Liputan6.com, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan saat ini buah lokal seakan kalah pamor daripada buah impor. Pasalnya, buah lokal memang memiliki penampilan yang kurang mencolok. Lantas dianggap kurang berkelas dan kurang berkualitas.
Padahal berkelas atau tidak sebenarnya cuma soal pengemasan dan cara memasarkan.
Advertisement
"Dari segi rasa enggak kalah, yang kalah itu kemasan dan distribusi," kata Bima Arya saat sambutannya di acara Festival Buah dan Bunga Nusantara (FBBN) di Alun Alun Kota Bogor, Jumat (21/10/2022).
Ia juga menyayangkan ketika menghadiri kegiatan-kegiatan buah yang disajikan untuk tamu undangan umumnya impor.
"Sekarang ini kalau acara-acara kementerian, provinsi dan kecamatan pasti depan meja kami disodorkan buah. Tapi belinya di outlet-outlet yang isinya impor. Ini menurut saya tragis," ucapnya.
Untuk itu, Festival Buah dan Bunga yang diselenggarakan IPB University ini dijadikan momen dan komitmen bersama menghidupkan kembali buah lokal dengan memasukkannya ke dalam menu sehari-hari.
"Kita juga perlu mengevaluasi sejauh mana kita berkomitmen pada produk lokal, selain itu kebijakan dari hulu dan hilir harus kita perhatikan untuk mendorong UMKM utamanya buah dan bunga," kata dia.
Wakil Rektor Bidang Internasional, Kerja Sama dan Hubungan Alumni IPB University Prof Dodik Ridho Nurrochmat mengatakan, konsumsi buah di Indonesia meningkat tajam. Sayangnya, hal tersebut tidak didukung ketersediaan produk buah lokal yang akhirnya mengandalkan produk impor.
"Jabodetabek dulu gudangnya buah, tapi sekarang pohonnya sudah jarang, bahkan enggak ada. Nah ini yang perlu kita hidupkan kembali," ujar Dodik.
Buah Lokal Diminati Negeri Tetangga
Begitu juga dengan bunga. Meskipun Kota Bogor bukan produsen tanaman bunga, tetapi bisa menjadi gerai sehingga dapat mendorong salah satu daya tarik wisatawan.
"Semisal juga Kota Bogor perlu punya beberapa spot taman bunga lokal tapi tidak perlu besar seperti di Belanda. Di tanam satu hamparan itu akan menambah keindahan dan menjadi spot selfie," terangnya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Rulli Nuryanto mengatakan mengutip data dari umkmindonesia.id, ekspor buah Indonesia tahun 2020 baru mencapai angka 934 ribu USD dan masih menduduki peringkat 32 dunia.
Padahal jika dilihat data dari Kementerian Pertanian, buah lokal Indonesia seperti pisang, alpukat, dan jeruk menjadi andalan ekspor dan cukup diminati di negara-negara seperti Malaysia, Jepang, Tiongkok, dan Hongkong.
“Maka dari itu, saya mengajak para pelaku usaha tanaman hias dan buah-buahan untuk mengembangkan sektor ini agar memiliki nilai tambah yang lebih besar ke depannya,” kata Rulli.
Advertisement
Petani Bersinergi
Ia menambahkan, para petani harus terkonsolidasi, dan bersinergi dan jangan membiarkan mereka hanya menggarap di lahan yang sempit, tetapi lebih baik terkonsolidasi melalui koperasi.
“Koperasi dapat berperan juga sebagai aggregator, konsolidator dan menjadi offtaker serta melakukan pengolahan hasil panen. Di samping itu dalam hal pemasaran, koperasi juga dapat berperan menjualkan hasil produk pertanian sehingga harga tidak dimainkan oleh tengkulak,” kata Rulli.
Untuk itu Rulli mengajak para pelaku usaha tanaman hias dan buah-buahan khususnya yang berada pada festival ini untuk juga bergabung dalam koperasi agar dapat meningkatkan skala ekonomi usaha serta meningkatkan akses pasar dan akses permodalan bagi para petani tanaman hias dan buah-buah.
Diketahui, Festival Buah dan Bunga yang diselenggarakan IPB telah diselenggarakan sejak tahun 2013. Namun berhenti akibat pandemi Covid-19 dan tahun 2022 ini kembali diselenggarakan.