Liputan6.com, Kabul - Pertempuran Taliban dan militan ISIS-K (Khorasan) masih terus berlanjut. Kabar terbaru menyebut Taliban berhasil menewaskan sembilan militan ISIS-K.
Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (24/10/2022), Taliban pada Sabtu (22/10) mengatakan pasukan khususnya telah menewaskan sembilan pejuang ISIS dan menangkap dua lainnya dalam penyerbuan semalaman di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dan tempat lain di Afghanistan.
Baca Juga
Advertisement
Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah Taliban, mengatakan bahwa informasi intelijen membantu pasukan keamanan menemukan sebuah "tempat persembunyian penting Daesh" di Kabul pada Jumat (21/10) malam.
Daesh adalah nama lokal dari afiliasi ISIS di Afghanistan yang bernama ISIS Khorasan atau ISIS-K.
Mujahid mengatakan baku tembak menewaskan enam militan dan seorang anggota pasukan keamanan Taliban. Penyerbuan itu terjadi tak berapa lama setelah pasukan keamanan menangkap dua anggota penting ISIS-K dalam operasi terpisah di bagian lain Kabul, katanya tanpa memerinci.
Secara terpisah, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan yang dipimpin Taliban mengatakan pada Sabtu (22/10) bahwa "berdasarkan intelijen yang solid," pasukan keamanan semalam menyerang tempat persembunyian ISIS-K di Provinsi Takhar, yang berbatasan dengan Tajikistan.
Penyerbuan di distrik Dasht Qala itu menewaskan tiga anggota Daesh, termasuk seorang komandan "penting," kata pernyataan itu.
Mujahid mengklaim bahwa keenam pria Daesh yang tewas di Kabul terkait dengan dua pengeboman bunuh diri baru-baru ini di kota itu. Salah satunya mengenai sebuah pusat pendidikan, dan yang lainnya mengenai sebuah masjid. Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas kedua serangan itu.
Taliban Temukan Kuburan Massal di Afghanistan, 12 Kerangka Jenazah Berserakan
Sebelumnya dilaporkan, sebuah kuburan massal yang berisi kerangka 12 jenazah telah ditemukan di Afghanistan, ungkap para pejabat Taliban pada akhir September 2022.
Kuburan itu ditemukan oleh penduduk desa selama beberapa hari terakhir di Kota Spin Boldak, yang berbatasan dengan Pakistan.
Sebuah lokasi pertempuran sengit antara mantan pasukan pemerintah Afghanistan dan pejuang Taliban sebelum kelompok Islam garis keras merebut kekuasaan pada 2021.
Dikutip 24news, Selasa (27/9), juru bicara pemerintah Zabihullah Mujahid mengatakan, orang-orang itu terbunuh sembilan tahun lalu ketika pemerintah yang didukung AS berkuasa, tetapi lokasi tersebut belum diselidiki secara independen.
"Mereka adalah orang-orang yang ditangkap dari desa-desa oleh mantan komandan kejam, Jenderal Raziq. Mereka semua adalah warga sipil yang dibunuh dan dikuburkan di kuburan massal," ujarnya, mengacu pada almarhum kepala polisi Kandahar -- seorang komandan yang kuat yang dikenal karena pertempurannya yang efektif melawan pejuang Taliban selama perang 20 tahun.
"Kami sedang menyelidiki masalah kuburan massal ini, setelah itu kami akan memutuskan penyelidikan seperti apa yang harus dilakukan," tambahnya.
Jenazahnya telah dimakamkan kembali di sekitar lokasi, bersama dengan jenazah individu lain yang ditemukan di kuburan terpisah yang tidak bertanda, ungkap Haji Zaid, juru bicara gubernur provinsi Kandahar.
Advertisement
Pemeriksaan
Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett, men-tweet bahwa "penting agar jasad-jasad ini tidak diganggu dan dirusak lebih lanjut sambil menunggu pemeriksaan forensik."
Video-video yang diunggah ke media sosial, yang dibagikan oleh pejabat Taliban, menunjukkan penduduk desa berkumpul di sekitar tumpukan tulang belulang.
Jenderal Abdul Raziq ditembak mati oleh seorang pengawal pada Oktober 2018, beberapa menit setelah pertemuan dengan komandan tertinggi AS di Afghanistan saat itu, Jenderal Scott Miller.
Taliban mengaku bertanggung jawab, dengan mengatakan bahwa mereka telah menargetkan Raziq yang memiliki reputasi sebagai lawan yang kejam di Kandahar dan provinsi-provinsi tetangga.
Saudara laki-laki Raziq, Tadin Khan, menolak tuduhan Taliban.
"Ini adalah upaya untuk memfitnah keluarga kami," kata Khan, yang menggantikan Raziq sebagai kepala polisi Kandahar, kepada AFP dalam komentar singkat melalui telepon dari Uni Emirat Arab.
Taliban Semakin Represif Terhadap Perempuan, AS Umumkan Sanksi Tambahan
Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru, pada Selasa (11/10), terhadap Taliban sebagai hukuman atas perlakuan represif mereka terhadap perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken meluncurkan kebijakan pembatasan visa baru untuk anggota dan mantan anggota Taliban serta pihak lainnya yang dianggap terlibat dalam penindasan perempuan melalui kebijakan pembatasan dan tindakan kekerasan.
Blinken menyampaikan pengumuman itu pada Hari Anak Perempuan Internasional PBB, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (13/10).
“Sebagai contoh suram, selama lebih dari satu tahun, Afghanistan tetap menjadi satu-satunya negara di dunia di mana anak perempuan secara sistematis dilarang bersekolah di atas kelas enam, tanpa penetapan tanggal kembali (kapan mereka bisa bersekolah),” kata Blinken.
Setelah kembali berkuasa pada Agustus 2021 menyusul mundurnya pasukan pimpinan AS, kelompok garis keras Taliban telah melarang anak perempuan bersekolah di sekolah menengah. Tetapi, perempuan diperbolehkan untuk kuliah.
Sebuah insiden bom bunuh diri baru-baru ini terjadi di sebuah kelas di Kabul menewaskan dan melukai puluhan siswa saat mereka menyiapkan diri untuk ujian.
PBB telah menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 53, termasuk 46 anak perempuan dan perempuan muda.
Pelaku meledakkan dirinya di sebelah sejumlah perempuan yang tengah berada di ruang belajar yang dipisahkan berdasarkan gender. Ruang itu dipenuhi ratusan siswa yang mengikuti tes praktik untuk penerimaan mahasiswa baru di universitas.
Advertisement