Perjuangan Rakyat Peru Demi Dampingi Timnas di Piala Dunia 2018: Jual Mobil hingga Keluar dari Pekerjaan

Perjuangan mereka terbayar lunas setelah dinobatkan sebagai fans oleh FIFA.

oleh Yo Kavya diperbarui 22 Okt 2022, 10:00 WIB
Suporter Peru memakai hiasan menarik saat menyambut gelaran Piala Dunia di Jalan Nikolskava, Moskow, Rabu (13/6/2018). Piala Dunia 2018 akan berlangsung pada 14 Juni hingga 15 Juli mendatang. (AP/Rebecca Blackwell)

Liputan6.com, Jakarta Suporter terbaik Piala Dunia 2018 tidak akan terlihat di Piala Dunia 2022. Tim nasional Peru tidak lolos ke Qatar setelah kalah adu penalti  4-5 dari Australia.

Rakyat Peru pun harus menunggu empat tahun lagi untuk meraih satu tempat di Piala Dunia 2026.

Di Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Rusia, fans Peru menyabet kategori Suporter Terbaik, mengalahkan Jepang dan Senegal. Perjuangan dan dukungan besar dari  suporter Peru menjadi salah satu alasan.

Sama seperti tahun sebelumnya, acara penganugerahan FIFA The Best 2018 digelar di Royal Festival Hall, London, pada 24 September 2018. Salah satu penghargaan yakni kategori fan atau suporter terbaik tahun 2018 jatuh ke tangan fan timnas Peru.

Mereka menyisihkan fan timnas Jepang dan Senegal yang juga menjadi nominator dan diunggulkan menyabet penghargaan tersebut.

Gairah semangat fan Peru dalam menyaksikan Paolo Guerrero cs di Piala Dunia 2018 menjadi penilaian utama.

Selain kategori fan terbaik, dalam acara itu tentunya mengumumkan pesepak bola terbaik sepanjang 2018.

Di antara para peraih penghargaan, gelandang Real Madrid dan Kroasia Luka Modric menjadi yang paling disorot karena meraih pesepak bola pria terbaik 2018.

Selain Modric, winger eksplosif Liverpool asal Mesir Mohamed Salah juga meraih penghargaan Puskas Award atau pencetak gol terbaik.

Keberhasilan Peru lolos ke Piala Dunia 2018 Russia merupakan kebahagiaan tersendiri bagi rakyat Peru. Mereka harus menanti 36 tahun untuk itu, setelah terakhir kali berpartisipasi pada edisi Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Tercatat kurang lebih 40.000 suporter Peru mendatangi Russia untuk memberikan semangat kepada tim yang diarsiteki Ricardo Gareca itu.


Angkat Topi

Pemain Peru merayakan kemenangan usai pertandingan melawan Selandia Baru pada leg kedua play-off interkontinental Piala Dunia 2018 di Estadio Nacional, Lima, (15/11). Peru menang atas Selandia dengan skor 2-0. (AFP Photo/Luka Gonzales)

Mordovia Arena, Central Stadium, serta Fisht Olympic Stadium menjadi salah satu saksi antusiasme para suporter ketika Peru bertanding. Tak disangka, Russia menjadi sesak dengan orang berkaos putih-merah.

"Hal ini [berada di Russia] merupakan yang terbaik, banyak orang Peru dimana-mana," ujar Julio, salah satu pendukung Peru dari Lima, dikutip dari Dream Team FC. "Kami meninggalkan semuanya di rumah, datang ke sini dengan yang lainnya dan sekarang kami ingin menikmati pengalaman itu."

Meski pada akhirnya Paolo Guerrero cs. tidak mampu lolos ke fase gugur karena hanya menempati posisi tiga di Grup C, suporter Peru telah menunjukkan semangat dalam mendukung tim mereka. Jarak 14.000 km yang membentang antara Peru dan Russia tidak menjadi halangan bagi mereka untuk dating memberikan dukungan pada timnasnya.

“Peru tersingkir dari turnamen Piala Dunia dengan permainan yang baik tanpa rasa takut. Namun di atas semuanya itu, tim ini telah didukung oleh salah satu basis penggemar terbaik dalam sejarah Piala Dunia. Saya mengangkat topi untuk mereka,” tutur Antonio Banderas, aktor pemeran Zorro, dikutip dari Andina.

Sungguh luar biasa pengorbanan yang diberikan oleh pendukung Peru untuk bisa datang ke Rusia. Beberapa dari mereka rela keluar dari pekerjaannya, menjual mobil, dan melakukan perjalanan jauh selama 64 jam demi tiba di Rusia.


Pengorbanan

Dukun melakukan ritual pembawa keberuntungan pada gambar pemain tim nasional (timnas) Peru menjelang leg kedua babak play-off Piala Dunia 2018 kontra Selandia Baru, di Lima, Selasa (14/11). (ERNESTO BENAVIDES/AFP)

Maka ketika Peru harus tersingkir, kalah dari Prancis dengan skor 0-1 dalam laga 21 Juni 2018, kesedihan terasa dari wajah para pendukung Peru. Ada yang marah hingga menangis tersedu-sedu melihat nasib timnas mereka.

Suasana suram semakin terasa jika mengingat pengorbanan sejumlah pendukung Peru. "Beberapa orang menjual rumah mereka agar bisa berada disini (Piala Dunia 2018). Kamu juga akan gugup seperti mereka (setelah Peru) kalah," kata Eduardo, laki-laki asal Peru kepada The Guardian.

Pengorbanan pendukung Peru untuk Piala Dunia 2018 terbilang nekat. Selain menjual rumah, para pendukung Peru rela hanya makan kue untuk sehari dan tidur di jalanan.

"Beberapa orang datang ke sini dengan biaya 1.000 pound sterling (sekitar Rp 18 juta), mereka makan kue agar bisa bertahan dalam sehari, tidur di jalanan, dan pergi dengan kereta ke Ekaterinburg yang memakan waktu 32 jam karena gratis. Ini untuk menyaksikan pertandingan melawan Prancis," ujar Guillermo Espinoza, pria asal Peru beberapa hari sebelumnya.


Jual Barang

Seekor ular dalam ritual prediksi oleh dukun Peru menjelang leg kedua babak play-off kontra Selandia Baru, di Lima, Selasa (14/11). Peru dan Selandia Baru akan memperebutkan tiket Piala Dunia 2018 Kamis (16/11) di Estadio Nacional. (ERNESTO BENAVIDES/AFP)

Bahkan ada pendukung Peru yang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Ini demi mendapatkan uang tambahan. "Beberapa orang hengkang dari pekerjaannya. Ketika kamu hengkang setelah lama bekerja, kamu menerima uang tambahan," lanjut Guillermo Espinoza.

Angel Carranea, seorang suporter dari kota Lima, rela menjual mobil Ford Mustang GT kesayangannya demi berangkat ke Rusia. Baginya, momen kembalinya Peru ke lapangan Piala Dunia 2018 setelah 36 tahun tak lolos kualifikasi harus dirayakan dengan meriah.

Angel gak sendirian, banyak warga Peru yang melakukan hal serupa dari menjual barang-barang berharga hingga meninggalkan pekerjaan. Semua mereka lakukan demi mendengar langsung lagu nasional Peru berkumandang di momen Piala Dunia 2018.

Kisah menarik lain datang dari Guillermo Espinoza, seorang guru Bahasa Inggris di kota Lima. Ia menjadi saksi perjuangan seorang teman yang berusaha keras menaikkan berat bedan sebanyak 24 kg jelang Piala Dunia 2018.

Hal ini ia lakukan untuk mendapatkan tiket kelas easy-access extra-width yang menyaratkan berat badan tertentu. Selain lebih mudah didapatkan, kursi kelas spesial ini juga menawarkan pemandangan yang lebih bagus ke lapangan hijau. Harganya tentu lebih mahal, tapi gak sebanding dengan 36 tahun penantian mereka pada timnas Peru.

Sesampainya di Rusia, perjuangan para Peruvian belum berhenti. Mereka memenuhi jalanan menuju kota Saransk sebelum laga Peru kontra Denmark berlangsung. Banyak yang mengincar kereta gratis menuju Ekaterinburg meski harus menempuh 32 jam lamanya perjalanan.

Karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, para Peruvian ini rela tidur di lantai-lantai stasiun

 

Cerita seru juga datang dari Rodriguo Verastegui, seorang suporter timnas Peru yang datang ke Rusia bersama rombongan keluarga. Ia mengajak serta ayah, ibu, istri dan anak laki-lakinya yang baru berusia 4 tahun.

Terakhir kali timnas Peru berlaga di Piala Dunia pada tahun 1984, Rodriguo baru berusia 2 tahun. Sepanjang hidupnya belum pernah menyaksikan kemeriahan luar biasa seperti ini di tanah Peru. Maka ia tidak ingin melewatkan kesempatan, merogoh kocek dalam bukan masalah asal bisa menyaksikan langsung aksi para pesepakbola andalan Peru di rumput Rusia.

Kekalahan Peru atas Denmark di putaran terakhir babak penyisihan tentu menyisakan pilu di hati para suporter. Tapi momen ini tetap layak dirayakan, Peruvian bisa kembali memenuhi tribun-tribun stadion setelah 36 tahun vakum dari Piala Dunia 2018.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya