Jelang 2023, Masyakarat Diminta Tetap Waspada COVID-19

Kewaspadaan terhadap COVID-19 perlu tetap dilakukan dalam menghadapi awal tahun 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Kewaspadaan terhadap COVID-19 perlu tetap dilakukan dalam menghadapi awal tahun 2023 meski kenaikan kasus di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2022 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Pasalnya, biasanya kasus COVID-19 mengalami lonjakan pasca libur Natal dan tahun baru.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, ujian dari virus SARS-CoV-2 akan tampak pada awal 2023.

"Ujiannya nanti akan kita lihat di awal tahun depan karena beberapa varian baru seperti BA.2.7.5 sudah terjadi di India," ujar Budi Gunadi, Jumat, 21 Oktober 2022.

Kenaikan kasus COVID-19 telah terlihat di negara tetangga seperti Singapura, oleh karenanya Indonesi harus tetap waspada. Semula kasus COVID-19 di Singapura hanya berjumlah ratusan, namun kini meningkat menjadi 6 ribu kasus per hari. Jumlah tersebut lebih tinggi dari kenaikan kasus di Indonesia yang mencapai 2 ribu kasus per hari.

Kenaikan jumlah kasus COVID-19 yang tinggi karena varian Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi hampir di seluruh dunia pada Juli hingga Agustus 2022. Sementara Indonesia termasuk dalam beberapa negara seperti India dan China yang mengalami kenaikan kasus sangat sedikit pada bulan-bulan tersebut.

Dikatakan Menkes, hal itu disebabkan karena memang strategi penanganan pandemi di Indonesia yang relatif baik. Selama enam bulan dari awal tahun itu Indonesia tidak mengalami lonjakan masus, padahal biasanya enam bulan awal merupakan siklus kenaikan gelombang karena ada varian baru.

“Jadi artinya memang Indonesia sudah berhasil menangani pandemi dengan recovery lebih baik. Terutama di bulan Juli hingga Agustus ini masih ada tantangan karena varian baru masih akan tumbuh,” ucap Budi. 

 


Vaksinasi di Indonesia Sangat Baik

Menurut Budi, Indonesia beruntung karena vaksinasi di Indonesia sangat baik. Sekarang sudah 440 juta dosis disuntikkan ke lebih dari 204 juta populasi kita, sehingga imunitas dari masyarakat kita baik.

Ditambah lagi protokol kesehatan di Indonesia juga relatif lebih konservatif. Sampai sekarang masyarakat masih terbiasa memakai masker, sementara negara-negara lain sudah membuka masker dan itu sebabnya terjadi kenaikan yang cukup tinggi seperti di Singapura.

“Mudah-mudahan nanti di Januari- Februari 2023 kita bisa mencegah kenaikan kasus dengan baik seperti di bulan Juli – Agustus tahun ini. Sehingga Indonesia akan menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang selama 12 bulan berturut-turut tidak mengalami ada lonjakan kasus,” ungkap Budi Gunadi. 

 

 


Masyarakat Tetap Disipllin Prokes

Dibutuhkan bantuan dari masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan, pakai masker, rajin cuci tangan, dan yang belum vaksinasi booster segera lakukan.

Lebih lanjut, pandemi COVID-19 terjadi di seluruh dunia dan merupakan salah satu pandemi yang paling besar dalam sejarah. Semua negara menghadapi masalah ini bersama-sama.

Indonesia sempat mengalami puncak kasus mencapai hampir 600.000 per hari. Sekarang sudah turun menjadi di bawah 2.000 per hari. Kemudian pasien yang dirawat di rumah sakit sempat mencapai 100.000 orang, sekarang yang masuk rumah sakit sebanyak 3.100 orang.


Kasus Kematian Sempat Tinggi

Selanjutnya, kasus kematian di Indonesia juga sempat tinggi mencapai 1.800 orang per hari. Sekarang sudah berhasil turun ke angka 17 sampai 19 orang per hari.

“Jadi itu adalah pencapaian yang kita raih di masa pandemi ini, dan seluruh dunia juga mengakui bahwa pencapaian ini termasuk yang paling baik khususnya di gelombang terakhir varian ommicron BA.4 dan BA.5,” tutur Menkes Budi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya