Liputan6.com, Jenin - Pasukan Israel dilaporkan telah membunuh seorang remaja Palestina selama serangan militer di kota Jenin, Tepi Barat, menurut para pejabat.
Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi kepada Al Jazeera pada Jumat (21/10) bahwa Salah al-Braiki, (19) ditembak di leher dan meninggal tak lama kemudian di rumah sakit umum Jenin.
Advertisement
Al-Braiki dinyatakan meninggal pada pukul 01:45 waktu setempat kurang dari satu jam setelah tentara Israel dan pasukan khusus menyerbu kota Jenin dan kamp pengungsinya.
Di lokasi tersebut terjadi konfrontasi tentara Israel dengan pemuda dalam kapasitas yang cukup intens, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (21/10/2022).
Setidaknya tiga warga Palestina lainnya terluka oleh peluru tajam Israel, kata kementerian itu.
Pasukan Israel juga menangkap Baraa Alawneh, sepupu dari pria bernama Ahmad Alawneh -- ia pernah dibunuh oleh tentara dalam serangan besar-besaran di Jenin pada 28 September 2022.
Ketegangan di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel meningkat sejak tahun lalu, ketika penembakan warga Palestina di pos pemeriksaan militer Israel, khususnya di kota utara Jenin dan Nablus.
Setidaknya tiga tentara Israel tewas sejak 14 September 2022. Salah satunya saat terjadi konflik di wilayah Jenin, dan dua lainnya di pos pemeriksaan militer pekan lalu di Nablus dan Yerusalem Timur.
Sebagai bagian dari operasi militer, Israel telah mengintensifkan serangan, penangkapan dan pembunuhan di Jenin dan Nablus.
Menurut media lokal, pos pemeriksaan Salem di utara Jenin telah menjadi sasaran setidaknya lima penembakan oleh warga Palestina sejak awal Oktober 2022.
Menurut kementerian kesehatan, pasukan Israel telah membunuh 175 warga Palestina sejak awal tahun, termasuk 124 orang di Tepi Barat, dan 51 di Jalur Gaza yang terkepung. Sekitar setengah dari mereka yang tewas di Tepi Barat berasal dari Jenin.
Total korban tewas juga termasuk 41 anak-anak, 17 di antaranya tewas dalam serangan tiga hari Israel di Gaza pada Agustus.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, 2022 adalah tahun tertinggi untuk kematian warga Palestina di Tepi Barat, dibandingkan dengan periode yang sama dalam 16 tahun sebelumnya.
Baku Hantam Tentara Israel dan Warga Palestina, 1 Orang Tewas
Seorang pria bersenjata Palestina tewas pada Jumat malam dalam baku tembak dengan tentara Israel di utara kota Ramallah, Tepi Barat, kata sumber-sumber Palestina dan Israel.
Media dan saksi mata Palestina mengatakan, tentara Israel membunuh pria bersenjata Palestina di dekat desa Al-Jalazon setelah dia melepaskan tembakan dan melukai seorang pemukim Israel di dekat pemukiman Beit El di utara Ramallah.
Tentara Israel mengatakan bahwa seorang warga Israel terluka ringan pada Jumat malam ketika pria bersenjata Palestina melepaskan tembakan ke arah pemukiman, dikutip dari laman Xinhua, Sabtu (15/10/2022).
Tentara Israel menembak balik dan membunuh pria itu, yang identitasnya masih belum diketahui, tambah tentara.
Pada Jumat kemarin, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa dua warga Palestina, termasuk seorang dokter, tewas, dan enam lainnya terluka oleh tentara Israel selama serangan pasukan tentara Israel di kota Jenin di Tepi Barat utara.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 66 warga Palestina terluka pada Jumat dalam bentrokan antara puluhan demonstran Palestina dan tentara Israel di beberapa desa dekat kota Nablus di Tepi Barat utara.
Pernyataan itu mengatakan bahwa di antara para korban, empat terluka oleh peluru karet dan dua oleh peluru tajam.
Sisanya menderita mati lemas setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel selama bentrokan.
Ketegangan meningkat antara Israel dan Palestina sejak Maret setelah tentara Israel mengintensifkan aksi dan operasi militernya terhadap gerilyawan dan aktivis Palestina dengan menyerbu kota-kota Palestina di Tepi Barat.
Sejak awal Januari, lebih dari 100 warga Palestina dibunuh oleh Israel di Tepi Barat, termasuk wanita dan anak-anak, menurut angka resmi Palestina. Sementara itu, lebih dari 20 warga Israel telah tewas sejak Maret.
Advertisement
Robot Israel Semprot Gas Air Mata ke Warga Palestina
Robot Israel bisa menembak gas air mata hingga granat kejut kepada warga Tepi Barat Palestina. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) dari robot-robot tersebut juga dipakai untuk melacak warga.
Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (14/10/2022), militer Israel mengatakan teknologi baru itu tidak menimbulkan risiko bagi tentara dan warga sipil, sementara orang Palestina mengatakan senjata itu tidak manusiawi, berbahaya, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Robot itu juga bisa menembakkan peluru berujung spons ke warga Palestina.
Meskipun dipersenjatai dengan amunisi yang tidak mematikan dan tidak sepenuhnya otomatis, sepasang robot senjata di atas menara penjaga di kamp pengungsi al-Aroub di Tepi Barat tetap saja membuat banyak orang Palestina ketakutan.
Dengan satu sentuhan tombol saja, tentara Israel yang berjaga di balik jendela antipeluru menara itu dapat mengaktifkan senjata-senjata tersebut untuk menembak target tertentu.
Orang-orang Palestina mengatakan, senjata di menara itu telah berulang kali menghujani kamp di lereng bukit itu dengan gas air mata. Kamal Abu Hishesh, seorang penduduk kamp al-Aroub, mengatakan senjata itu beroperasi sangat cepat.
"Sangat cepat, bahkan lebih cepat dari yang biasa dilakukan oleh tentara. Bau gas yang dilepaskannya juga lebih kuat dari bau gas dari bubuk senjata. Bom gas air mata yang ditembakkan dapat mencapai ujung kamp dan sampai ke sana. Saya telah melihatnya beberapa kali dan saya bahkan punya videonya,” jelasnya.
Peluru Berujung Spons
Pihak Israel berkata robot senjata itu memang punya peluru, tetapi tidak mematikan karena berujung spons.
Robot senjata sebetulnya semakin sering digunakan di berbagai penjuru dunia, dan drone merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan.
Senjata yang dikendalikan dari jarak jauh seperti yang dioperasikan Israel di Tepi Barat sendiri telah lama digunakan oleh Amerika Serikat di Irak, Korea Selatan, tepatnya di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara dan oleh pemberontak Suriah.
Robot senjata itu dibuat oleh Smart Shooter, sebuah perusahaan yang menawarkan kontrak senjata dengan puluhan militer di berbagai penjuru dunia. CEO-nya, Michal Mor mengatakan senjata itu tidak sepenuhnya bisa beroperasi sendiri dan membutuhkan pemilihan target dan amunisi oleh manusia.
“Beranjak dari pengalaman mengembangkan rudal presisi, sistem pengendalian tembakan Smart Shooter mencoba mencapai dua tujuan utama. Pertama, melindungi tentara dengan meningkatkan jarak antara mereka dan situasi. Kedua, mengurangi kerusakan tambahan, yang kami sebut dalam bahasa militer, menghindari orang yang tidak bersalah dalam situasi tersebut. Kami melakukannya dengan memastikan bahwa tentara menembak target secara tepat. Dampak kerusakannya lebih ringan. Kami menggunakan peluru kecil kaliber 556, bukan rudal," terangnya.
Omar Shakir, Direktur Urusan Israel dan Palestina di Human Rights Watch, mengatakan robot senjata itu mencontohkan "pergeseran Israel menuju dehumanisasi digital sistem senjata" yang mengesampingkan penilaian alamiah manusia dalam konflik yang kompleks.
Ia mengatakan robot senjata itu mengurangi risiko bagi tentara Israel tetapi meningkatkan risiko bagi warga Palestina. Dengan menggunakan teknologi seperti itu, Shakir mengatakan Israel sedang menciptakan "tong mesiu" untuk pelanggaran HAM.
Advertisement