Liputan6.com, London - Mundurnya Liz Truss sebagai perdana menteri Inggris menciptakan ketidakstabilan negara, baik ekonomi maupun politik.
Hal inilah yang kemudian disorot oleh sejumlah pengamat yang menanggap ada banyak efek yang dihasilkan dari pergejolakan politik di Inggris, dikutip dari atlanticcouncil.org, Jumat (21/10/2022).
Advertisement
Menurut Peter Westmacott, Mantan Pejabat di Europe Center dan Mantan Dubes Inggris untuk Amerika Serikat menyebut bahwa situasi ini adalah bentuk penghinaan untuk Inggris dan demokrasi.
"Liz Truss berharap dapat bertahan sampai Menteri Keuangan Jeremy Hunt mengeluarkan rencana fiskal jangka menengahnya pada 31 Oktober. Kekacauan politik Rabu kemarin membuat hal itu mustahil. Liz Truss dengan demikian menjadi perdana menteri Inggris dengan masa jabatan terpendek yang pernah ada," kata Peter Westmacott.
"Partai Buruh sekaligus oposisi menyerukan pemilihan umum dini, dengan alasan siapa pun yang memerintah Inggris membutuhkan mandat demokrasi. Partai Konservatif, yang masih memiliki mayoritas 71 kursi di House of Commons, tidak mungkin setuju karena jajak pendapat sangat mendukung Partai Buruh," tambahnya.
Sementara itu, Frances Burwell yang merupakan Direktur Senior di McLarty Associates menyebut pengunduran diri Liz Truss dan dimulainya kontes kepemimpinan baru membuat Inggris seakan-akan melanjutkan devolusinya untuk menjadi mitra yang kurang relevan bagi Amerika Serikat dan sekutu Eropanya.
"Sejak referendum Brexit tahun 2016 -- bahkan sejak pengumuman Perdana Menteri David Cameron tentang referendum tersebut pada tahun 2013 -- politik Inggris didorong oleh perang saudara di dalam Partai Konservatif. Mereka yang berargumen akan 'mengambil kembali' Inggris dari Eropa tidak pernah menyusun strategi sukses sebagai pemain ekonomi global, tetapi sebaliknya malah membangun hambatan dengan mitra ekonomi terbesar Inggris," kata Burwell.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyatakan terima kasihnya kepada Truss atas kemitraannya dan telah menegaskan kembali keyakinannya pada kelanjutan hubungan AS-Inggris.
Namun Frances Burwell menilai, di koridor Gedung Putih, para pejabat pasti bertanya-tanya berapa lama lagi drama Inggris ini akan berlanjut dan apa kontribusi Inggris untuk memenuhi tantangan geopolitik saat ini.
Urusan Pertahanan dan Urusan Luar Negeri
Para menteri dan diplomat Inggris dinilai ingin memastikan bahwa Inggris terus dilihat sebagai sekutu yang dapat diandalkan.
Menteri pertahanan Inggris, Ben Wallace, mengunjungi Washington minggu ini untuk diskusi tentang Ukraina dan beberapa skenario terburuk perang.
Andrew Marshall, Senior Vice President of Engagement di Atlantic Council menyebut, Wallace tidak mungkin mengubah peran pemerintah di masa depan. Di sisi lain, pihak dari Kementerian Pertahanan Inggris dituntut untuk memainkan peran penting dalam mendukung Kyiv dengan memberikan dukungan materil, pelatihan, intelijen, dan komunikasi.
Andrew Marshall juga menyorot spekulasi soal pemilu dini, hal yang dia anggap bisa saja akan terjadi.
"Pasti akan ada spekulasi tentang pemilihan dan perubahan pemerintahan. Pemilu memang tidak bisa dilakukan sampai Januari 2025, tetapi kekacauan saat ini bisa membuat perubahan dalam jangka pendek, dan itu bisa saja menjadi mungkin."
"Di Partai Buruh, ada keragaman pendapat tentang hubungan Inggris dengan Amerika Serikat. Tetapi kepemimpinan saat ini sangat mendukung NATO. Menteri pertahanan bayangan baru-baru ini mengunjungi Washington dan berbicara tentang pentingnya memenuhi kewajiban NATO."
"Ada kemungkinan bahwa pemerintahan baru akan dihadapkan pada kendala anggaran untuk pertahanan. Tetapi itu akan terjadi pada pemerintah mana pun. Partai Buruh juga dituntut harus sama-sama membuat pilihan sulit tentang fokus Eropa versus fokus global yang didorong oleh Konservatif."
Advertisement
Pasar Benci Ketidakstabilan
John M. Roberts peneliti senior di Global Energy Center dan Konsultan Energi Methinks Ltd menyebut bahwa pasar membenci ketidakstabilan, dan masih ada 11 hari lagi sebelum pengganti Kwarteng, yaitu Jeremy Hunt akan menyampaikan laporan keuangan utamanya.
Hunt yang juga kandidat kuat mengambil alih posisi Truss kini menyatakan tidak akan bertahan, dengan membatalkan hampir semua anggaran milik Kwarteng.
"Ini adalah hari-hari yang sulit bagi Inggris, yang dalam beberapa minggu telah kehilangan reputasinya dalam hal stabilitas politik dan keuangan," ujar Roberts.
"Ada sedikit keraguan bahwa alasan terbesar kekacauan ekonomi Inggris saat ini adalah kegagalan untuk mengamankan pertumbuhan ekonomi yang substansial dan berkelanjutan setelah Brexit. Sekarang hampir dua tahun sejak Inggris secara efektif meninggalkan Uni Eropa (UE), sebuah keputusan yang menurut Institut Studi Fiskal telah menghasilkan pukulan sebesar 4 persen terhadap PDB-nya," tambah Roberts.
"Pertanyaan besar sekarang adalah apakah politisi dari Partai Konservatif dan oposisi akan mulai secara terbuka mengangkat masalah apakah Inggris harus secara serius mempertimbangkan dan mendapatkan kembali akses ke pasar tunggal Eropa."
Partai Buruh Ejek Liz Truss Usai Mundur dari Posisi PM Inggris
Pemimpin Partai Buruh Sir Keir Starmer mengejek Liz Truss usai mundur sebagai perdana menteri Inggris.
Ia menyebut, Liz Truss sungguh kacau, terutama kepemimpinan Tory MP. Ia bahkan mengulangi seruannya untuk segera dilakukan pemilihan umum menyusul berita pengunduran diri Liz Truss, dikutip dari BBC.
Starmer menyebut, ia telah meninggalkan kekacauan bahkan "melakukan kerusakan besar pada ekonomi kita dan reputasi negara kita."
Dia menambahkan, "kita tidak dapat melakukan eksperimen lain lewat Partai Tory" dan mengatakan Partai Buruh akan menawarkan pemerintahan yang stabil.
Liz Truss telah menyampaikan pernyataan mundur sebagai perdana menteri Inggris. Masa jabatannya terbilang singkat, hanya sekitar 45 hari.
Advertisement