Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Rabu (19/10/2022) Rupiah ditutup melemah 34 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp 15.498. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.464.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Kamis, 20 Oktober 2022.
Advertisement
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp 15.470 hingga Rp 15.540,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu, 19 Oktober 2022.
Secara internal, di tengah kesuraman ekonomi dunia akibat krisis keuangan, pangan, dan energi yang terjadi saat ini dan ditambah dengan tekanan inflasi yang tinggi sehingga bank sentral global melakukan pengetatan menjadikan dunia dibayangi dengan ancaman resesi.
Dengan adanya ketidakpastian yang terutama diakibatkan oleh The Perfect Storm, sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 berada pada kisaran 2,3 persen hingga 2,9 persen.
Proyeksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen hingga 3,2 persen. Saat gejolak terjadi Indonesia menjadi titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.
Titik terang tersebut bisa menambah tingkat kepercayaan pemimpin dunia terhadap perekonomian Indonesia dan ini bisa dibuktikan dari data neraca perdagangan Indonesia (NPI) pada September 2022 yang kembali surplus sebesar USD 4,99 miliar atau sekitar Rp 77,3 triliun pada September 2022.
Walaupun kondisi ekonomi Indonesia kemungkinan akan membaik, namun semua pihak untuk tetap berhati-hati dalam menyikapinya dan tetap waspada resesi di depan mata masih ada.
Berdasarkan informasi dari International Moneter Fund (IMF) sudah ada 28 negara yang sudah mengantri, namun baru 16 negara yang sudah menjadi pasien IMF.
Indeks Dolar AS Menguat
Indeks Dolar AS Menguat
Dolar AS naik lebih tinggi, memantul dari level terendah dua minggu, setelah inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun dan serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed.
Inflasi Inggris meningkat lebih dari yang diharapkan pada September, dengan indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada basis tahunan, menyamai level tertinggi 40 tahun yang dicapai pada Juli.
Sementara angka ini akan meningkatkan tekanan pada Bank of England untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter, itu juga menunjukkan pendapatan rumah tangga akan tetap tertekan, kemungkinan mengarah ke perlambatan ekonomi seiring berjalannya tahun.
Sentimen risiko telah meningkat akhir-akhir ini, dibantu oleh pembalikan rencana pemotongan pajak Inggris yang tidak didanai, pendapatan perusahaan yang solid meningkatkan pasar ekuitas, dan cuaca yang lebih hangat membantu harga gas Eropa turun.
Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan The Fed dapat mendorong suku bunga acuannya di atas 4,75 persen jika inflasi yang mendasarinya tidak mereda.
Advertisement
Pengusaha Harap-Harap Cemas
Sebelumnya, Pengusaha berharap Nilai Tukar Rupiah (NTP) bisa stabil. Belakangan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan, bahkan hampir menyentuh Rp 15.500 per dolar AS.
“Tentu kita harapkan nilai tukar rupiah bisa stabil, tapi dengan situasi global saat ini saya rasa sudah cukuplah dilakukan pemerintah,” kata Ketua Umum Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira kepada Liputan6.com, Rabu (19/10/2022).
Calon Ketua BPP HIPMI ini, mengatakan yang terpenting harus tetap optimis melakukan langkah-langkah positif dan meningkatkan produktivitas. Sebagai pengusaha, Dia tak menampik bahwa kondisi perekonomian secara global dihadapkan dengan tantangan yang berat.
“Saya rasa ini yang harus kita lakukan secara terus-menerus. Karena memang ekonomi saat ini sedang dalam kondisi sangat berat ke depannya,” ujarnya.
Selanjutnya
Sementara itu, sebelumnya Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa efek yang berbeda di kalangan dunia usaha. Bagi pengusaha eksportir hal ini merupakan suatu berkah, namun bagi pengusaha importir hal ini adalah sebaliknya.
“Kondisi ini memang kerap kali dirasakan para pengusaha ketika rupiah berfluktuasi dan hal ini merupakan suatu kondisi yang biasa bagi dunia usaha,” kata Diana kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).
Sebagai pelaku usaha, Diana berharap pemerintah dapat melakukan beberapa langkah strategis agar kurs rupiah tidak semakin dalam tertekan. Selain itu, kinerja dari sektor manufaktur harus tetap dijaga, dalam rangka menjaga neraca perdagangan Indonesia.
"Saya pikir BI dapat melakukan beberapa langkah dalam mengintervensi pasar mengingat cadangan devisa kita sangat cukup untuk BI melakukan hal tersebut,” pungkasnya.
Advertisement