Ekonomi Sirkular Bikin Industri Petrokimia Efisien dan Berdaya Saing

Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini yaitu lewat prinsip ekonomi sirkular.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2022, 21:03 WIB
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito. Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini adalah mengakselerasi industri pertrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular. (Dok. Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini adalah mengakselerasi industri pertrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular.

“Pada industri petrokimia, implementasi ekonomi sirkular ini bisa melalui pendekatan dari konsep 5R, yakni reduce, reuse, recycle, refurbish, dan renew,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito di Jakarta, dikutip Minggu (23/10/2022).

Warsito menjelaskan, konsep reduce, yaitu mengurangi penggunaan material berlebih dan energi dengan melakukan efisiensi bahan baku dan energi. Kemudian, reuse adalah menggunakan bersama-sama aset yang ada secara berulang-ulang, antara lain dengan penggunaan sistem utilitas bersama dalam satu kawasan. Sedangkan, recycle itu menggunakan kembali material yang ada.

“Konsep refurbish adalah memanjangkan daur hidup material atau menggunakan material yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti mendorong penggunaan waste sebagai energi alternatif untuk industri. Selanjutnya, renew itu memproritaskan penggunaan energi dan material terbarukan,” paparnya.

Menurut Warsito, saat ini efisiensi energi sudah menjadi hal yang tidak asing di industri padat energi, seperti industri petrkomia.

“Dalam hal ini, untuk industri petrokimia, study case pada industri pupuk yang dapat dijadikan best practice, antara lain adalah upaya substitusi sumber panas dari high pressure steam (HPS) ke medium pressure steam (MPS) pada pengering saringan molekuler,” sebutnya.

Selain itu, mengganti teknologi exhaust processing dari metode Cryogenic ke Permeable Membrane, melakukan optimasi gas buang (tail gas) sebagai bahan bakar, dan meningkatkan isolasi reformer atau reactor eksotermis.

Di sisi lain, tren sirkular ekonomi juga dapat berdampak pada berkurangnya permintaan “virgin polymer” global. Beberapa perusahaan sudah berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik (virgin).

“Hal ini mendorong industri petrokimia untuk mampu beradaptasi dan membangun strategi jangka panjang yang dapat mengintegrasikan bisnis model sirkular ekonomi ke dalam proses yang ada saat ini,” imbuhnya.

Langkah yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan energi dan material terbarukan. Dalam hal ini, industri petrokimia harus mampu menjawab permintaan pasar global terkait penggunaan energi terbarukan dan material yang ramah lingkungan.

“Misalnya, permintaan untuk mensubstitusi sebagian plastik konvensional dengan bioplastic yang dapat dikembangkan melalui R&D material yang mampu terdegradasi secara alami (bio-degradable),” tuturnya. Bahkan, penggunaan energi terbarukan dapat dilakukan di sektor industri petrokimia untuk mensubstitusi penggunaan listrik yang bersumber dari energi fosil.

 


Bisnis Berkelanjutan

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito. Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini adalah mengakselerasi industri pertrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular. (Dok. Kemenperin)

Komitmen perusahaanDirektur Legal, External Affairs dan Circular Economy PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Edi Rivai menegaskan, perusahaan berkomitmen untuk mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar, dengan didukung prinsip triple bottom line (Planet, People, Profit) dan melalui strategi Environment, Social and Governance (ESG).

“Bagi kami, untuk memulai perjalanan bisnis berkelanjutan, berarti kami terus meningkatkan kinerja dan menciptakan kehidupan yang harmonis dengan masyarakat sekitar dan lingkungan,” ujarnya.

Adapun berbagai upaya yang telah dijalankan oleh PT. Chandra Asri Petrochemical dalam mendukung ekonomi sirkular, di antaranya melalui kampanye #NabungSampahPlastik untuk internal karyawan. Dalam kampanye ini, karyawan diajak untuk memilah sampah dari rumah dan menerima nilai ekonomi dari sampah terpilah yang mereka setorkan.

“Kampanye akan berjalan selama satu tahun dan akumulasi sampah yang berhasil dikumpulkan akan diumumkan pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023,” tutur Edi.

Upaya lainnya, meningkatkan kualitas stabiltas jalan hingga 40 persen dengan menggunakan 4-6 persen sampah kantong belanja plastik ke dalam campuran aspal.

“Targetnya bisa mencapai 100 KM di 2023. Inisiatif ini sejalan dengan Kepres No. 83 tahun 2018,” imbuhnya.

Chanra Asri juga mendukung program Jakarta Recycle Center (JRC) di wilayah Pesanggrahan, dengan menyediakan kantong plastik pemisahan sampah, dan memberikan materi edukasi untuk meminimalkan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Targetnya untuk mengumpulkan dari 200,000 rumah dengan potensi sampah yang diolah mencapai 48.000 tons pada 2023.

 


Industri Pengelolaan Sampah Terpadu

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito. Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini adalah mengakselerasi industri pertrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular. (Dok. Kemenperin)

Selain itu, Chandra Asri telah membangun Industri Pengelolaan Sampah Terpadu – Atasi Sampah, Kelola Mandiri (IPST ASARI) di Cilegon. Fasilitas ini memiliki kapasitas hingga 8.000 kg sampah plastik per bulan dan mengoperasikan mesin pirolisis dengan kapasitas 100 kg per batch.

“Mesin pirolisis mengolah sampah plastik menjadi BBM Plas yang dapat digunakan kembali oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari,” ungkap Edi.

Berikutnya, membuat program SAGARA, yakni kolaborasi antara Chandra Asri dan nelayan di wilayah Anyer, Kabupaten Serang untuk mengumpulkan sampah plastik di lautan melalui ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat. Chandra Asri memperbesar cakupan wilayah untuk mengumpulkan sampah plastik dari masyarakat pesisir untuk mencegah sampah plastik masuk ke laut, dengan kolaborasi bersama Bank Sampah Digital (BSD).

“Hasil sampah plastik yang terkumpul akan dikonversikan menjadi tabungan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Sampah plastik bernilai rendah akan dikelola melalui sistem pirolisis di IPST ASARI dan hasilnya akan digunakan untuk keperluan masyarakat dan nelayan,” tandasnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS) Fajar Budiono menyampaikan, pemerintah perlu memberikan insentif kepada industri yang menerapkan ekonomi sirkular guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan mengatasi peningkatan limbah sampah di dalam negeri.

“Kegiatan ekonomi sirkular bisa membantu pemerintah dalam mencegah peningkatan impor bahan baku petrokimia serta bisa mengurangi limbah sampah,” terangnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya