Liputan6.com, Malang - Pengerjaan proyek penataan Zona III Kayutangan kembali menyingkap rangkaian rel trem sepanjang kurang lebih 15 meter yang terpendam di bawah aspal. Lokasinya tepat depan Monumen Chairil Anwar. Itu adalah rel yang dibangun pada masa Kolonial Belanda.
Penyingkapan jalur rel trem diketahui ketika pekerja menggunakan eskavator membongkar aspal jalan untuk proyek penataan Zona III Kayutangan Heritage pada Rabu, 19 Oktober 2022. Rencana pengecoran dan pemasangan batu andesit pun sementara waktu ditunda.
Advertisement
Temuan bekas jalur trem peninggalan masa kolonial di titik itu sebenarnya telah diprediksi beberapa pihak. Sebab rel trem serupa juga pernah tersingkap saat proyek penataan Zona I dan II Kayutangan pada 2020 silam.
Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Rakai Hino Galeswari mengkritik Pemkot Malang yang tidak belajar dari pengalaman penyingkapan rel trem sebelumnya. Padahal ketika itu Wali Kota Malang, Sutiaji sepakat akan memberi tanda di lokasi tersebut.
“Dulu wali kota sepakat akan memberi tanda papan informasi agar masyarakat mengerti sejarah kota. Ternyata sampai sekarang tak pernah ada,” kata Hino di lokasi temuan, Jumat, 21 Oktober 2022.
Pemkot Malang sebenarnya telah menetapkan Kayutangan sebagai kawasan cagar budaya. Di sepanjang kawasan ini terdapat sejumlah bangunan cagar budaya seperti Gedung PLN, Toko Avia, Gereja Kayutangan, Monumen Chairil Anwar dan lainnya.
“Kalau pemkot ingin menonjolkan kawasan cagar budaya, seharusnya memerdulikan hal – hal seperti rel trem dan bangunan bersejarah. Jangan asal tutup saja,” ujarnya.
Ia menyarankan Pemkot Malang melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) terkait perlindungan dan pelestarian cagar budaya. Dengan begitu, program pembangunan yang tujuan utamanya branding heritage juga berkelindan dengan upaya pelestariannya.
“Struktur rel trem ini kan sangat penting dan bersejarah bagi kota ini,” kata Rakai Hino.
Proyek penataan Zona III Kayutangan Heritage berupa bongkar dan pasang ulang batu andesit di depan Monumen Chairil Anwar. Proyek itu ada di bawah Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPU PR) Kota Malang.
“Kami tidak pernah dilibatkan dalam penataan dan pembangunan Kayutangan Heritage, padahal di sini merupakan zona cagar budaya,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud Kota Malang, Dian Kuntari.
Jalur Trem Kota Malang
Kayutangan merupakan salah satu kawasan bisnis dan perdagangan sejak masa kolonial Belanda. Pada masa itu, jalanan di wilayah ini dibelah jalur trem. Baik untuk alat transportasi publik dalam kota maupun untuk mengangkut komoditas perkebunan khususnya tebu dan kopi dari pedalaman Malang.
Rel trem Kayutangan adalah bagian dari rute Stasiun Jagalan-Stasiun Blimbing sepanjang enam kilometer yang dibangun pada 15 Februari 1903. Satu dari delapan jalur trem yang dibuka Malang Stoomtram Mattschappij (MSM), sebuah perusahaan kereta api swasta masa Belanda.
MSM merupakan perusahaan kereta api swasta yang diberi konsesi pemerintah kolonial untuk mengelola jaringan trem uap di Malang. Berdiri pada 14 November 1897, kantor pusat perusahaan ada di Jalan Jagalan, Klojen, Kota Malang.
“Setelah Belanda hengkang seiring kedatangan Jepang, trem tak lagi digunakan. Pada awal 1980an relnya masih kelihatan dan baru ditutup (ditutup aspal jalan) ketika banyak sepeda kepleset,” kata Rakai Hino.
Advertisement