Liputan6.com, Jakarta - Generasi sekarang terutama milenial (kelahiran 1980-an sampai awal 2000-an), diakui memang sangat sulit untuk bisa lepas dari media sosial (medsos). Kebanyakan mereka menganggap bermain media sosial adalah hiburan yang ampuh di masa kini.
Selain karena hiburan, generasi milenial ini juga sudah menganggap media sosial adalah tempatnya berekspresi. Tidak jarang, bermain media sosial menjadi candu, terlebih scrolling medsos bisa membuat penggunanya lupa waktu.
Namun, jika kamu memutuskan untuk berhenti sejenak dari aktivitas bermedsos, ada beberapa risiko dan dampak yang mungkin akan kamu alami.
Melansir laman The Healthy, Kamis (20/10/2022), ternyata ada beberapa hal yang bisa terjadi saat kamu keluar dari media sosial.
1. Menyelesaikan Banyak Pekerjaan dengan Cepat
Mengecek ponsel kamu setiap beberapa waktu sekali, mungkin akan sedikit membuat waktu kamu tersita. Memikirkan saat kamu harus mengeceknya pun, bisa membuat kamu kehilangan konsentrasi dan fokus pada tugas utamamu.
Saat kamu tidak mengkhawatirkan ponselmu saat berbunyi, kamu akan menjadi lebih produktif.
"Media sosial adalah hal yang terus mengganggu kita," ungkap Joanne Cantor, PhD, Profesor Emerita Komunikasi di University of Wisconsin Madison dan penulis buku Conquer CyberOverload.
Ia juga menambahkan "Ketika kita berhenti untuk memeriksa media sosial, lagi dan lagi, itu benar-benar menjadi bentuk lain dari multitasking. Terlebih lagi, multitasking membuat apapun yang sedang kamu lakukan menjadi lebih lama, dan dengan efektifitas yang rendah."
Baca Juga
Advertisement
Merasa Cemas
Lebih lanjut, menurut fakta yang dilayangkan Asosiasi Psikologi Amerika, memperkirakan bahwa mencoba menangani banyak tugas sekaligus, seperti mengklik bolak-balik, antara laman yang sedang diakses di ponsel dengan proyek penting yang sedang dikerjakan, dapat mengurangi waktu produktif kamu sebanyak 40 persen.
2. Pada Awalnya Kamu Akan Merasa Cemas
Selanjutnya, efek istirahat atau berhenti dari bermedsos adalah timbulnya rasa khawatir, stres dan cemas. Pada awalnya, kamu mungkin akan merasakan ketiga perasaan itu, atau mungkin lebih dari itu. Perasaan itu disebabkan oleh penarikan neurobiologis akibat perasaan yang selalu terhubung.
"Jika kamu menggunakan media sosial secara adiktif, seperti yang hanya dilakukan oleh sebagian orang, kamu memiliki peningkatan kadar dopamin. Jadi ketika kamu berhenti melakukannya, akan ada beberapa penarikan," kata David Greenfield, PhD, asisten profesor klinis psikiatri di University of Connecticut School of Medicine dan pendiri Pusat Ketergantungan Internet dan Teknologi.
Akan tetapi, perasaan ini tidak akan berlangsung lama, karena seiring berjalannya waktu, kamu akan merasakan hal positifnya.
Advertisement
Jarang Stres
3. Stres Akan Berkurang
Media sosial yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja, membuat kita sering merasa terdorong untuk membukanya, hampir selama 24 jam per minggu bahkan, beberapa orang ada yang mengaksesnya secara berlebihan.
Menurut David Greenfield, dorongan terus menerus untuk memperhatikan media sosial, menyebabkan peningkatan hormon, kortisol, hormon stres. Hormon ini banyak memberikan efek tidak baik bagi otak.
4. Akan Lebih Percaya Diri
Tidak dapat dipungkiri, ketika mengunggah di media sosial, kita cenderung hanya membagikan bagian dari hidup kita yang bahagia dan menarik saja.
Hal ini, dapat memicu seseorang untuk membandingkan kehidupannya, dengan seseorang yang dilihatnya di medsos.
Dengan menghindari media sosial, otomatis kamu tidak akan membuka apa yang diungggah oleh orang lain. Hal ini bisa membuat kamu menjadi seseorang yang lebih percaya diri.
Tidur Cukup
5. Tidur Cukup
Jika kamu memiliki kebiasaan mengecek media sosial sebelum tidur, dan tanpa disadari tiba-tiba kamu telah melakukannya (berkomentar, mengunggah gambar dan lainnya) selama dua jam. Waktu tubuhmu beristirahat terpotong oleh rutinitas itu.
Saat kamu bisa mengurangi aktivitas ini, atau bahkan terlepas dari kegiatan ini, dan memprioritaskan kesehatan diri kamu, kamu bisa beristirahat dengan cukup di malam hari.
6. Memperkuat Hubungan Tatap Muka
Berkomunikasi secara langsung atau tatap muka biasanya lebih efektif dilakukan, dibandingkan dengan menjalin hubungan atau berkomunikasi secara online.
Menurut Joanna Cantor, menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi secara langsung (tatap muka), benar-benar membantu hubungan kamu. Seperti yang diketahui, terjalinnya hubungan komunikasi yang baik, merupakan faktor terpenting untuk kesejahteraan dan kesehatan mental.
Advertisement