk BBM.
Dengan demikian, akselerasi dari penggunaan kendaraan listrik juga diperlukan kedepannya. Untuk diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya memerintahkan setiap BUMN untuk mengalikasikan sebagian anggarannya untuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan motor listrik, dimana Pertamina dan PLN menjadi pemimpin dalam transisi tersebut.
"Kita perlu membangun ekosistem kendaraan listrik, karena kendaraan listrik bisa menurunkan ketergantuangan kita dari bahan bakar minyak, artinya, indonesia akan mengimpor lebih sedikit (BBM), kita juga bisa menurunkan subsidi (energi)," ujar dia dalam SOE International Conference, dipantau di Jakarta, Senin (17/10/2022).
Menurutnya, dengan masyarakat menggunakan kendaraan listrik, itu bisa menghemat hingga Rp 1,5 juta per tahun untuk operasional. Artinya, ada penurunan konsumsi BBM, dimana ini juga mengarah ke berkurangnya beban subsidi pemerintah terhadap BBM.
"Jadi semuanya akan menang (mendapat manfaat) jika kita mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan kalau ini bagian dari 5 inisiatif yang melibatkan BUMN dalam hal merespons gejolak di ranah global.
"Jadi kami melihat perubahan dekarbonisasi sebagai peluang bagi BUMN Indonesia karena kami melihat ini adalah peluang bagi kami untuk melakukan lompatan kuantum dalam hal benar-benar meningkatkan ketahanan energi kami, dan kemandirian energi kami," ungkapnya
Advertisement
Kembangkan EBT
Salah satunya adalah dengan mengembangkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT). Ini tak hanya bergantung pada energi listrik, tapi juga bio massa, bio fuel, dan panas bumi atau geothermal.
"Ini adalah tiga dari energi terbarukan yang menurut kami dibutuhkan Indonesia untuk benar-benar membangun keunggulan kompetitif kami," paparnya.
Kemudian soal besaran luas lahan hutan sebagai salah satu upaya menekan emisi karbon. Dimana Indonesia memiliki sekitar 172 juta hektar hutan.
Menurutnya, ini bisa menjadi salah satu peluang bagi Indonesia turut berperan besar dalam menekan emisi karbon di tingkat global. "Jadi kita perlu benar-benar membangun ini untuk mengembangkan kredit offset karbon di masa depan," tuturnya.
Selanjutnya, Pahala menilai kalau BUMN juga ijut berperan dalam mengembangkan klaster industri hijau dan molekul hijau seperti hidrogen hijau atau hidrogen biru. Mengingat Indonesia memiliki kekayaan gas yang menurutnya masih perlu dikembangkan kedepannya.
"Dan kita perlu benar-benar memanfaatkan molekul hijau atau biru ini di masa depan," pungkasnya.