Moody's Pangkas Prospek Inggris Jadi Negatif

Moody's mengaitkan perubahan dalam prospek Inggris dengan meningkatnya ketidakpastian dalam pembuatan kebijakan di tengah prospek pertumbuhan lebih lemah.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Okt 2022, 07:05 WIB
Orang-orang melintasi distrik perbelanjaan Regent Street dengan bendera Union tergantung menandai Platinum Jubilee untuk 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth II, di London, Rabu (18/5/2022). Tingkat inflasi Inggris naik ke level tertinggi dalam 40 tahun pada bulan April karena invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan lebih lanjut dalam harga makanan dan bahan bakar. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, London - Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service mengubah prospek peringkat pemerintah Inggris menjadi negatif dari stabil.

Moody's mengaitkan perubahan dalam prospek dengan meningkatnya ketidakpastian dalam pembuatan kebijakan di tengah prospek pertumbuhan lebih lemah dan inflasi yang tinggi. Selain itu, risiko terhadap keterjangkauan utang Inggris dari kemungkinan pinjaman lebih tinggi dan risiko pelemahan berkelanjutan dalam kredibilitas kebijakan, demikian mengutip dari laman CNN, Minggu (23/10/2022).

Namun, lembaga pemeringkat menegaskan peringkat kredit negara tersebut. Penegasan peringkat Aa3 merupakan cerminan dari ketahanan ekonomi Inggris.

Peringkat kredit pada dasarnya adalah nilai kredit untuk pemerintah dan perusahaan.  Mereka menyatakan pendapat tentang kapasitas dan kemajuan peminjam besar untuk membayar kembali utangnya. Jerman, Kanada, Swiss, Australia dan Amerika Serikat memiliki beberapa peringkat kredit terbaik di dunia, sementara Argentina, Nigeria, Pakistan dan India memiliki beberapa peringkat terendah.

Inggris berada di tengah-tengah penderitaan dari serangkaian pukulan terhadap ekonominya, yang menurut Bank of England mungkin sudah dalam resesi. Melonjaknya biaya makanan mendorong tingkat inflasi tahunan menjadi 10,1 persen pada September, sehingga kembalikannya ke level tertinggi dalam 40 tahun pada Juli 2022.

Itu mungkin mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dalam pertemuan pada 3 November 2022 untuk meredam inflasi.


Perdana Menteri Inggris Liz Truss Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Inggris Liz Truss. (Foto: Dok. Instagram @elizabeth.truss.mp)

Pada Kamis pekan ini, Liz Truss mengundurkan diri sebagai perdana Menteri setelah enam minggu menjabat. Anggaran mini Truss dan mantan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng menjungkirbalikkan pasar keuangan Inggris.

Investor segera menolak rencana untuk memangkas pajak, meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah, menekan pound, dan memaksa Bank of England untuk melakukan tiga intervensi berturut-turut untuk menyelamatkan dana pensin yang kewalahan.

Sementara itu, sebagian besar dari langkah-langkah tersebut telah dibatalkan oleh Menteri Keuangan baru Inggris Jeremy Hunt menenangkan pasar dan memulihkan rasa stabilitas, kredibilitas pemerintah telah rusak dan volatilitas dapat bertahan.

Selain menaikkan biaya pinjaman untuk pemerintah dan menambah tekanan pada pengeluaran publik, setiap penurunan peringkat kredit hanya akan melemahkan selera investor untuk aset Inggris.

Terakhir kali Moody’s menurunkan peringkat kredit Inggris pada Oktober 2020, seiring pertumbuhan lebih rendah dari yang diharapkan setelah Brexit, meningkatnya utang pemerintah dan melemahnya lembaga Inggris telah sebabkan lingkungan kebijakan yang terpecah-pecah.


Pound Sterling Sempat Menguat terhadap Dolar AS

Perdana Menteri Inggris Liz Truss berbicara kepada media di Downing Street di London, Kamis, 20 Oktober 2022. Ia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif Inggris. (Foto AP/Alberto Pezzali)

Sebelumnya, nilai pound sterling naik terhadap dolar dan biaya pinjaman pemerintah turun karena pasar bereaksi terhadap pengunduran diri Perdana Menteri Inggris Liz Truss.

Dikutip dari BBC, Jumat (21/10/2022) nilai pound sterling terhadap dolar AS sempat berkisar USD 1,13 saat Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya, dan naik lebih tinggi di sore hari waktu Inggris sebelum jatuh kembali ke USD 1,12.

Penurunan nilai pound sterling meningkatkan harga barang dan jasa yang diimpor ke Inggris dari luar negeri, karena ketika pound melemah terhadap dolar atau euro, misalnya, biayanya perusahaan di Inggris akan menanggung biaya yang lebih besar untuk membeli barang seperti bahan baku atau bahan mentah.

Nilai pound sterling yang lemah juga dapat mendorong kenaikan biaya, hal ini bisa membuat perusahaan-perusahaan mematok harga yang tinggi kepada konsumen.

 


Tanggapan Pengusaha

Orang-orang mampir ke toko yang memajang berbagai suvenir mendiang Ratu Elizabeth II di Windsor, Inggris, pada 15 September 2022. Pengunjung yang berkerumun ke pusat kota London untuk momen bersejarah memberikan dorongan bagi bisnis pada saat ekonomi Inggris menghadapi inflasi tertinggi dalam empat dekade dan prediksi dari resesi yang mengancam. (AP Photo/Gregorio Borgia, File)

Menanggapi pengunduran diri Liz Truss, sejumlah pengusaha di Inggris mengatakan perdana menteri baru diharapkan bertindak dengan cepat untuk memulihkan kepercayaan publik terkait ekonomi.

"Meskipun pengunduran diri Liz Truss sebagai perdana menteri meninggalkan Inggris tanpa pemimpin ketika menghadapi tantangan ekonomi, fiskal dan pasar keuangan yang besar, pasar tampaknya lega," kata Paul Dales, kepala ekonom Inggris di Capital Economics.

"Tetapi lebih banyak langkah harus dilakukan dan perdana menteri baru dan kanselir mereka memiliki tugas besar untuk menavigasi ekonomi melalui krisis biaya hidup, biaya krisis pinjaman dan biaya krisis kredibilitas," tambah Dales.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya