Sejahteraraya Anugrahjaya Suntik Modal Rp 94,25 Miliar kepada Entitas Anak

PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) beri pinjaman Rp 94,25 miliar kepada entitas anak.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Okt 2022, 20:52 WIB
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) mengumumkan transaksi afiliasi berupa pemberian fasilitas pinjaman dari perseroan kepada entitas anak yakni PT Nirmala Kencana Mas (NKM). Fasilitas ini akan digunakan untuk modal kerja dan operasional NKM.

Nilai pinjaman yang diberikan yakni Rp 94,25 miliar dengan jangka waktu satu tahun dari tanggal perjanjian pinjaman pada 19 Oktober 2022, dan dapat diperpanjang secara otomatis dengan jangka waktu yang sama apabila NKM belum dapat melakukan pelunasan pada saat jatuh tempo.

Bunga pinjaman yang dikenakan sebesar 3 persen per tahun dari nilai pokok pinjaman. Catatan saja, Sejahteraraya Anugrahjaya juga tidak mengenakan denda atas pembayaran yang dilakukan oleh NKM sebelum jatuh tempo.

“Transaksi ini tidak berdampak negatif pada keuangan perseroan lantaran dana atau fasilitas yang diberikan kepada NKM bersumber dari hasil penawaran umum obligasi perseroan,” kata Sekretaris Perusahaan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, Arie Farisandi dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/10/2022).

NKM merupakan entitas anak perseroan dengan komposisi kepemilikan saham sebesar 99,98 persen. Direktur Utama PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, Grace Dewi Riady saat ini merangkap sebagai Direktur NKM. Sementara Jonathan Tahir merangkap sebagai Komisaris utama di PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk dan NKM sekaligus.


Penutupan IHSG pada 21 Oktober 2022

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham Jumat, (21/10/2022). Namun, penguatan IHSG menjadi terbatas dan sektor saham keuangan masih memimpin penguatan.

Mengutip data RTI, IHSG naik 0,53 persen ke posisi 7.017,77. Indeks LQ45 bertambah 0,67 persen. Sebagian besar indeks acuan menghijau. Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.058,91 dan terendah 6.975,78. Sebanyak 298 saham menguat dan 237 saham melemah. 168 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.281.708 kali dengan volume perdagangan 21,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 13,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.522.

Mayoritas sektor saham menghijau. Indeks sektor saham IDXfinance menanjak 1,53 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXinfrastruktur menguat 1,32 persen, indeks sektor saham IDXsiklikal bertambah 0,85 persen, indeks sektotr saham IDXtransportasi menanjak 0,69 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXhealth mendaki 0,49 persen, indeks sektor saham IDXindustry bertambah 0,47 persen, indeks sektor saham IDXenergy naik 0,16 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXbasic melemah 0,89 persen, indeks sektor saham IDXtechno tergelincir 0,99 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal susut 0,57 persen dan indeks sektor saham IDXproperty terpangkas 0,51 persen.


Top Gainers-Losers pada 21 Oktober 2022

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham DFAM melonjak 34,48 persen

-Saham MRAT melonjak 24,40 persen

-Saham GOLD melonjak 23,33 persen

-Saham SRAJ melonjak 22,14 persen

-Saham PNIN melonjak 12,98 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham PSDN melemah 6,9 persen

-Saham UFOE melemah 6,8 persen

-Saham IPPE melemah 6,8 persen

-Saham SINI melemah 6,8 persen

-Saham MARI melemah 6,87 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

-Saham BBCA senilai Rp 1,1 triliun

-Saham BMRI senilai Rp 945,3 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 731,4 miliar

-Saham BUMI senilai Rp 543,5 miliar

-Saham TCPI senilai Rp 348,5 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

-Saham SICO tercatat 87.043 kali

-Saham BUMI tercatat 30.796 kali

-Saham TCPI tercatat 29.115 kali

-Saham CAKK tercatat 24.009 kali

-Saham FREN tercatat 21.847 kali.


Bursa Saham Asia pada 21 Oktober 2022

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat, 21 Oktober 2022 seiring investor cermati data inflasi dari sejumlah negara.

Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 0,43 persen ke posisi 26.890. Indeks Topix susut 0,71 persen ke posisi 1.881,98. Yen Jepang tergelincir hingga sentuh 150,45 terhadap dolar AS. Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,8 persen ke posisi 6.676,80. Indeks Korea Selatan Kospi melemah 0,22 persen ke posisi 2.213,12. Indeks Kosdaq merosot 0,88 persen ke posisi 674,48. Indeks MSCI Asia Pasifik terpangkas 0,73 persen.

Indeks Hang Seng susut 0,38 persen. Indeks Shanghai naik 0,16 persen ke posisi 3.039,81. Indeks Shenzhen melemah 0,423 persen ke posisi 10.918,97.

Inflasi di Jepang naik 3 persen pada September 2022 dibandingkan tahun lalu. Inflasi Malaysia sentuh 4,5 persen. Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini seiring investor mencerna data laba perusahaan dan imbal hasil obligasi AS meningkat. Indeks Dow Jones melemah 90,22 poin atau 0,30 persen ke posisi 30.333,59. Indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.665,78. Indeks Nasdaq melemah 0,61 persen ke posisi 10.614,84. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berada di posisi 4,272 persen. Imbal hasil obligasi ini merupakan level yang tak terlihat sejak 2008.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya