Komandan Pasukan Rusia di Ukraina Mengaku Merasa Tertekan Akibat Perang

Komandan pasukan Rusia yang bertugas di Ukraina membuat pengakuan langka. Mereka merasa tekanan atas apa yang mereka alami dari serangan Ukraina.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Okt 2022, 18:35 WIB
Tentara Ukraina memindahkan howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) ke posisi untuk menembaki posisi Rusia di wilayah Donbas, Ukraina, 18 Juni 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Liputan6.com, Moskow - Komandan pasukan Rusia yang bertugas di Ukraina membuat pengakuan langka. Mereka merasa tekanan atas apa yang mereka alami dari serangan Ukraina.

Tekanan itu datang saat mereka diminta untuk bisa merebut kembali wilayah selatan dan timur Ukraina, dikutip dari Straits Times, Rabu (19/10/2022).

Pasukan Rusia di Kherson terpaksa mundur sejauh 20 km - 30 km dalam beberapa minggu terakhir dan berisiko terjebak di tepi barat sungai Dnipro sepanjang 2.200 km (1.367 mil) yang merupakan wilayah Ukraina.

"Situasi di daerah Operasi Militer Khusus sangat menengangkan," kata Sergei Surovikin, seorang jenderal angkatan udara Rusia yang ditunjuk bulan ini untuk mengambil alih sejumlah wilayah.

Di Kherson, Jenderal Surovikin berkata: “Situasi di daerah ini sulit. Musuh dengan sengaja menyerang infrastruktur dan bangunan tempat tinggal di Kherson.”

Baik Ukraina dan Rusia membantah menargetkan warga sipil, meskipun Kyiv menuduh pasukan Moskow melakukan kejahatan perang.

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer khusus pada 24 Februari dengan alasan memastikan keamanan Rusia.

Ukraina dan sekutunya menuduh Moskow melakukan perang tak beralasan untuk merebut wilayahnya.

Posisi pasukan Rusia di Kupiansk dan Lyman di Ukraina timur dan daerah antara Mykolaiv dan Kryvyi Rih di provinsi Kherson disebut oleh Jenderal Surovikin sebagai tempat yang akan terus diserang.

Dia seakan-akan mengakui bahwa ada bahaya yang bisa muncul dari pasukan Ukraina yang saat ini diprediksi bisa maju menuju kota Kherson.

Rusia merebut kota itu sebagian besar tanpa perlawanan pada hari-hari awal invasi, dan itu tetap menjadi satu-satunya kota besar Ukraina yang direbut pasukan Moskow secara utuh.


108 Perempuan Ukraina Dibebaskan dalam Pertukaran Tahanan dengan Rusia

Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Ukraina pada Senin (17/10) mengumumkan bahwa pihaknya telah menukar lebih dari 100 tahanan dengan Rusia dalam sebuah upaya yang pihaknya gambarkan sebagai pertukaran pertama dengan Moskow untuk tahanan perempuan setelah hampir delapan bulan berperang.

"Pertukaran tawanan perang besar-besaran lainnya dilakukan hari ini... kami membebaskan 108 perempuan dari penahanan. Itu adalah pertukaran pertama yang semuanya perempuan," kata kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, di media sosial.

Dalam pidato hariannya pada Senin (17/10) malam, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, "Sembilan puluh enam (dari tahanan yang ditukar) adalah prajurit perempuan, termasuk 37 pengungsi dari Azovstal, dan 12 adalah warga sipil."

Zelensky berterima kasih kepada "semua yang terlibat atas keberhasilan ini... semakin banyak tahanan Rusia yang kita miliki, semakin cepat kita bisa membebaskan pahlawan kita."

Kepala wilayah Donetsk yang memisahkan diri di Ukraina timur, Denis Pushilin, membenarkan pertukaran itu. Ia mengatakan dari 110 orang yang setuju dalam pertukaran itu, dua orang telah memutuskan untuk tetap tinggal di Rusia, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (19/10/2022).

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa 72 orang yang kembali dari Ukraina itu adalah awak kapal sipil yang ditahan Ukraina sejak Februari.

Kementerian itu mengatakan semua yang kembali akan diterbangkan ke Moskow serta mendapat bantuan medis dan psikologis.


Rusia Kirim Bom Pakai Drone Kamikaze ke Ukraina

Pesawat pembom jarak jauh Tu-22M-3 Rusia terbang saat parade militer Hari Kemenangan menandai 71 tahun setelah kemenangan dalam Perang Dunia II di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016. Mark Cancian, seorang ahli militer dengan Program Keamanan Internasional CSIS di Washington, mengatakan Rusia kemungkinan tidak akan menggunakan senjata nuklir di garis depan. (AP Photo, File)

Rusia dilaporkan kembali menyerang wilayah Ukraina. Ibu kota Kyiv diserang bom yang diduga dibawa oleh drone kamikaze buatan Iran.

Serangan udara tersebut menghantam infrastruktur penting di tiga wilayah, seperti dikutip dari laman BBC, Senin (17/10/2022).

Akibat serangan ini, aliran listrik di ratusan desa Ukraina terputus, menurut Perdana Menteri Denys Shmygal.

Sedikitnya delapan orang tewas, empat di Sumy dan empat di Kyiv.

Gelombang seruan sanksi terhadap Iran semakin meningkat. Namun Iran menyangkal telah memasok drone ke Rusia.

Seminggu yang lalu, ibukota Ukraina dihantam oleh rudal Rusia. Serangan itu kemudian menewaskan 19 orang.

Shmygal mengatakan, serangan terbaru tersebut telah menghantam wilayah Kyiv, Dnipro dan Sumy.

"Rusia sedang memburu semua fasilitas yang berhubungan dengan energi," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Yevhen Yenin.

"Mereka ingin menimbulkan kekacauan di industri energi."

Sementara itu, Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan; "Ini menunjukkan keputusasaan mereka."


Serangan Putin Semakin Beringas

Petugas pemadam kebakaran mengeluarkan puing-puing dari sebuah bangunan yang rusak setelah serangan udara Rusia di Kota Vinnytsia, Ukraina, 14 Juli 2022. Sebanyak 20 orang tewas oleh serangan udara Rusia yang digambarkan sebagai "tindakan teroris secara terbuka" oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Keberingasan Vladimir Putin menjadi-jadi. Serangan Rusia di beberapa kota besar Ukraina menunjukkan bahwa Moskow masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata presisinya dalam skala besar.

Beberapa waktu lalu, juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ihnat mengatakan, Rusia meluncurkan 83 rudal pada 10 Oktober 2022.

Dikutip dari laman BBC, kemudian lebih dari 43 telah ditembak jatuh oleh pasukan udaranya. Rudal, senjata Kalibr, Iskander dan Kh-101 diluncurkan dari Laut Kaspia dan Hitam.

Tak hanya ibu kota Kiev, sejumlah serangan juga menghantam Lviv dan Odesa menggunakan senjata Tu-95 dari sejauh Laut Kaspia, lebih dari 900km (560 mil) jauhnya.

Sementara itu, sebelum serangan hari ini, tembakan rudal juga dilakukan Rusia akhir pekan ini di Zaporizhzhya, menurut militer Ukraina.

Infografis Putin Akan Hadiri KTT G20 Bali di Tengah Invasi ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya