Liputan6.com, Banyumas - Waria, dan lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) terus menjadi polemik di tengah masyarakat. Sebagian masyarakat bahkan amat menolak dan membuat mereka rawan terdiskriminasi.
Padahal, sejatinya mereka pun manusia biasa seperti kebanyakan orang 'normal' lainnya. Sisi kemanusiaan itulah yang hendak disentuh oleh Muhammadiyah.
Berikut ini adalah kisah bagaimana Muhammadiyah mendampingi kelompok rentan atau marjinal. Salah satunya di Jawa Tengah.
Diketahui, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah dikenal memiliki program dakwah unggulan terhadap kelompok terpinggirkan (marjinal), yaitu mendampingi kelompok waria dan LGBT.
Menurut Ketua PWM Jawa Tengah, M. Tafsir, pilihan dakwah kepada dua kelompok tersebut bukan hal baru bagi Muhammadiyah. Sebab, paham keagamaan Muhammadiyah sejati menurutnya bersifat inklusif dan terbuka.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini dia ungkapkan dalam seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 bertema “Mendampingi Kelompok Difabel, Marginal, Dhua’fa dan Mustadh’afin: Model Baru Pemberdayaan Sosial”, Kamis (31/3/2022), dikutip Liputan6.com dari muhammadiyah.or.id pada Minggu (23/10/2022).
M. Tafsir lantas menjelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki visi Al-Irsyadah (petunjuk) untuk membimbing kehidupan manusia menjadi hidup yang maju dan bahagia di dunia dan akhirat.
“Berdasarkan pengertian agama Islam menurut Muhammadiyah, ada hadis ad dinu yusrun (agama itu mudah) dan keberagamaan yang terbaik adalah yang hanif, moderat, toleran. Ada prinsip yasiru wa laa tu’asiru (permudah, jangan persulit), basyiru wa laa tunafiru (sebarkan kabar gembira, bukan ancaman). Apalagi sesungguhnya surga jannatun naim itu menyapa semua orang, tidak pilih siapapun, termasuk kaum marjinal,” jelasnya.
“Maka pendampingan kita ke sana adalah bagaimana kita memperlakukan mereka sebagai manusia yang berhak masuk surga serta membimbing mereka memahami fikih dalam beribadah,” dia menerangkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kembali ke Jalan yang Benar
Selain menggandeng kelompok waria dan LGBT agar perlahan kembali ke jalan yang benar, Muhammadiyah dalam hal ini ikut membantu penguatan dari sisi ekonomi, memahami kultur, dan memberikan dukungan.
“Kita menolak LGBT sebagai gaya hidup, tapi kita tidak boleh sia-sia (semena-mena) kepada orang yang menjadi korban dari LGBT. Kita memberantas kemiskinan tapi tidak boleh sia-sia kepada orang miskin. Ingat mereka tetap manusia yang punya hak surga seperti kita. Jadi dakwah itu jangan hanya memahami ayat Alquran dan hadis saja, tapi dakwah pun harus memahami manusia. Kalau ingin dakwah berhasil, pahamilah manusianya,” pesan Tafsir.
Dari dakwah yang telah digerakkan kepada dua kelompok itu selama bertahun-tahun, PWM Jawa Tengah terbilang berhasil. Ratusan orang dari mereka telah kembali ke jalan yang benar.
Keberhasilan ini kata Tafsir tak lepas dari dua hal, yaitu membangun mental bunga teratai dan memaknai purifikasi dalam koridor alam berpikir Muhammadiyah.
Seseorang yang memiliki ketakwaan baik, disebut Tafsir sejatinya tidak berjarak dengan masyarakat. Tidak terseret arus dan justru berbuat kebaikan untuk mengentaskan masyarakat dari keburukan.
“Bangunlah mental bunga teratai, maka dia tetap bersih walaupun berada di tengah comberan,” ucap Tafsir memberikan perumpamaan.
“Purifikasi Muhammadiyah itu bukan tekstualisasi. Muhammadiyah di satu pihar ruju’ ilal Quran wa Sunnah tapi di sisi lain membangun pikiran utama dengan cara bayani, burhani, dan irfani. Ini luar biasa, bukan tekstualisasi,” pungkasnya.
Tim Rembulan
Advertisement