Liputan6.com, Tarakan - Masyarakat khususnya para orangtua, hingga kini dihebohkan kasus gagal ginjal akut pada anak usia dini. Penyebab, diduga berasal dari obat sirup yang terkontaminasi Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
Berdasarkan data yang dikeluarkan Menteri Kesehatan (Menkes), per 21 Oktober 2022 tercatat sebanyak 241 kasus gangguan ginjal akut tersebar di 22 provinsi, dengan jumlah 133 kematian atau 55 persen dari kasus.
Advertisement
Di Kalimantan Utara (Kaltara), diketahui terdapat dua kasus gagal ginjal yang diderita anak usia dini, yang sempat di rawat di RSUD dr. Jusuf SK, Tarakan, Kaltara. Di mana, kedua pasien tersebut dinyatakan meninggal dunia.
Hal ini, disampaikan langsung oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltara, dr Franky Sientoro, Sabtu (22/10/2022).
“Saat ini terdapat dua kasus gagal ginjal akut yang dialami anak usia dua tahun, keduanya dinyatakan meninggal,” kata dr. Franky.
Dijelaskan dr. Franky, untuk kasus pertama dialami oleh pasien dari Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan. Yang mana, pasien pertama tersebut sempat menjalani perawatan singkat, sebelum akhirnya meninggal dunia belum lama ini.
“Waktu datang, kondisi pasien pertama ini sudah dalam kondisi koma, sehingga tidak sempat dilakukan evaluasi, jadi kasusnya masih suspect atau kecurigaan gagal ginjal akut,” jelas dr. Franky.
Selang beberapa hari kemudian, dr. Franky mengungkapkan, pasien kedua asal kota Tarakan kembali dinyatakan meninggal dunia, pada Jumat 21 Oktober 2022 kemarin. Sama seperti pasien pertama, pasien kedua itu juga sempat menjalani perawatan oleh dokter.
“Untuk pasien kedua ini, sebelumnya sempat mau kita rujuk ke rumah sakit di Makassar, tapi karena kondisinya tidak stabil sehingga tidak jadi dirujuk,” ungkapnya.
“Saat itu kondisi ginjalnya juga sudah tidak lagi berfungsi, bahkan tidak dapat mengeluarkan air seni, tapi waktu tiba di rumah sakit masih dalam kondisi sadar,” tambah dr. Franky.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hasil Evaluasi Tim Dokter
Dr Franky menegaskan, pada pasien kedua ini tim dokter sempat melakukan evaluasi dengan mengumpulkan data obat apa saja yang diminum pasien, sebelum divonis mengalami gagal ginjal akut.
“Kalau pasien meninggal dunia kedua ini bukan lagi suspect, tapi positif gagal ginjal akut setelah kami lakukan evaluasi,” tegasnya.
Dalam kasus ini, dr Franky memastikan gagal ginjal akut bukanlah penyakit yang ada kaitannya dengan penyakit bawaan, baik dari orang tua atau keluarga lainnya. Namun, gagal ginjal akut ini terjadi murni karena faktor eksternal.
“Jadi penyakit ini muncul karena faktor eksternal, bisa berupa peradangan organ tubuh bagian dalam, pola hidup tidak sehat dan kandungan obat atau infeksi,” ujar dia.
Dengan terdapatnya dua pasien anak di bawah umur yang meninggal diduga karena gagal ginjal akut, dr. Franky berharap, kasus ini tidak terus bertambah di provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
“Kami juga mengimbau agar masyarakat tidak sembarang memberi obat dan takaran kepada anaknya, dengan harapan kasus ini tidak semakin bertambah,” harapnya.
Advertisement