Liputan6.com, Jakarta - Tidak semata kurang nyaman, memakai bra yang salah ukuran juga bisa menengaruhi tubuh secara menyeluruh. Setidaknya itulah yang tercatat dalam sebuah studi baru, seperti dilansir dari New York Post, Jumat, 21 Oktober 2022.
Pengecer pakaian dalam yang berbasis di Inggris, Pour Moi, menciptakan model 3D yang mengerikan yang disebut "Melanie" untuk menyoroti efek jangka panjang dari mengenakan bra yang tidak pas. Pour Moi, dengan spesialis medis internalnya Dr. Hana Patel dan Andreas Anastasiou, merilis survei yang mencatat bahwa 91 persen wanita tidak mendapatkan bra yang pas.
Baca Juga
Advertisement
Menurut perusahaan, ada masalah kesehatan serius terkait dengan bra yang tidak pas, seperti lecet, sakit punggung, dan lekukan kulit. Perusahaan tersebut mensurvei lebih dari seribu warga Inggris yang mengenakan bra, menemukan bahwa rata-rata, hampir 10 persen di antaranya mengenakan pakaian dalam yang berusia antara 6 hingga 10 tahun.
Para ahli merekomendasikan penggantian bra setiap sembilan hingga 12 bulan karena tubuh berubah secara teratur. Survei tersebut juga mengungkap, hampir 27 persen wanita tidak pernah memiliki bra yang pas dan hampir setengahnya tidak pas dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun.
Beberapa efek samping pemakaian bra yang tidak pas terlihat, seperti lekukan di bahu atau bekas di dada di mana ukuran cup terlalu kecil. Kecocokan yang buruk juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang besar, dengan masalah yang paling umum, dialami hampir 37 persen responden, menggosok atau lecet.
Masalah Lainnya
Tanda di bahu dan lekukan di bahu adalah masalah kedua dan ketiga yang paling banyak dialami, menurut survei. Postur membungkuk model Melanie adalah akibat mengenakan bra yang terlalu longgar, yang dapat memiliki efek lebih mengerikan.
"Membungkuknya bahu semakin mempersempit bagian costoclavicular dengan mendorong skapula ke depan," jelas Anastasiou dalam sebuah pernyataan yang menyertai hasil survei. Selain sakit leher, bahu, dan punggung, ini dapat menyebabkan kerusakan saraf di saluran keluar toraks, ruang antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama Anda.
Peregangan dianjurkan bagi mereka yang mengalami nyeri di punggung atau leher karena bra yang tidak pas. "Yoga atau pilates juga merupakan latihan yang bagus untuk meregangkan dan membuka dada," saran Patel. "Seperti halnya latihan penguatan punggung yang secara khusus menargetkan punggung atas, yang akan paling terpengaruh oleh ini."
Sejalan dengan itu, dalam keterangan UNIQLO Indonesia yang diterima Liputan6.com, Oktober tahun lalu, perlu dipahami bahwa bentuk tubuh perempuan dipengaruhi berbagai faktor. Ini termasuk kondisi fisik dan keseimbangan hormon akibat kehamilan, melahirkan, siklus menstruasi, naik-turun berat badan, serta usia.
Advertisement
Jangan Salah Memilih Bra
Perubahan-perubahan ini kemudian disesuaikan dengan banyak cara, termasuk memilih pakaian dalam seperti bra yang nyaman dikenakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 persen perempuan salah dalam memilih jenis dan ukuran bra.
Kesalahan ini dapat berdampak pada kesehatan tubuh dan payudara, termasuk risiko sesak, iritasi pada kulit, serta luka akibat kawat bra. Sakit punggung pun bisa muncul saat memakai bra kebesaran, membuatnya tidak bisa menopang payudara dengan baik.
Sebaliknya, hasil penelitian Dr. Michael Schachter, MD dari Schachter Center for Complementary Medicine mencatat, jika ukuran bra yang digunakan terlalu kecil, akan terjadi penekanan aliran di saluran kelenjar getah bening dari payudara ke ketiak.
Masih tentang menunjang kesehatan payudara, jenama Singapura, Perk by Kate, telah mendesain bra khusus untuk pasien dan penyintas kanker payudara. Melansir Her World Singapore, menurut founder-nya, Kate Low, ia mendapat ide merancang lini khusus ini setelah labelnya meluncurkan kampanye dengan Estee Lauder sebagai bagian dari bulan peduli kanker payudara pada 2020. Kala itu, hasil penjualan produk kolaborasi disumbangkan untuk penelitian kanker payudara.
Mendapat Bimbingan
Kate mengatakan, "Seorang pelanggan yang merupakan penyintas kanker payudara berkomentar bahwa, meski inisiatif ini bermaksud baik, akan jauh lebih berdampak jika kami membuat bra yang nyaman dan terlihat bagus dalam membantu proses pemulihan, baik secara fisik maupun mental (pasien dan penyintas kanker payudara)."
Proses penemuan dan pengambilan sampel desain memakan waktu empat bulan, dan itu tidak dilakukan sendirian oleh Kate. Ia mendapat bimbingan dari ahli bedah rekonstruksi payudara, serta mempertimbangkan pendapat para penyintas kanker payudara. Merek ini tercatat berkembang sejak diluncurkan satu dekade lalu sebagai peritel multi-label dari lini kultus seperti Eberjey dan For Love & Lemons, menawarkan pakaian dalam berukuran cocok untuk perempuan Asia.
Beberapa tahun kemudian, Kate mulai mendesain gayanya sendiri. Hingga pada 2019, ia membuka studio yang kemudian jadi medium pihaknya membangun hubungan lebih personal dengan pelanggan.
Kate beranggapan bahwa fokus label yang dipimpin wanita adalah memberi kenyamanan dan kepercayaan diri bagi sesama wanita. "Kami melihat diri kami feminin, tapi tidak girlie, sensual, tapi tidak seksi, kuat, tapi tidak maskulin. Saya suka bahwa kami memiliki banyak sisi sebagai wanita," ucap Kate.
Advertisement