Liputan6.com, Jakarta - Pengawas konsumen Afrika Selatan, the National Consumer Commission (NCC) mengumumkan obelisk, pemasok peralatan penambangan bitcoin menerapkan skema piramida atau skema ponzi yang telah menipu investor jutaan dolar AS.
Mengutip Bitcoin.com, Minggu (23/10/2022), pengawas dilaporkan membuat pengumuman setelah menerima keluhan dari investor yang menuduh Obelisk menipu mereka.
Advertisement
Berdasarkan laporan Businesstech, 4.000 orang yang berpartisipasi dalam skema investasi yakin membeli peralatan penambangan bitcon yang dapat hasilkan pendapatan konstan bagi mereka. Biaya mesin itu antara USD 18,75 dan USD 24.850.
Dalam sebuah pernyataan, komisi mengungkapkan Obelisk telah memikat korban melalui platform media sosial seperti Facebook. Peserta direkrut di platform media sosial, seperti Facebook. Investor itu diminta untuk melakukan investasi minimal. Setelah bergabung dan berinvestasi awal, mereka ditambahkan ke grup whatsapp Obelisk yang berbeda.
Pengawas menambahkan, beberapa investor telah diberikan imbal hasil kecil untuk meyakinkan untuk investasi lebih banyak.
Warga diperingatkan agar tidak tertipu trik scammers. Namun, masalah segera dimulai ketika investor tidak dapat melakukan penarikan. Laporan itu menuduh individu yang konfrontasi operator skema itu diblokir dan kemudian dihapus dari grup Whatsapp.
NCC dilaporkan telah konfirmasi menerima 25 keluhan dari investor yang klaim telah kehilangan USD 41.400. Namun, pengawas percaya sebanyak 4.000 peserta dari delapan grup whatsapp mungkin telah kehilangan setara dengan USD 6,18 juta. Menurut Pejabat Komisaris NCC, Thezi Mabuza, warga Afrika Selatan harus hindari penipuan skema investasi yang menjanjikan pengembalian signifikan dalam waktu singkat.
"Kami mohon kepada anggota masyarakat untuk hindarkan diri dari sakit hati dan penderitaan dengan tidak bergabung dengan skema penipuan ini. Sejarah penuh dengan banyak contoh skema ini yang mau tidak mau runtuh, seringkali meninggalkan jejak kesulitan keuangan, kepercayaan yang rusak, persahabatan dan bahkan keluarga yang hancur,” ujar Mabuza.
Perusahaan Energi Kenya Tawarkan Tenaga Panas Bumi kepada Penambang Bitcoin
Sebelumnya, perusahaan produksi energi Kenya, KenGen, ingin menawarkan kepada perusahaan pertambangan bitcoin kelebihan tenaga panas bumi untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan energi proses penambangan bitcoin.
KenGen, yang menghasilkan sebagian besar tenaganya dari energi terbarukan, mengatakan para penambang telah berupaya untuk membeli energinya. Perusahaan belum memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengingat tidak ada perusahaan penambangan bitcoin di Afrika, mereka yang mendekatinya diyakini berasal dari AS dan Eropa.
Rencananya adalah menempatkan penambang pada lokasi energi di pembangkit listrik panas bumi utama perusahaan di Olkaria, Naivasha, 123 km dari ibu kota Nairobi.
"Kami memiliki ruang dan kekuatan yang dekat, yang membantu stabilitas,” kata direktur pengembangan panas bumi KenGen, Peketsa Mwangi dalam sebuah forum energi, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (21/10/2022).
Langkah ini bisa menjadi langkah dalam mengatasi peningkatan emisi karbon dari penambangan kripto, yang penggunaan energinya menyaingi seluruh negara.
Kenya adalah produsen energi panas bumi terbesar di Afrika dengan kapasitas terpasang 863 MW, yang sebagian besar dipasok oleh KenGen. Negara ini diperkirakan memiliki potensi panas bumi 10.000 MW yang tersebar di sepanjang sirkuit Rift Valley.
Secara keseluruhan, 80 persen pembangkit listrik KenGen berasal dari sumber terbarukan, termasuk hidro dan angin selain panas bumi, tetapi perusahaan tidak mengungkapkan kelebihan kapasitas listriknya.
Mwangi mengatakan permintaan listrik dari penambang sejauh ini bervariasi. Beberapa telah meminta untuk memulai dengan 20 MW dan kemudian ditingkatkan.
Advertisement
AS Sumbang Bagian Terbesar Penambangan Kripto
Produksi Bitcoin mengkonsumsi 204,50 terawatt-jam listrik setiap tahun, sebanding dengan konsumsi listrik Thailand, dan diperkirakan menghasilkan antara 22 dan 22,9 juta metrik ton emisi karbon dioksida per tahun. Pada 35 perse, AS sekarang menyumbang bagian terbesar dari penambangan bitcoin global setelah China melarang kripto.
Ethereum, cryptocurrency terbesar kedua, menggunakan listrik sebanyak Belanda. Namun, blockchain Ethereum telah mengadopsi sistem proof-of-stake, yang diyakini mengurangi konsumsi energinya hingga 99 persen.
KenGen mengatakan dengan menawarkan energi bersih, itu akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon yang disebabkan oleh penambangan bitcoin. Pemerintah Kenya, sementara itu, sedang mempertimbangkan untuk membuat mata uang digital bank sentral, tetapi mempertahankan pendiriannya terhadap perdagangan kripto karena penipuan yang muncul darinya.
Popularitas Kripto di AS Menurun Akibat Crypto Winter
Sebelumnya, popularitas cryptocurrency dengan investor Amerika sedang menurun. Menurut survei Bankrate September, pada 2022, hanya sekitar 21 persen orang Amerika yang merasa nyaman berinvestasi dalam cryptocurrency. Itu turun dari 35 persen pada 2021. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi yang disebut crypto winter.
Meskipun tingkat kenyamanan turun dengan investor lintas generasi, penurunan itu paling tajam di kalangan milenial. Hampir 30 persen investor Amerika Serikat berusia antara 26 dan 41 tahun merasa nyaman pada 2022, dibandingkan dengan hampir 50 persen pada 2021.
Penurunan ini tidak mengejutkan, mengingat hampir USD 2 triliun atau sekitar Rp 30.395 triliun telah hilang dari seluruh pasar kripto sejak November 2021. Harga mata uang digital populer seperti bitcoin telah berjuang untuk mencapai level tertinggi 2021.
Salah satu perwakilan Bankrate, James Royal mengatakan trader aset apa pun adalah penggemar keuntungan. Dengan cryptocurrency utama seperti Bitcoin dan Ethereum turun lebih dari 70 persen dari tertinggi sepanjang masa, tidak mengherankan jika peminatnya menurun.
"Penurunan harga kripto tidak membantu penyebab menarik lebih banyak orang ke kripto,” ujar Royal, dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.
Bitcoin telah diperdagangkan antara USD 18.000 dan USD 25.000 sejak Juni turun dari rekor tertinggi lebih dari USD 65.000 pada November 2021. Cryptocurrency dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi.
Pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam cryptocurrency karena tidak ada jaminan untuk mendapatkan keuntungan.
Advertisement