IATA Bidik Rp 2,67 Triliun dari Rights Issue

Head of Investor Relations IATA, Natassha Yunita mengatakan, seluruh dana rights issue yang diperoleh akan digunakan untuk tiga hal.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 19 Okt 2022, 18:26 WIB
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) akan menambah modal dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana Rp 2,67 triliun.

Perseroan telah mengantongi  pernyataan efektif  dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue tersebut. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Rabu (19/10/2022), perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 saham seri B yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 180. Adapun dalam pelaksanaan rights issue ini dengan rasio 10:13. Jadi 10 saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD.

Rights issue ini bernilai sebanyak-banyaknya Rp 2,67 triliun. Setelah dilaksanakannya right issue ini, IATA akan dimiliki langsung oleh PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT).

Selain itu, perseroan akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 waran seri I, di mana setiap 5 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp 210.

Head of Investor Relations IATA, Natassha Yunita mengatakan, seluruh dana yang diperoleh akan digunakan untuk tiga hal, salah satunya pelunasan seluruh promissory note perseroan yang diterbitkan kepada BHIT.

"Pelunasan seluruh promissory note perseroan yang diterbitkan kepada BHIT dengan cara membayar dengan uang dan atau dengan konversi hak tagih menjadi saham perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR)," ujar dia.

Dana tersebut juga akan digunakan untuk setoran modal kepada PT Bhakti Migas Resources (BMR) untuk investasi pengembangan usaha di sektor migas. BMR sedang mengevaluasi peluang eksplorasi di Indonesia Timur, yaitu Blok Semai III di Papua.

 

 


Dana Hasil Rights Issue

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, dana hasil rights issue juga akan dialokasikan untuk setoran modal ke BCR untuk modal kerja dan pengembangan usaha di sektor pertambangan batu bara.

Seperti yang telah diketahui, perseroan mengalihkan pilar bisnis utamanya yang sebelumnya bergerak pada bidang pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi yang diawali dengan mengakuisisi 99,33 persen saham BCR yang merupakan perusahaan induk dari 8 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. 

Dengan 1,6 miliar MT sumber daya batu bara yang dimiliki BCR, IATA melakukan langkah strategis memanfaatkan momentum meningkatnya permintaan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara. 

Kemudian, IATA memandang penajaman fokus menjadi perusahaan energi dan investasi, khususnya di sektor batu bara, dapat membantu mendongkrak prospek bisnis perseroan.

Sementara itu, pelaksanaan right issue IATA dimulai pada Senin, 17 Oktober 2022. Berikut ini merupakan jadwalnya:

- Cum HMETD: 25 Oktober 2022

- Recording Date: 27 Oktober 2022

- Distribusi saham: 2-15 November 2022

- Penjatahan saham tambahan: 16 November 2022 

- Distribusi saham tambahan: 18 November 2022. 

 


IATA Kantongi Kontrak Penjualan Batu Bara Rp 1,62 Triliun

Batu bara dimuat ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Sebelumnya, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), melalui anak perusahaannya yang bergerak di sektor batu bara, PT Bhakti Coal Resources (BCR), telah menandatangani perjanjian jual beli dengan tiga pihak pembeli, SAII Resources Pte Ltd, Visa Resources Pte Ltd, dan CPTL Pte Ltd.

Selain itu, CPTL Pte Ltd juga akan berinvestasi dalam pembangunan jalan angkut dan konveyor pelabuhan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), salah satu anak perusahaan BCR, untuk mendorong efisiensi produksi dan transportasi, dengan perkiraan investasi senilai USD 10 juta atau Rp 149,90 miliar (asumsi kurs Rp 14.990 per dolar AS).

"Perseroan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar USD 108,42 juta atau Rp 1,62 triliun, 14 dari ketiga kontrak ini dan akan terus mengantisipasi lebih banyak kontrak di masa depan, seiring dengan peningkatan produksi. Kontrak pembelian jangka panjang ini menunjukkan kepercayaan pembeli atas operasional tambang IATA,” kata Head of Investor Relations IATA, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Senin (19/9/2022). 

Sementara itu, acara penandatanganan ini dilaksanakan bertepatan dengan konferensi Coaltrans Asia. Setelah dua tahun hiatus dampak pandemi COVID-19, Coaltrans Asia, konferensi batu bara terbesar di Asia, kembali digelar secara offline di Bali International Convention Centre (BICC) at The Westin Resort Nusa Dua, Bali  pada 18 - 20 September 2022.

 


Kontribusi

Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain berkontribusi langsung sebagai salah satu sponsor Platinum, IATA turut memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali terhubung dengan para pemain kunci dari seluruh rantai pasokan batu bara dan menegosiasikan berbagai kesepakatan bisnis strategis, baik yang berkaitan dengan pengembangan usaha Perseroan maupun untuk kemajuan industri menuju dekarbonisasi.

"Di samping berpartisipasi dalam konferensi, IATA juga menyambut para calon pembeli, serta vendor-vendor potensial untuk mendukung kegiatan operasional seperti kontraktor, perusahaan logistik, surveyor, dan lain-lain,” kata Natassha.

Didukung kinerja dan peningkatan target produksi Perseroan pada 2022, menjadi titik balik IATA untuk semakin aktif memperkenalkan diri sekaligus mengukuhkan posisinya di komunitas dan pasar tambang batu bara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya