Etilen Glikol Sering Digunakan untuk Mesin, Kok Ada Dalam Obat Sirup Anak?

Senyawa kimia etilen glikol (EG) sering digunakan dalam dunia permesinan. Misalnya pada mobil untuk mendinginkan suhu mesin. Namun, kini ditemukan pula dalam obat sirup dan menyebabkan gangguan ginjal akut.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Okt 2022, 11:46 WIB
Pegawai membawa sejumlah obat sirup yang mengandung paracetamol di Apotek Prima Husada, Cinere, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/10/2022). Kementerian Kesehatan menginstruksikan seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirup anak kepada masyarakat akibat adanya lebih dari 200 kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak di Indonesia. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Senyawa kimia etilen glikol (EG) sering digunakan dalam dunia permesinan. Misalnya pada mobil untuk mendinginkan suhu mesin.

Namun, baru-baru ini etilen glikol dan dietilen glikol (DEG) juga ditemukan dalam obat sirup anak yang diduga menyebabkan gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI).

Menurut Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati, EG dan DEG bukan senyawa kimia untuk dimakan tapi memang sering dipakai untuk industri yang lain.

“Pada dasarnya memang tidak boleh ditambahkan (pada obat atau makanan) karena sifatnya beracun, memang bukan untuk dimakan, biasanya untuk permesinan seperti radiator,” ujar Zullies dalam live Instagram Sabtu (22/10/2022).

Adanya EG dan DEG dalam beberapa obat sirup anak seperti parasetamol bukan suatu yang disengaja, lanjut Zullies. Ini adalah bawaan dari propilen glikol.

Propilen glikol adalah salah satu jenis agen pelarut obat (kosolven) yang digunakan untuk membantu pelarutan obat-obatan dengan bahan yang sukar larut.

Beberapa waktu lalu terjadi mispersepsi pada sebagian masyarakat mengenai parasetamol sebagai obat yang ditengarai berperan dalam kasus gangguan ginjal akut. Padahal, masalahnya bukan pada parasetamolnya. Obat ini sudah digunakan sejak lama dan terbukti aman.

“Masalahnya adalah pada bahan tambahannya. Kita ambil contoh pada parasetamol, ini adalah obat yang sukar larut dalam air. Obat ini bisa dibuat dalam bentuk tablet dengan mudah tanpa masalah. Namun, anak-anak biasanya enggan menelan tablet sehingga dibuat dalam bentuk sirup,” kata Zullies dalam live Instagram Sabtu (22/10/2022).


Tak Bisa Larut Hanya dengan Air

Namun, lanjutnya, mengingat parasetamol adalah obat yang sulit larut dalam air maka pembuatan dalam bentuk sirup tak bisa hanya menggunakan air.

“Dibutuhkan kosolven atau agen pembantu pelarutan, ini bukan pelarut, pelarutnya tetap air tapi dia ditambahkan untuk membantu pelarutan. Misalnya kemasan botol kecil obat ada 60ml maka kosolvennya 5 atau 10 ml.”

Seperti disampaikan sebelumnya, salah satu contoh agen pelarut yang sering digunakan untuk membantu pelarutan obat adalah propilen glikol. Meski demikian, dalam proses pembuatannya, propilen glikol tidak bisa dihasilkan dalam bentuk murni. Selalu ada cemaran EG dan DEG dari sisa-sisa proses pembuatan propilen glikol. 

“Bahan ini enggak bisa pure atau murni karena dalam proses pembuatan selalu ada cemaran, jadi EG dan DEG ini adalah sisa-sisa dalam proses pembuatan. Adanya kandungan EG dan DEG ini wajar jika dalam batas tertentu.”


Tak Masalah Selama dalam Ambang Batas Wajar

Zullies memastikan bahwa propilen glikolnya sendiri memang aman dan biasa digunakan untuk membantu pelarutan obat.

Propilen glikol sebagai bahan baku masih boleh memiliki cemaran seperti EG dan DEG asalkan masih dalam ambang batas wajar yakni 0,1 persen. Jika melewati batas ini, maka bahan baku tersebut tidak memenuhi syarat dan tak bisa diformulasi. Jika sudah memenuhi syarat baru bisa diformulasi.

Ketika obat sudah jadi, maka masih wajar jika terkandung EG dan DEG selama masih dalam ambang batas yang ditentukan.

Dengan begitu, maka pernyataan terkait seluruh obat sirup pasti mengandung EG dan DEG adalah pernyataan keliru.

“Belum tentu semua sirup mengandung EG dan DEG. Pasalnya, agen pembantu pelarutan yang membawa cemaran EG dan DEG hanya digunakan pada bahan yang sukar larut dalam air.”

“Jika bahan obatnya mudah larut dalam air untuk apa ditambah lagi kosolven.”


Penyebab AKI Sudah Lebih Pasti

Pada Jumat 21 Oktober, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa dugaan penyebab gangguan ginjal akut yang mulanya misterius kini sudah lebih pasti.

“Apa sudah pasti (penyebabnya EG dan DEG)? Sekarang sudah jauh lebih pasti dibandingkan sebelumnya karena memang terbukti di anak-anak ada, jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini,” ujar Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Kemudian, pihaknya juga sudah mengambil biopsi dan mendapatkan hasil bahwa rusaknya ginjal memang berkaitan dengan senyawa tersebut.

Sebelumnya, serangkaian tes telah dilakukan oleh Kemenkes dan jajarannya. Dari hasil tes tersebut, salah satu hal yang dicurigai yakni COVID-19 ternyata tidak berkontribusi dalam gangguan ginjal akut. Begitu pula patogen lainnya yang dinyatakan tidak bisa disebut sebagai penyebab AKI.

“Jadi pada September kita bingung juga, ada acute kidney injury, naiknya pesat, menyerang anak-anak, sangat mematikan, tapi bukan disebabkan patogen. Tapi yang membuat kita terbuka adalah kasus di Gambia,” kata Menkes.

Pada 5 Oktober, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rilis bahwa ada kasus ginjal akut di Gambia yang disebabkan oleh senyawa kimia dalam obat sirup. Berangkat dari kasus Gambia, Kemenkes pun melakukan serangkaian penelitian soal obat sirup di Indonesia dan menemukan jawaban bahwa EG dan DEG memang menjadi biang keladi.

Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi (Liputan6/com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya