Liputan6.com, Cirebon - Kota Cirebon diketahui menjadi jalur pergerakan transportasi antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berbagai kuliner Cirebon yang lezat disukai banyak orang, seperti nasi lengko, nasi jamblang, empal gentong, hingga tahu gejrot.
Selain deretan kuliner tersebut, Kota Cirebon juga memiliki satu penganan yang cukup unik, yakni kerupuk melarat. Tak seperti kerupuk pada umumnya yang digoreng dengan menggunakan minyak, kerupuk melarat diolah dengan menggunakan pasir.
Pada laman elib.unikom.ac.id tertulis, dahulu masyarakat Cirebon dan sekitarnya memiliki kebiasaan menyantap nasi dengan kerupuk. Saat itu, mereka biasa mengonsumsi kerupuk udang.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pada 1928-an, yakni saat dunia sedang mengalami krisis ekonomi, lonjakan harga minyak sangat berdampak ke sebagian besar pelaku usaha kerupuk. Para pelaku usaha pun berpikir keras agar dapat mempertahankan setiap usahanya.
Mereka pun berinovasi dengan cara mengganti media penggorengan yang awalnya memakai minyak goreng dengan pasir. Pasir yang digunakan ini bukanlah pasir biasa, melainkan pasir yang berasal dari daerah pegunungan yang telah diolah dan dibersihkan sehingga dapat digunakan sebagai media penggorengan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tiga Warna
Kerupuk ini pun umumnya memiliki tiga warna, yakni merah, kuning, dan putih. Kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka, garam, dan bawang putih ini memiliki rasa yang cenderung gurih dan bertekstur renyah.
Karena digoreng menggunakan pasir, masyarakat percaya bahwa kerupuk ini tergolong aman untuk kesehatan karena dianggap bebas kolesterol. Untuk diketahui, kerupuk yang digoreng dengan pasir ini awalnya diberi nama kerupuk mares.
Nama mares diambil karena memiliki arti 'lemah' dan 'ngeres'. Lemah berarti tanah atau pasir, sedangkan ngeres berarti kasar.
Seiring berjalannya waktu, nama kerupuk mares berubah menjadi kerupuk melarat. Perubahan nama ini disebutkan mulai terjadi pada 1978-an, yakni saat masyarakat memandang kerupuk mares sebagai makanan yang terpinggirkan dan terbuang.
Mereka beranggapan bahwa kerupuk ini adalah makanan yang diperuntukan hanya untuk orang yang kurang mampu. Meski demikian, eksistensi kerupuk melarat masih ada hingga saat ini.
Kerupuk ini sangat cocok dijadikan lauk pendamping atau hanya dimakan sebagai cemilan.
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement