Liputan6.com, Jakarta - PT Ketrosden Triasmita Tbk, perusahaan bergerak di pembangunan, penjualan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi kabel serat optik menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip prospektus perseroan di laman e-ipo, ditulis Jumat (21/10/2022), PT Ketrosden Triasmitra Tbk menawarkan sebanyak-banyaknya 426.200.000 saham biasa atau setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dalam rangka IPO, perseroan menawarkan harga saham perdana di kisaran Rp 246-Rp 360 per saham. Dengan demikian, dana IPO yang akan diraup perseroan antara Rp 104,84 miliar-Rp 153,43 miliar.
Advertisement
Perseroan juga menggelar program management stock option atau MSOP dengan jumlah sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Jumlah saham MSOP tersebut itu setara 241.506.200 saam.
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 10 persen untuk membiayai kegiatan operasional proyek untuk segmen bisnis developer, kontraktor serta jasa pemeliharaan dan pengelolaan jaringan telekomunikasi sehingga menghasilkan suatu perkembangan.
Sisanya sekitar 90 persen akan digunakan sebagai peningkatan modal pada entitas anak yakni PT Triasmitra Multiniaga.
Dalam rangka IPO, perseroan telah menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Kinerja Keuangan
Berdasarkan laporan keuangan hingga Juni 2022 (unaudited), pendapatan perseroan Rp 161,71 miliar. Pendapatan turun 22,47 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 208,58 miliar. Laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 45,4 persen menjadi Rp 28,14 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 51,61 miliar.
Total ekuitas perseroan tercatat Rp 697,94 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 670,25 miliar. Liabilitas perseroan tercatat naik menjadi Rp 720,33 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 715,86 miliar. Total aset naik menjadi Rp 1,41 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,38 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 24,51 miliar hingga Juni 2022.
Untuk kebijakan dividen, perseroan merencanakan membagikan dividen dalam bentuk tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Besaran dividen dikaitkan dengan keuntungan perseroan tahun buku yang bersangkutan, dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan perseroan dan tanpa mengurangi hak dari RUPS Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Usulan, jumlah dan pembayaran dividen merupakan kewenangan direksi perseroan dan dewan komisaris dan akan bergantung pada persetujuan RUPS.
Advertisement
Jadwal Sementara IPO
Setelah IPO, manajemen mengusulkan kebijakan dividen kas sebanyak-banyaknya 20 persen dari laba bersih mulai tahun buku 2022. Hal ini mempertimbangkan keuntungan perseroan pada tahun buku yang bersangkutan dan tingkat kesehatan perseroan serta tanpa mengurangi hak dari RUPS untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan.
Jadwal sementara IPO:
-Masa penawaran awal pada 20-26 Oktober 2022
-Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Oktober 2022
-Perkiraan masa penawaran umum pada 1-3 November 2022
-Perkiraan tanggal penjatahan pada 3 November 2022
-Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 4 November 2022
-Perkiraan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 November 2022
44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
Advertisement