Liputan6.com, Jakarta Pebulu tangkis belia biasanya masih labil dalam menjaga permainan. Namun ini tak terjadi dengan pebulu tangkis kidal putri asal Pekalongan, Liyana Zahirah.
Meski baru 10 tahun, Liyana bisa tampil lugas dan penuh determinasi. Ini idperlihatkannya saat mengalahkan Rachel Abigeetha Prasetyo dengan skor 21-10 dan 21-3 pada babak turnamen Audisi PB Djarum 2022.
Advertisement
"Tadi aku bisa menang mudah karena permainan lawannya menurut saya kurang baik di kiri dan belakang. Jadi, aku memanfaatkan kelemahannya itu untuk mendulang poin. Semoga dengan ini langkah aku sampai babak akhir berjalan mulus," kata bibit muda asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.
Aksi gemilang Liliyana di tengah arena juga tak lepas dari kehadiran Susy Susanti yang tak lain adalah idola gadis asal Pekalongan, Jawa Tengah tersebut. "Idola aku Susy Susanti. Aku ingin menjadi seperti dia, atlet tunggal putri yang banyak berjuang dan memenangi banyak prestasi mengharumkan nama Indonesia," ujar Liyana.
Penampilan memukau juga ditunjukkan oleh atlet belia asal Minahasa Selatan, Jordana Alexa Mongkareng. Bertanding melawan Iraningsata Kumala dari Tulungagung, Jawa Timur, Jordana sukses membuat lawan tak berdaya dengan skor mencolok 21-3, 21-3. Pemain kategori U-11 putri ini sangat perkasa dengan pukulan smash-nya yang cukup kuat untuk anak seusianya.
"Saya senang tadi bisa menang dua set langsung. Saya bisa menang karena lawannya bermain kurang fokus dan banyak kasih bola-bola tanggung. Jadi, saya banyak mendapat poin dari serangan-serangan smash," ucap Jordana.
Babak Turnamen
Setelah menuntaskan dua tahap screening, Audisi Umum PB Djarum 2022 mulai memasuki babak turnamen, Jumat (21/10). Pada hari pertama di fase gugur ini, sebanyak 543 pebulutangkis muda yang terdiri dari 379 putra dan 164 putri di dua kategori usia yakni U-11 dan U-13 wajib menang demi menjaga asa merebut Super Tiket dan bergabung dengan PB Djarum.
Yuni Kartika selaku Koordinator Atlet Putri Tim Pencari Bakat pada Audisi Umum PB Djarum 2022 menuturkan, proses seleksi terbuka yang diselenggarakan selama lima hari ini merupakan momentum yang tepat untuk menemukan bibit - bibit berkualitas di sektor putri. Ini demi mengembalikan kejayaan srikandi-srikandi di bulu tangkis dunia.
“Mengembalikan kejayaan prestasi atlet putri Indonesia merupakan tantangan yang cukup besar karena kami tidak ingin prestasi atlet putri terus tertinggal. Sehingga tentu diperlukan upaya-upaya yang lebih keras lagi yang dimulai dengan mencari bibit-bibit berkualitas. Audisi Umum ini adalah salah satu upaya mengejar ketertinggalan tersebut,” ujar Yuni.
Ia melanjutkan, harapan menemukan bibit berkualitas di sektor putri tersebut mulai terlihat dengan aksi-aksi yang ditunjukkan oleh para pebulutangkis putri yang berlaga di babak turnamen. Dalam fase gugur ini, kualitas pemain muda semakin terlihat karena mereka dituntut untuk menang demi mengamankan Super Tiket dan menjaga peluang menjadi atlet binaan PB Djarum.
“Turnamen ini kan pressure-nya lebih tinggi dibanding dengan tahap screening kemarin. Jadi gaya bermain, teknik, dan karakter mereka semakin terlihat jelas sehingga Tim Pencari Bakat bisa menelaah kualitas para atlet lebih dalam lagi,” Yuni melanjutkan.
Advertisement
Ada Harapan
Selama babak turnamen yang diselenggarakan hingga Minggu (23/10), Tim Pencari Bakat akan terus memantau kualitas atlet.Atlet dengan kualitas mumpuni tetap mendapatkan Super Tiket untuk melaju ke tahap karantina, meskipun kalah di fase gugur tersebut.
Harapan akan ditemukannya bibit berkualitas di sektor putri juga diungkapkan oleh Susy Susanti yang turut bergabung sebagai Tim Pencari Bakat pada tahun ini. Peraih Juara Emas Tunggal Putri dalam Olimpiade 1992 ini menuturkan, bergulirnya Audisi Umum PB Djarum 2022 merupakan hal positif untuk meneruskan mata rantai di sektor putri bulutangkis Tanah Air.
“Kesempatan seperti ini juga terbilang jarang. Padahal yang paling penting adalah membentuk seorang atlet itu dimulai sedini mungkin. Jadi, dengan adanya audisi seperti ini tentu sangat membantu sekali dunia bulutangkis Indonesia,” ujar atlet yang memutuskan gantung raket pada tahun 1998.