Mahfud MD: Tidak Mungkin Kontestan Politik Tidak Butuh Dukungan Umat Islam dan Santri

Mahfud mengungkapkan dengan situasi santri di Indonesia yang sedang mengalami mobilitas sosial sangat tinggi, pastinya akan menjadi pusat perhatian dalam dukungan politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2022, 13:36 WIB
Menko Polhukam Mahfud Md. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kordinator Politik Hukum Dan Ham, Mahfud MD mengungkapkan keberadaan santri saat ini sangat banyak dilirik terlebih dalam kontes politik. Pasalnya dukungan dari pihak umat Islam dan santri menjadi pengaruh besar untuk dapat bersaing, terlebih pada ajang pesat politik 2024 nanti.

"Setiap kontestasi politik di Indonesia selalu memperhatikan dukungan umat Islam dan kaum santri," ucap Mahfud MD dalam pidatonya dalam acara Hari Santri Nasional, Jumat (21/10/2022).

Mahfud mengungkapkan dengan situasi santri di Indonesia yang sedang mengalami mobilitas sosial yang sangat tinggi, santri pastinya akan menjadi pusat perhatian untuk mendapat dukungan politik.

"Tidak mungkin orang ikut kontestasi politik mengatakan, saya tidak mau santri, saya tidak mau Islam itu tidak mungkin sekarang ini," papar Mahfud.

"Karena kaum santri sekarang sudah mengalami mobilitas sosial sangat tinggi," tambahnya.

Hal tersebut sekaligus membuktikan bahwa umat Islam tidak perlu takut dalam proses politik, lantaran banyak pihak yang mulai memperhtiungkan peran - peran santri.

Lebih lanjut, Menkopolhukam juga menjelaskan kondisi santri yang sebelumnya yang sering diejek sebagai kaum yang udik serta kampungan. Bahkan hanya dapat bekerja di sektor kantor Kementrian Agama saja.

"Sekarang kaum santri juga mengalami mobilitas yang luar biasa. Ada yang jadi presiden, wapres termasuk di berbagai profesi pejabat, akademisi termasuk dalam ormas, politisi, gubernur, bupati, walikota dan bahkan ada yang sastrawan, seniman yang sangat berpengaruh di Indonesia," jelasnya.

Adapun hal tersebut juga yang menjadi alasan Mahfud mengambil tema dalam acara hari santri nasional dengan gagasan 'ideologi negara ideologi santri.

"Karena ideologi negara ini dibangun oleh bangsa indonesia bersama kaum santri, bersama para ulama, sehingga menjadi kewajiban sejarah bagi seluruh santri Indonesia ini untuk mempertahankan ideologi negara dan tidak usah dipertentangkan dengan ideologi lain karena ideologi negara itu ideologi pesantren," tutup Mahfud.


Pesan Wapres

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri perayaan Hari Santri Nasional 2022 di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, dia memaparkan tiga poin peran santri dalam merebut kemerdekaan dan membangun negeri.

"Alhamdulillah memang peran santri di Indonesia diakui oleh negara sehingga ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Karena santri terus berkiprah sejak sebelum kemerdekaan, ketika juga berjuang mengusir penjajahan, menyusun konstitusi negara juga santri ikut terlibat, Kiai Hasyim, Agus Salim, santri-santri NU yang ikut merumuskan konstitusi kita, mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tutur Ma'ruf di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).

Enam+00:45VIDEO: Catat! Merek Obat Sirup Berbahaya Berdasarkan Tinjauan BPOM Menurut Ma'ruf, setidaknya ada tiga hal alasan santri terus berperan dalam kemajuan Indonesia. Pertama adalah semangat hubbul waton minal iman atau mencintai Tanah Air yang dianggap sebagian daripada iman.

"Karena itu santri siap melakukan apa saja untuk membela, mempertahankan, memperjuangkan, karena apa, hubbul waton, ditanamkan hubbul waton minal iman, itu saya kira kenapa santri siap. Sampai mengorbankan nyawanya siap untuk bangsa dan negara," jelas dia.

Kemudian yang kedua, lanjut Ma'ruf, santri memegang teguh hifzul misah atau menjaga kesepakatan. Terbentuknya NKRI, Pancasila, adalah merupakan kesepaktan yang disebut Kesepakatan Nasional.

"Kalau santri mengatakan NKRI harga mati, itu artinya memegang teguh kesepakatan nasional, hifzul misah. Karena itu kita menolak segala bentuk ideologi lain, bentuk negara yang lain, karena apa, karena itu menyalahi kesepakatan," ujarnya.

Reporter: Rahmat Baihaqi/Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya