Liputan6.com, Baghdad - 13 tahun silam, terjadi dua pengeboman yang memilukan di Baghdad, Iraq. Ada 132 korban tewas dan 520 luka-luka akibat serangan teroris ini.
Dikutip dari laman BBC News, Senin (24/102022), ledakan itu menghantam Kantor Kementerian Kehakiman dan Kantor Pemerintahan Baghdad di dekat Green Zone yang dijaga dengan ketat pada Minggu, 25 Oktober 2009.
Advertisement
Ledakan terjadi begitu cepat pada pukul 10.30 waktu setempat, ketika orang-orang sibuk bekerja pagi itu. Pengeboman yang terjadi setelah AS menyerahkan kendali keamanan kota kepada pasukan lokal ini merupakan serangan paling mematikan di Iraq setelah serangan 19 Agustus 2007.
Serangan truk bom 2007 itu telah meledakkan dua gedung kementerian Iraq dan menewaskan 100 orang.
Kedua serangan bom ini diduga saling terkait, Iraq menyalahkan tentara asing dan menuduh Suriah terlibat di kedua serangan ini. Sebagai tindak lanjut, Iraq menuntut penyelidikan dari PBB.
Sementara itu, AS mengutuk Bom Baghdad 2009 sebagai serangan penuh kebencian.
Agenda yang merusak
Usai Perdana Menteri Nouri Malaki mengunjungi lokasi kejadian, ia menyalahkan al-Qaeda dan pendukung-pendukung mantan presiden Saddam Husein sebagai dalang serangan.
"Serangan teroris pengecut ini tak boleh mempengaruhi tekad rakyat Iraq untuk terus berjuang melawan sisa-sisa rezim dan teroris al-Qaeda, yang melakukan kejahatan brutal terhadap warga sipil," katanya.
"Mereka ingin menciptakan kaos di negeri ini dengan menghambat proses politik dan mencegah pemilu."
Presiden Jalal Talabani menanggapi, "Pelaku tindakan pengkhianatan tercela ini tidak lagi menyembunyikan tujuannya, mereka secara gamblang menyatakan bahwa mereka menargetkan negara kita."
Pihak Gedung Putih AS menyatakan, Presiden saat itu, Barack Obama telah bertemu dengan PM Maliki dan Presiden Talabani untuk menjanjikan dukungannya. Obama menyebut serangan itu sebagai upaya untuk menggagalkan proses perdamaian.
"Pengeboman ini tak lain bertujuan untuk membunuh laki-laki, perempuan, dan anak-anak tak bersalah. Mereka hanya mengungkapkan kebencian dan agenda perusakan dan menyangkal masa depan yang layak untuk rakyat Iraq."
Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband juga menanggapi, "Tindakan terorisme semacam itu tidak dapat dibenarkan dan harus dihukum tanpa syarat."
Aparat Keamanan dan Pemerintahan Tak Bisa Menjaga Ketertiban
Gumpalan asap tampak meninggi di Baghdad pada Minggu pagi itu setelah dua mobil yang membawa bom meledak di luar International Zone atau Green Zone, jantung administrasi ibukota Baghdad. Otoritas Iraq mengatakan, penyerangan itu adalah bom bunuh diri. Mobil itu dikendarai menuju tempat parkir lalu diledakkan.
Sejumlah karyawan di Kantor Pemerintahan Baghdad diperkirakan termasuk di antara yang tewas.
"Saya tak tahu bagaimana saya bisa selamat," kata pemilik toko lokal, Hamid Saadi kepada Reuters melalui telepon di dekat Kementerian Kehakiman, dikutip dari BBC News.
"Ledakan itu merusak segalanya. Ini seperti gempa bumi, segalanya porak poranda."
Di sisi lain, sejumlah pengamat menyalahkan aparat keamanan dan politisi karena gagal menjaga ketertiban.
Sopir ambulans Adil Sami mengatakan pada Agence France-Presse (AFP), "Kita tidak menginginkan parlemen lagi, tinggalkan kami, kita bisa hidup dengan damai dan menyelesaikan masalah kami sendiri."
Seorang anggota dewan Baghdad Mohammed al-Rubaiey mengatakan, "Ini masalah politik. Setiap politisi bertanggung jawab dan pemerintah bertanggung jawab, sertaa para petinggi keamanan."
Menurut laporan BBC, seorang wartawannya yang berada sekian mil dari lokasi kejadian juga dapat merasakan getaran ledakan itu. Dilaporkan, kemungkinan besar terduga pelaku adalah gerilyawan atau pejuang asing yang mencoba mengacaukan situasi keamanan menjelang pemilu Iraq pertengahan Januari 2010.
Advertisement
Serangan Berturut-turut
Secara keseluruhan, kekerasan telah menurun secara dramatis di Iraq dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi serangan tertentu masih berlanjut di beberapa bagian negara itu.
Bersumber dari BBC News, ada tujuh serangan lain yang terjadi dalam kurun delapan tahun sebelum Bom Baghdad 2009.
- Agustus 2007: lebih dari 500 orang terbunuh dalam penyerangan di pedesaan dekat Sinjar.
- Juli 2007: 150 orang terbunuh saat peledakan truk bom di Tuz Khurmato.
- April 2007: 191 orang tewas saat peledakan mobil bom di Baghdad.
- Maret 2007: ada 152 korban jiwa dalam peledakan truk bom di Tal Afar.
- Februari 2007: 135 orang tewas saat truk bom meledak di Baghdad
- November 2006: 202 tewas dalam berbagai serangan ledakan di Baghdad.
- Maret 2004: 171 terbunuh saat pengeboman yang terjadi di Baghdad dan Karbala.
Teror Bom Mengguncang Jakarta
Sementara itu, di tahun yang sama, juga terjadi serangan bom di Jakarta, Indonesia.
Bom berdaya ledak tinggi memporakporandakan dua hotel mewah di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 17 Agustus 2009. Bom meledak di Restoran Syailendra Hotel JW Marriott sekitar pukul 07.45 WIB. Dua menit kemudian atau pukul 07.47 WIB ledakan dahsyat kembali juga terjadi di restoran Mutiara Hotel Ritz Carlton.
Hasil penyelidikan saat itu, termasuk rekaman dari close circuit television atau CCTV, polisi mengidentifikasi kejadian ini sebagai bom bunuh diri. Pria bertopi, membawa tas ransel di dada, dan tas troli diduga kuat sebagai pelaku. Dari rekaman itu pula diketahui beberapa menit setelah ia memasuki Restoran Syailendra di Marriott, bom berkekuatan tinggi meledak.
Tercatat sembilan korban tewas dan 52 orang terluka dalam ledakan di dua lokasi itu. Enam korban tewas ditemukan di Hotel JW Marriott dan dua lainnya di Ritz Carlton. Sementara seorang korban tewas di rumah sakit dan puluhan lainnya terluka. Di antara korban tewas, tiga di antaranya warga asing yaitu Timothy McKay warga Selandia Baru, Nathan Verity, dan Craig Sanger yang merupakan warga Australia.
Polisi mendapati potongan kepala seorang pria yang menjadi salah satu korban. Pria ini sempat diduga sebagai sang bomber. Sebuah laptop ditemukan di antara puing-puing reruntuhan Hotel Marriott. Jenis dan bahan bom yang digunakan di kedua tempat sama. Bom berdaya ledak tinggi dengan tambahan komposisi material besi seperti mur dan baut sengaja untuk memperkuat daya rusak dan efek luka pada korban.
Bom yang belum sempat meledak juga ditemukan di lantai 18 kamar 1808 Hotel JW Marriott. Identifikasi polisi menyebutkan para pelaku menginap di Marriott sejak 15 Juli. Inisial N yang disebut-sebut polisi mengarah pada satu nama, Nurdin Azis yang terdaftar sebagai penghuni kamar 1808 Hotel JW Marriott.
Nurdin Azis diduga kuat sebagai pengikut Noordin M. Top, otak teroris paling dicari di negeri ini kala itu. Belakangan muncul pula nama Nur Said alias Nur Hasbi. Nur Said disebut-sebut sebagai teman Asmar Latin Sani, pelaku bom bunuh diri di hotel yang sama pada 2003. Namun polisi belum bisa memastikan kedua nama itu merujuk pada orang yang sama.
Reporter: Safinatun Nikmah
Advertisement