Pakai Rencana Induk Ciptaan Belanda Bisa Jadi Solusi Atasi Banjir Jakarta

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penanganan banjir Jakarta harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir lewat kegiatan multisektoral

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Okt 2022, 18:25 WIB
Warga duduk di atas mobil saat banjir merendam jalan dan rumah di RT 003/05, Pejaten, Jakarta, Sabtu ( 20/2/2021). Curah hujan yang tinggi sejak malam hingga dini hari mengakibatkan sejumlah kawasan terendam banjir. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai upaya dalam mengurangi kerentanan kawasan Jakarta dari bencana banjir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah melakukan penanganan kolaboratif dari hulu ke hilir sesuai rencana induk (masterplan) pengendalian banjir Ibu Kota.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penanganan banjir Jakarta harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir lewat kegiatan multisektoral, melibatkan seluruh pemilik kepentingan dengan visi bersama untuk menyelesaikan masalah secara berkelanjutan.

"Tugas dan fungsi seluruh pihak, perlu diterjemahkan di lapangan menjadi peran dan tanggung jawab bersama. Kebersamaan dan kolaborasi harus terus diupayakan, sehingga semuanya dapat memahami siapa yang sedang bekerja dan program yang dilaksanakan, termasuk pentingnya keterlibatan masyarakat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (24/10/2022).

Dikatakan Menteri Basuki, untuk menangani banjir Jakarta, salah satu kuncinya adalah kembali ke rencana induk (masterplan) Sistem Pengendalian Banjir Jakarta yang disusun oleh Belanda melalui Netherlands Engineering Consultants (NEDECO) pada 1973.

"Masterplan tersebut telah direview sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1997 oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan pada tahun 2007 melalui program Jakarta Integrated Flood Management Programme (JIFMP)," terang Menteri Basuki.

Salah satu langkah yang telah dilakukan Kementerian PUPR dalam dukungan penanganan banjir Jakarta sesuai rencana induk di bagian hulu, yakni pembangunan dua bendungan kering yakni Bendungan Ciawi dan Sukamahi. Keduanya ditargetkan selesai akhir 2022.

Bendungan Ciawi direncanakan memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dan luas genangan 39,40 hektar dengan total biaya pembangunan sebesar Rp 1,32 triliun.

Di wilayah hulu, selain Bendungan Ciawi juga dibangun Bendungan Sukamahi dengan daya tampung 1,68 juta m3 dan luas area genangan 5,23 ha untuk mereduksi banjir sebesar 15,47 m3 per detik.


Proyek Dikerjakan PUPR

Pekerja dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta menggunakan kendaraan alat berat saat menyelesaikan proyek normalisasi Kali Ciliwung di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin (22/8/2022). Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas SDA memastikan program normalisasi Kali Ciliwung terus berjalan dengan prioritas di lokasi aliran utama sungai dan tujuh kelurahan yang merupakan titik rawan banjir. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pembangunan Bendungan Sukamahi sudah direncanakan sejak periode 1990-an dan baru dimulai pada 2017. Total kontrak pembangunannya senilai Rp 673,45 miliar dengan kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya-Basuki lewat skema Kerja Sama Operasi (KSO).

Sementara itu di bagian hilir, tengah dibangun Sudetan Kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur yang akan mengalihkan debit Kali Ciliwung ke KBT sebesar 60 m3 per detik. Dengan progres konstruksi mencapai 44,21 persen, sudetan ini direncanakan akan selesai pada April 2023.

Keberadaan Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi, dan Sudetan Kali Ciliwung-KBT akan mengurangi puncak debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 21 persen.

Kementerian PUPR juga tengah membangun Pompa Ancol Sentiong yang berkapasitas 50 m3 per detik. Dengan progres konstruksi 49,53 persen, dengan target rampung pada Desember 2023.

Pompa ini akan mengamankan Kelurahan Kemayoran, Sunter Agung, dan Sunter Jaya di Kecamatan Tanjung Priok dari risiko banjir.

 


Proyek Lain

Mobil menerjang banjir yang menggenangi Jalan Tol JORR di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). Banjir terjadi akibat luapan Kali Serua yang berada di pinggir jalan tol. (merdeka.com/Arie Basuki)

Pada 2020, Kementerian PUPR juga telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemprov DKI untuk melakukan penanganan tanggul kritis pantai Jakarta sepanjang 33,2 km.

Dari panjang tersebut, 10,82 km menjadi kewenangan Kementerian PUPR dan 22,11 km lainnya menjadi kewenangan Pemprov DKI. Hingga tahun ini, Kementerian PUPR telah mengerjakan penanganan tanggul sepanjang 3,75 km. Sementara 7,07 km sisanya sedang dalam proses lelang dan ditargetkan selesai pada 2024.

Sementara untuk normalisasi Kali Ciliwung sepanjang 33,69 km, sampai dengan 2017 Kementerian PUPR sudah menyelesaikan normalisasi sepanjang 16,19 km. Pada 2022, normalisasi direncanakan akan dilakukan sepanjang 1,2 km, namun baru bisa dikerjakan sepanjang 500 m karena masih terdapat lahan yang belum dibebaskan.

Normalisasi Kali Ciliwung akan segera dilanjutkan setelah pembebasan lahan oleh Pemprov DKI. Saat ini Pemprov DKI sudah membebaskan lahan di sepanjang Kali Ciliwung seluas 4,7 ha.

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya