Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Forum Kabah Membangun, Habil Marati memiliki cerita tersendiri ketika awal mendirikan organisasi masyarakat (ormas) yang bertujuan menyelamatkan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dengan cara mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024.
Berangkat dari kegelisahan para kader partai nonpengurus dan mantan anggota DPR dari Fraksi PPP dulu yang melihat tren elektabilitas PPP kian tahun pemilu semakin menurun. Ditambah kerapuhan dalam kepengurusan membuat semakin kian sulit diterima publik.
"Saya sempat berbicara dengan Suharso (mantan Ketum PPP) itu waktu bahwa saya izin mendirikan FKM ini Forum Kabah Membangun untuk mensupport anda (Suharso), maka Suharso menghire (survei)," kata Habil saat ditemui wartawan di acara jumpa pers di Jakarta Timur, Jumat (21/10).
Oleh karena itu, Habil pun tergerak mendirikan Forum Kabah Mebangun sebagai organisasi kemasyarakatan berdasarkan UU. No: 17 Tahun 2013 yang telah mendapat pengesahan AHU-0009379.AH.01.07.Tahun 2022 tertanggal 12 September 2022, sebagai legal standing.
Baca Juga
Advertisement
"FKM yang digagas oleh mantan-mantan anggota DPR dari PPP gelisah bahwa kita pelajari gerakan dari lembaga survei," ujarnya.
Ketika restu telah didapat, kata Habil, Suharso langsung menghire lembaga survei untuk seluruh Indonesia termasuk pulau Jawa dengan bayaran miliaran untuk mendongkrak suara PPP, dengan saran mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024.
"Kesimpulannya dari Eep Saefullah (CEO PolMark Indonesia) dan Burhanuddin Muhtadi (Direktur Eksekutif Indikator Politik) ini PPP kalau mau selamat harus mendukung Anies Baswedan," katanya.
Keburu Didepak
Namun saat hasil dari lembaga survei telah keluar dan saran itu siap dilakukan untuk mendukung Anies Baswedan, Suharso Monoarfa yang kala itu hendak keluar dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), malah keburu dikudeta dari kursi ketua umum yang berujung digantinya dengan Mardiono sebagai Plt Ketua Imum.
"Maka harus keluar satu KIB Suharso mempersiapkan itu. Rupanya Suharso sudah dikudeta duluan. ini menunjukkan PPP itu rapuh secara struktural karena kader-kader yang ada sekarang ini kurang memahami karakter PPP," katanya.
"Mereka adalah orang-orang yang baru masuk PPP dan belum matang secara politik belum memahami ideologi PPP tiba-tiba menjadi pengurus elit akibatnya diintervensi pihak luar untuk menghancurkan PPP kan terjadi hari ini, dua kali kudeta," tambah dia.
Sebab, Habil menilai kalau PPP dibiarkan dengan kondisi seperti ini maka tidak akan lolos parlemen threshold atau ambang batas parlemen. Sebagai kader dia menyatakan mandatori untuk menyelamatkan PPP supaya lolos parlemen threshold.
Advertisement
Naikkan Elektabilitas
"Kondisi ini PPP tidak ada pilihan lain kecuali mendukung Anies Baswedan untuk menaikkan elektabilitas. Kalau mendukung Anies ada syaratnya bagi FKM harus berpasangan dengan TNI karena TNI jangan dianggap bukan civil society," katanya.
"TNI di dalam nonperang dia adalah civil society, kemudian TNI Indonesia bukan milisi, dia ikut membentuk negara Republik Indonesia, TNI duluan hadir baru NKRI, karena dia bukan milisi dia harus terlibat dalam proses transformasi kekuasaan dan politik," tambahnya.
Di sisi lain karena Suharso telah lengser, Habil mengatakan bahwa pihaknya telah berencana untuk menemui Mardiono selaku Plt Ketua Umum PPP untuk menjabarkan rencana mendukung Anies Baswedan.
"Saya sudah mengutus anggota FKM maupun Sekjen untuk ketemu Mardiono untuk duduk bersama bagaimana menyelamatkan PPP agar lolos parlemen threshold tapi ada syaratnya, Mardiono harus melakukan muktamar luar biasa," ucapnya
Muktamar luar biasa juga bakal disarankan, supaya Mardiono menjadi ketua umum secara resmi dan mendapatkan legimatif. Meski kedepannya suara partai bisa saja berbeda tidak mendukung Anies sebagai capres.
"Ya. Hanya itu menaikan elektabilitas. FKM ini tujuannya agar simpatisan Anies memilih PPP," terangnya.
Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com