Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menarik perhatian warganet melalui postingan terbarunya di Instagram. Postingan cuplikan video yang dibagikan pada Minggu (23/20) itu menunjukkan momen-momen Menkeu dalam perjalanan menuju Kantor Pusat Bank Dunia di Washington D.C, Amerika Serikat.
Dalam perjalanan tersebut, Sri Mulyani dikejutkan dengan banyak tuna wisma atau gelandangan yang terlihat di sepanjang jalan di kawasan pusat Ibu Kota AS itu.
Advertisement
"Teringat saat ngobrol santai dengan Pak Fredy yang mengantar kami dalam perjalanan menuju tempat pertemuan, begitu banyak tuna wisma (homeless) terlihat di sepanjang jalan," tulis Sri Mulyani di Instagram, dikutip Senin (24/10/2022).
Sri Mulyani kemudian bertanya, mengapa para masyarakat itu berada di jalan. Dia sempat menduga mereka merupakan masyarakat terdampak Covid-19.
Dia pun bertanya pada seseorang yang berada di sebelahnya. "Covid-19 atau homeless (tuna wisma)?," tanya Sri Mulyani dalam video tersebut.
"Homeless bu," jawab Fredy.
Dengan adanya multi-krisis, Sri Mulyani mengatakan, banyak dunia yang kondisi perekonomiannya makin anjlok dan masyarakat langsung terkena dampaknya.
Menghadapi lonjakan inflasi, Amerika Serikat juga dibayang-bayangi ancaman resesi.
Inflasi negara itu pada September 2022 tercatat sebesar 8,2 persen, turun dari 8,3 persen pada Agustus 2022.
Meski turun, angka tersebut masih jauh di atas target 2 persen bank sentral dan berarti Federal Reserve kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga dalam upaya untuk mendinginkan kenaikan harga.
"#APBN UangKiTa akan selalu hadir dalam memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat kita khususnya yang rentan dan miskin," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani: APBN Kuat jadi Bekal Hadapi Ekonomi 2023 yang Diramal Suram
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kondisi ekonomi makro domestik serta kinerja APBN yang kuat, menjadi bekal yang cukup solid untuk menghadapi tahun 2023 yang penuh tekanan.
Hal itu diungkapkan Sri Mulyani melalui akun Instagram pribadinya @smindrawati, dikutip Minggu (23/10/2022).
"Di tengah kondisi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global, kinerja ekonomi domestik masih cukup solid," kata Menkeu.
Menkeu menjelaskan, berbagai indikator dini di sisi konsumsi maupun produksi masih menunjukkan tren penguatan. Indeks mobilitas penduduk terus meningkat, diikuti peningkatan pada indeks penjualan ritel.
Dari sisi produksi, PMI manufaktur dalam tren menguat selama empat bulan terakhir, terkonfirmasi dari tingginya konsumsi listrik sektor komersial dan industri.
"Posisi sektor eksternal juga cukup kuat dengan surplus neraca perdagangan selama 29 bulan berturut-turut, dan nilai ekspor serta nilai perdagangan yang terus mencatatkan rekor tertinggi," ujarnya.
Lantas bagaimana kondisi #APBNKita?
Kata bendahara negara ini, di tengah kondisi global yang volatil Indonesia masih tetap resilien, kinerja APBN sampai dengan bulan September 2022 masih cukup baik. Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp1.974,7 Triliun atau 87,1 persen dari pagu revisi APBN (Perpres 98/2022), tumbuh 45,7 persen (yoy) (2021: 16,8 persen).
Selanjutnya, realisasi Belanja Negara mencapai Rp1.913,9 Triliun (61,6 persen dari pagu), tumbuh 5,9 persen (yoy), (2021: -1,9 persen). Transfer daerah tumbuh positif namun realisasi belanja daerah perlu dioptimalkan.
Advertisement
Sri Mulyani Geram, Pemda Pelit Gunakan APBD untuk Jinakkan Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran Rp 3,5 triliun untuk mengatasi inflasi di daerah pasca kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak subsidi pada September lalu.
Angka ini lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang meminta Pemda menyisihkan 2 persen dari Dana Transfer Umum (DTU).
"Realisasinya kita perkirakan Rp 2,1 triliun, ternyata mencapai Rp 3,5 triliun. Jadi daerah komit menggunakan Rp 3,5 triliun untuk membantu masyarakat," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, dikutip Minggu (23/10).
Meski dana yang dialokasinya begitu besar, namun realiasainya masih sangat rendah. Per 20 Oktober, baru 277,6 triliun yang terealisasi dari anggaran Rp 3,5 triliun.
"Tapi realisasinya baru Rp 277 miliar atau Rp 7,9 persen," kata Sri Mulyani.
Apalagi alokasi untuk bantuan sosial yang dialokasikan Rp 1.716, triliun, baru terserap Rp 105,3 miliar atau hanya 6,1 persen saja. Tak hanya itu, alokasi untuk program penciptaan lapangan kerja realisasinya baru Rp 69,4 miliar atau 10,4 persen dari anggaran Rp 665 miliar.
Subsidi sektor transportasi juga baru terealisasi Rp 40,5 miliar ata 12,3 persen dari anggaran Rp 328,9 miliar. Bendahara negara ini pun meminta proses pencairan dana-dana tersebut segera bisa dilakukan. Agar masyarakat bisa segera terbantu baik dari APBN maupun APBD.
"Ini dananya ada tapi perlu diakselerasi.
Begitu juga dengan program perlindungan sosial lainnya yang baru diserp Rp 62,4 triliun atau 7,9 persen dari anggaran Rp 791,2 miliar.
Dia meminta penyerapannya segera dilakukan karena banyak masyarakat yang saat ini menghadapi situasi sulit. Terlebih kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian.
"Terutama untuk masyarakat yang merasakan beban berat karena ada tekanan yang terjadi secara global," kata dia.
"Saya harap daerah bisa segera merealisasikan," perintah Sri Mulyan