Neraca Perdagangan Surplus Terus, Ekonomi Indonesia Makin Kuat

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyebut kinerja sektor eksternal Indonesia masih relatif baik.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Okt 2022, 16:40 WIB
Ilustrasi APBN. Dok Kemenkeu

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyebut kinerja sektor eksternal Indonesia masih relatif baik. Hal itu terbukti dari neraca perdagangan bulan September masih melanjutkan surplus selama 29 bulan berturut-turut.

Hal itu disampaikan Menkeu dalam Konferensi pers APBN KITA Edisi Oktober 2022 secara virtual, Jumat (21/10/2022).

“Kinerja sektor eksternal Indonesia masih cukup baik, kalau kita lihat neraca perdagangan kita mengalami surplus USD 4,9 billion. Ini adalah surplus 29 bulan berturut-turut, surplus akumulasi 2022 mencapai USD 39,3 billion,” kata Menkeu.

Menurut Menkeu, dari neraca perdagangan ini memberikan bantalan terhadap gejolak yang terjadi dari sektor global maupun dari arah global ekonomi.

Bahkan, nilai ekspor Indonesia masih tumbuh cukup tinggi yaitu 20,28 persen. Namun kita lihat trennya sudah mengalami penurunan dibandingkan beberapa bulan terakhir.

Sementara, dari sisi impor pertumbuhannya di angka 22,02 persen, dan ia juga melihat pertumbuhan ini lebih lemah dibandingkan dua bulan terakhir. Namun, neto ekspor terhadap impor masih relatif bagus.

“Tentu kalau kita lihat dari ekspor ini selain kuantitas juga harga terutama harga CPO yang mengalami penurunan, memberikan kontribusi terhadap penerimaan dari ekspor kita yang menurun meskipun batu bara masih cukup baik,” ujarnya.

 


Pertumbuhan Ekonomi Kuat

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lebih lanjut, kata Menkeu, dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama kuartal ke-3 hingga bulan September ini diperkirakan masih akan sangat kuat.

Hal itu dilihat dari berbagai indikator seperti mobilitas, indeks penjualan ritel, dan spending indeks yang diukur mandiri semuanya masih dalam situasi yang positif dan ekspansif.

“Demikian juga dari sisi supply yaitu dari PMI manufaktur Indonesia mengalami penguatan, ini berarti 13 bulan berturut-turut Indonesia PMI nya terus menerus dalam zona ekspansi. Menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi semenjak terjadinya pandemi sudah berjalan relatifly bisa terjaga momentumnya,” ujarnya.

 


Konsumsi Listrik

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, dari pertumbuhan konsumsi listrik mengalami pertumbuhan di sektor bisnis dan industri. Dua-duanya mengalami pertumbuhan yang positif, bahkan untuk bisnis tumbuhnya lebih tinggi yaitu 17,3 persen dibandingkan industri yang hanya tumbuh 8,1 persen.

“Dari sisi manufacturing kita juga melihat industri pengolahan, kapasitas produksinya juga mengalami kenaikan. Ini menggambarkan bahwa kuartal ke-3 ini GDP kita mungkin masih sangat kuat meskipun kita melakukan kenaikan harga BBM, namun pengaruhnya terhadap Gross masih relatif terjaga,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya