Liputan6.com, Jakarta - Co-CEO dari perusahaan teknologi Korea Selatan Kakao, Whon Namkoong, mengajukan mundur dari posisinya usai padamnya layanan Kakao, termasuk KakaoTalk dan Kakao Pay, selama akhir pekan lalu.
Diketahui, pemadaman ini terjadi akibat insiden kebakaran di pusat data (data center) SK C&C di selatan Seoul. Akibat kejadian ini, layanan messenger, ride-hailing, pembayaran, perbankan, hingga game, tak bisa diakses.
Advertisement
Dilansir Yonhap, mengutip The Korea Herald, insiden Sabtu itu adalah kebakaran pusat data yang menyebabkan pemadaman server terburuk yang pernah ada, untuk layanan messenger terbesar di negara itu, dan portal internet perusahaan Daum.
Api padam setelah sekitar delapan jam. Namun pemadaman listrik secara langsung di pusat data, berimbas pada padamnya server layanan Kakao.
Dalam konferensi persnya pada Rabu waktu setempat, Namkoong menyampaikan permintaan maafnya atas pemadaman massal untuk waktu yang lama, dan merasakan "beban tanggung jawab yang berat" atas insiden ini.
Ia menambahkan, perusahaan akan melakukan yang terbaik untuk memulihkan kepercayaan pengguna. Mengutip Tech Crunch, Rabu (19/10/2022), Namkoong bergabung dengan Kakao di 2015, dan diangkat jadi co-CEO bulan Maret 2022.
Euntaek Hong, Head of Environmental, Social and Corporate Governance (ESG), yang bersama Namkoong menjabat sebagai co-CEO, dikabarkan akan memimpin perusahaan sebagai CEO satu-satunya dan menakhodai tim gugus tugas darurat Kakao.
Sebagian Besar Layanan Mulai Pulih Secara Penuh
Kakao juga mengatakan, pada Rabu pagi telah memulihkan layanan seperti Kakaomail dan TalkChannel. Sebagian besar layanan mereka juga dilaporkan hampir beroperasi secara penuh, dengan beberapa masih padam sebagian.
Analis Bernstein menyebut, proses pemulihan yang lambat karena kurangnya infrastruktur server yang dimiliki perusahaan, dan ketergantungan yang tinggi pada pusat data SK C&C yang mengalami kebakaran.
Selain itu, Kakao juga disebutkan tidak memiliki sistem cadangan yang terdistribusi dengan baik.
Dalam konferensi persnya, Hong mengatakan Kakao berencana menggelontorkan KRW 460 miliar, untuk investasi membangun pusat data sendiri mulai tahun depan, yang menargetkan rampung pada tahun berikutnya.
KakaoTalk sendiri menjadi aplikasi messaging paling populer di Korea Selatan, dengan lebih dari 47 juta dari 51,7 juta penduduk di negara itu setiap bulannya.
Aplikasi ini juga digunakan oleh pejabat pemerintah dan bisnis, termasuk bank, layanan ride-hailing, hingga penyedia pembayaran. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol bahkan mengatakan KakaoTalk secara praktis merupakan infrastruktur komunikasi nasional.
Advertisement
Mark Zuckerberg Sebut WhatsApp Lebih Aman Daripada iMessage
Sementara itu, beralih dari Korea Selatan, CEO Meta Mark Zuckerberg dalam beberapa hari terakhir tampaknya sedang gemar melontarkan sindiran dan kritik terhadap Apple.
Setelah sempat menyindir ekosistem untuk realitas virtual (virtual reality/VR) Apple, kini giliran layanan iMessage yang jadi target sindiran Zuckerberg.
Melalui akun Instagram resminya, Zuck, pendiri Facebook ini mengatakan WhatsApp jauh lebih aman ketimbang iMessage milik Apple.
"WhatsApp jauh lebih privat dan aman ketimbang iMessage dengan enkripsi ujung ke ujung yang bekerja baik di iPhone dan Android, termasuk obrolan grup," kata Zuckerberg, dikutip Selasa (18/10/2022).
Menurut Zuckerberg, layanan messaging milik Meta itu dapat diatur agar semua obrolan baru menghilang dengan satu klik tombol.
"Dan tahun lalu kami juga memperkenalkan pencadangan terenkripsi ujung ke ujung. Semua yang iMessage masih belum punya," imbuhnya.
Dalam unggahannya, Zuckerberg juga menampilkan sebuah iklan yang dipasang di Pennysylvania Station, New York City, di mana iklan ini mengolok-olok istilah green bubble dan blue bubble, dan meminta orang beralih ke WhatsApp.
Mengutip The Verge, Tak lama setelah unggahan Zuckerberg, Head of WhatsApp Will Cathcart juga menegaskan soal keamanan WhatsApp, melalui utas di akun Twitter resminya.
WhatsApp Diklaim Lebih Aman
Dalam cuitannya, Cathcart mengatakan perusahaan tengah memperluas kampanye pemasaran yang mereka mulai pada Januari 2022, untuk memberitahu masyarakat Amerika Serikat (AS), tentang pentingnya end-to-end encryption.
Menurutnya, 5,5 miliar pesan SMS masih dikirim setiap harinya di AS. Namun ia mengklaim, pesan dengan SMS tidaklah aman.
Kata Cathcart, beberapa orang masih memakai SMS karena itu sudah bawaan di ponsel, dan beberapa menggunakannya karena bagaimana cara iMessage bekerja.
"Jika Anda memiliki iPhone, Anda mungkin memperhatikan ketika teks Anda berubah warna secara tiba-tiba. Itu berarti pesan Anda dikirim melalui SMS," kata Will Cathcart.
"Privasi yang berkurang ini - terjadi tanpa peringatan atau persetujuan Anda. WhatsApp jauh lebih pribadi dan aman karena berbagai alasan," ujarnya.
Cathcart juga menyebut, tahun lalu mereka memperkenalkan enkripsi ujung ke ujung untuk pencadangan, sehingga pengguna dapat mengenkripsi pesan WhatsApp yang dicadangkan di iCloud, tanpa harus khawatir Apple memiliki akses ke pesan itu.
(Dio/Isk)
Advertisement