Inflasi Inggris Sentuh 10,1 Persen, Rekor Tertinggi dalam 40 Tahun

Inflasi Inggris kembali naik menjadi 10,1 persen pada September 2022, menandai kenaikan tertinggi lainnya dalam 40 tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Okt 2022, 17:30 WIB
Seorang pelanggan berbelanja buah dan sayuran di supermarket Sainsbury di Walthamstow, London timur pada 13 Februari 2022. Angka inflasi Inggris tembus 5,4 persen pada Desember lalu. Inflasi itu juga menjadi yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir. (Tolga Akmen / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks harga konsumen atau inflasi Inggris kembali naik menjadi 10,1 persen pada September 2022, tertinggi dalam 40 tahun. Angka tersebut diterbitkan pada Rabu oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris pada Rabu (19/10/202).

Dilansir dari CNBC International, Rabu (19/10/2022) inflasi Inggris sempat berada di angka 9,9 persen di bulan Agustus 2022, turun dari 10,1 persen di bulan Juli, didukung oleh penurunan harga BBM.

ONS mengatakan bahwa kenaikan harga pangan, transportasi dan energi merupakan faktor terbesar terhadap inflasi Inggris saat ini.

Harga pangan di Inggris naik 14,6 persen year-on-year, biaya transportasi juga naik 10,9 persen dibandingkan tahun lalu, sementara harga furnitur dan barang-barang rumah tangga naik 10,8 persen.

Nilai Pound Sterling jatuh terhadap dolar setelah berita tersebut, diperdagangkan pada 1,1289 dolar AS, turun dari 1,1330 dolar AS.

Seperti diketahui, angka inflasi juga akan berdampak pada pendekatan Bank of England dalam waktu dekat. Bank Sentral Inggris tersebut juga sempat menyebutkan bahwa inflasi bisa menyentuh 11 persen tahun ini.

Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "bantuan ekonomi untuk yang paling rentan" akan menjadi prioritas karena Inggris menghadapi tingkat inflasi yang tinggi, bersama dengan "mengupayakan stabilitas ekonomi yang lebih luas serta mendorong pertumbuhan jangka panjang yang akan membantu masyarakat."

 


Sempat Turun, Inflasi Utama Inggris Kembali ke Level Tertinggi

Orang-orang melintasi distrik perbelanjaan Regent Street dengan bendera Union tergantung menandai Platinum Jubilee untuk 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth II, di London, Rabu (18/5/2022). Tingkat inflasi Inggris naik ke level tertinggi dalam 40 tahun pada bulan April karena invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan lebih lanjut dalam harga makanan dan bahan bakar. (AP Photo/Matt Dunham)

Direktur statistik ekonomi ONS Darren Morgan mengatakan, setelah penurunan kecil bulan lalu, inflasi utama Inggris kembali ke level tertinggi yang terlihat di awal musim panas.

"Kenaikan ini sebagian diimbangi dengan terus turunnya biaya bensin, dengan harga maskapai turun lebih dari biasanya untuk sepanjang tahun ini dan harga mobil bekas juga naik tidak terlalu tajam dibandingkan kenaikan besar yang terlihat tahun lalu," ujarnya, dikutip dari laman BBC. 

Adapun Victoria Scholar, kepala investasi di Interactive Investor yang menuturkan bahwa "Tanpa stabilitas harga, krisis biaya hidup akan terus membebani perekonomian Inggris dengan menekan anggaran rumah tangga dan mengurangi margin bisnis".


Inggris Diperingatkan Siap-siap Masuk Jurang Resesi

Orang-orang berjalan di sepanjang shopping street di London, Rabu (17/8/2022). Tingkat inflasi Inggris telah mencapai 10,1% pada tahun ini hingga Juli, berdasarkan data dari Kantor Statistik Nasional. Angka tersebut naik dari 9,4% pada bulan Juni dan berada pada level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun. (AP Photo/Frank Augstein)

Lagi, Inggris diperingatkan akan jatuh ke dalam resesi karena menaikkan suku bunga terbesar dalam 27 tahun.

Perekonomian Inggris diperkirakan menyusut dalam tiga bulan terakhir tahun ini dan terus menyusut hingga akhir 2023.

Inggris resesi merupakan prediksi yang diungkapkan Bank of England, melansir laman BBC, Jumat (5/8/2022).

Suku bunga naik menjadi 1,75 persen karena bank berjuang untuk membendung kenaikan harga, dengan inflasi sekarang ditetapkan untuk mencapai lebih dari 13 persen.

Gubernur Andrew Bailey mengakui jika saat ini masyarakat tertekan biaya hidup yang sulit. Namun jika tidak menaikkan suku bunga, kondisinya akan menjadi "lebih buruk".

Alasan utama Inggris mengalami inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah melonjaknya tagihan energi, didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Sebuah rumah tangga biasa akan membayar hampir £300 per bulan untuk energi mereka pada bulan Oktober, Bank memperingatkan.

Resesi yang diperkirakan akan menjadi penurunan terpanjang sejak 2008, ketika sistem perbankan Inggris menghadapi keruntuhan, membawa pinjaman terhenti.

Kemerosotan tidak akan sedalam 14 tahun yang lalu tetapi mungkin berlangsung selama itu.

Infografis Prediksi Perekonomian 60 Negara Bakal Ambruk. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya