Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW menjadi satu-satunya nabi yang mampu memenuhi syafaat untuk umatnya. Padahal dari para nabi yang lain seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa, memilih angkat tangan dan tidak menyanggupi itu.
Mengenai kata syafaat, mengutip beberapa sumber, syafaat adalah perantaraan atau pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Allah.
Advertisement
Dan tentunya, tidak semua mampu memberikan syafaat itu. Bahkan di antara para nabi pun hanya Rasulullah SAW yang dapat memberikan syafaat bagi umatnya di hadapan Allah SWT.
Sebab, Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah yang mana segala permintaannya telah dikabulkan oleh Allah SWT. Sehingga melalui atau dengan syafaat Nabi Muhammad SAW, kita sebagai umatnya bisa mencapai rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Melansir Nu Online islam.nu.or.id, Rasulullah SAW memang rasul yang memiliki perhatian besar terhadap keselamatan umatnya. Sebagaimana dalam detik-detik kematiannya tiba, saat sakaratul maut, nabi masih sempat memikirkan dan bertanya kepada malaikat Jibril, tentang nasib umatnya setelah ini.
Bahkan, ketika sudah berada di dalam surga sekalipun, beliau masih sibuk memikirkan umatnya, dan justru terus memohon kepada Allah agar bisa menolong mereka. Bahkan umatnya yang sudah berada dalam siksa neraka jahanam sekalipun.
Dan juga, tatkala diberi pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya masuk surga dengan syafaat, maka Rasulullah SAW memilih syafaat. Sebab, cakupan syafaat lebih luas dan menjadi hak setiap muslim yang beriman.
Demikian seperti yang diungkapkan dalam salah satu hadisnya, di mana Rasulullah bersabda. “Apakah kalian tahu apa yang dipilihkan Tuhanku malam ini?”.
Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberi pilihan kepadaku antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).
Siapakah Umat yang Kelak Mendapatkan Syafaat Nabi Muhammad SAW?
Melansir dari Nu Online Kamis, (20/10/22). Secara umum, syarat utama mendapatkan syafaat Rasulullah SAW ada tiga, yaitu:
1. Orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah.
Hal itu seperti yang dijelaskan dalam sabdanya yang berbunyi : أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.
Artinya, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun,” (HR Abu Dawud).
2. Orang yang meninggal dalam keadaan membawa keimanan walaupun hanya sebesar biji sawi.
Hal itu dijelaskan dalam hadits : أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُق لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،
Artinya, “Aku mengundi pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.’ Aku pun berkata, ‘Umatku..!’ Lantas dijawab, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.’ Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, ‘Umatku...!’ Disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.’”
3. Orang yang oernah mengucap kalimah thayyibah atau kalimah Lailahaillah dengan ikhlas, sebagaimana yang disampaikan dalam lanjutan hadits : ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا
Artinya,“Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, ‘Umatku..!’ Lalu disampaikan kepadaku,‘Engkau berhak menolong orang yang mengucap ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas,’ (HR Abu Ya’la).
Itulah tindakan Rasulullaj bagi keselamatan umatnya. Beliau rela menyimpan doa terbaiknya demi bisa menolong umat dari persoalan akhirat.
Advertisement
7 Golongan yang Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat
Dalam sebuah hadis yang di riwatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, nabi bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
yang artinya, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Imam yang adil,
2. Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,
3. Seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
4. Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
5. Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah',
6. Seseorang yang bersedekan dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya,
7. Seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Penyebutan jumlah “tujuh” di dalam hadis tersebut bukan yang berarti pembatas, sehingga tidak bisa diartikan golongan yang akan dinaungi Allah di hari Kiamat nanti hanya terbatas pada tujuh golongan saja.
Melainkan hadis ini, supaya tiap muslim dapat melaksanakan amalan yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat memperoleh perlindungan dan naungan Allah pada hari Kiamat kelak.
Golongan yang Tidak Akan Masuk Surga Bahkan Tidak Mencium Aromanya
Surga adalah tujuan terakhir yang dijanjikan Allah kepada orang-orang Mukmin. Kenikmatannya yang luar biasa, bahkan baunya bisa tercium dari jarak 70 tahun perjalanan. Namun, ada orang-orang yang tidak bisa bahkan hanya sekedar mencium baunya surga saja tidak bisa. Siapakah mereka?
Dikutip dari beberapa sumber, berikut dari golongan orang-orang yang tidak akan masuk surga dan mencium aromanya:
1. Orang yang sombong
seperti di sampaikan dalam hadist yang berbunyi لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ»
“Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan.” HR. Muslim, no. 275
2. Orang yang mencari ilmu akhirat untuk tujuan duniawi
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan Al-Albany)
3. Wanita yang berpakaian tapi telanjang
Rasulullah bersabda: “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim, 2128)
Advertisement