Liputan6.com, Probolinggo - Pelaksana Tugas (Plt) Dinkes P2KB Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati menjelaskan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal belum ditemukan di daerahnya. Meski begitu antisipasi harus dilakukan dengan mengeluarkan surat meminta tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk tidak memberikan pengobatan resep berupa obat sirup atau cair.
Advertisement
Hal itu berlaku sampai dengan investigasi dari Kemenkes dan BPOM mendapatkan hasil penyelidikan. Selanjutnya, ia meminta pihak apotek untuk tidak menjual obat-obatan dalam bentuk sirup. Untuk penarikan beberapa merek produk, Dinkes menyatakan bukan menjadi ranahnya.
"Kami ini memberikan sosialisasi dan pembinaan," ujar Ida.
Semua jenis sirup sebaiknya untuk tidak diresepkan pada saat kita mengobati balita. Namun demikian bukan hanya usia anak dan balita, perlakuan yang sama pun terjadi pada orang dewasa.
"Semuanya lebih baik dihentikan pengobatannya sementara waktu," tutur Ida.
Sementara itu, Kabid Pelayanan Sumber Daya Kesehatan (PSDK) Madihah menambahkan, dalam kondisi saat ini masyarakat perlu lebih meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan masyarakat diminta untuk tidak panik.
“Tidak perlu panik, namun tetap memberlakukan pola hidup bersih,”pungkasnya
Kasus Jatim
Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat adanya penambahan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) yang semula 22 kasus menjadi 30 kasus per 22 Oktober 2022.
"Dari 30 kasus tersebut, pasien meninggal sejumlah 16 orang, pasien sembuh delapan orang, pasien yang sedang dirawat sejumlah lima orang dan dinyatakan exclude sejumlah satu orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Erwin Astha Triyono di Surabaya, Senin (24/10/2022).
Erwin menyatakan, dari 16 kasus meninggal, terdapat empat pasien yang berdomisili di luar Jawa Timur.
Pasien yang masih dalam perawatan tersebar di beberapa rumah sakit yakni satu orang di RSUD Soetomo Surabaya, satu orang di RSUD Saiful Anwar Malang, satu orang di RS Premier Surabaya (rawat jalan).
Kemudian, satu orang di RS Universitas Muhammadiyah Malang dan satu orang domisili Jawa Timur yang dirawat di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta.
Advertisement